24

1.3K 116 7
                                    

Sepi yang membumbung tinggi serta deru napas yang memburu sesak, seolah berkembang menjadi sebuah tindasan semu terhadap rasa bersalah di dalam hati Choi Yeonjun.

Kelopak mata dia jatuh setengah terpejam, merengkuh punggung hangat Soobin kelewat erat bagaikan benalu yang tak mau lepas dari inangnya. Hati yeonjun mengeluh, memohon maaf berulang kali
walau berakhir dengan keheningan memuakkan yang mulai yeonjun benci.

Soobin masih marah, bahkan untuk sekedar berbalik dan menanggapi ucapan yeonjun saja terlihat enggan. Pemuda itu berdengung samar, meremat kain baju soobin tanpa sadar disertai kerlip sendu pada kedua bola mata cantik nya.

“Mas.” Suara yeonjun kian melirih, menggigit bibir bawah ragu-ragu sebelum berbisik dan mencium bahu belakang soobin lembut. “... Junnie minta maaf.”

Maaf karena sudah merusak semua rencana manis soobin.

Maaf karena sudah membuat pria ini terguyur dinginnya air hujan.

Dan maaf karena sudah membuat pihak suami termenung kecewa.

Yeonjun cemberut tertahan, untuk pertama kalinya setelah mereka menikah. Rongga dada dia bertalu begitu pengap tampak mengharapkan kembali senyuman hangat milik ssoobin.

Yeonjun tidak suka sikap diam bagaikan kutub dingin.

Tidak suka senyuman palsu menutupi gusar.

Bahkan untuk perhatian kecil dibalik amarahnya, yeonjun tidak menyukai semua itu. Dia ingin soobin yang dulu, sosok baik juga pengertian yang begitu yeonjun puja.

“Mas, jangan diemin junnie.”

"Kamu masih gak paham? Mas lagi pengen sendiri dulu."

Air mata yeonjun merebak keluar dalam sekejap lalu menggeleng kuat-kuat sembari meneguhkan dekapan pada tubuh tegap tersebut. “junnie gak suka liat mas soobin marah, maafin junnie ya ”

Sebelah tangan pria itu terangkat sejenak, kemudian melepas pelukan yeonjun secara paksa.

Bukan maksud soobin ingin bertindak jahat, hanya saja amarah sesaat
belum sepenuhnya reda. Dia tidak mau kelepasan membentak apalagi berbicara kasar pada yeonjun. soobin butuh waktu untuk sendiri, dia butuh waktu untuk menjernihkan emosi di dalam hati.

"M-mas."

"Mas mau tidur di kamar tamu, kamu jangan ganggu!"

Kepala yeonjun menggeleng tak terima, menahan lengan soobin yang akan berbalik pergi secepat mungkin. "Mas gak mau ngomong sama junnie?"

Netra kelam pihak lain berpendar halus lalu mengusap pipi basah si kecil lamat-lamat. Semarah apapun dia jika sudah melihat suami kecilnya menangis pasti tidak akan tega juga.

“Tunggu emosi mas hilang dulu ya, kamu ngerti 'kan?”

"Junnie sayang sama Mas soobin, gak ada orang lain." bibir bawah dia bergetar halus, melepas cengkeraman pada lengan si empunya secara perlahan-lahan.

Terdiam cukup lama, tepukan hangat dia dapat pada bagian pucuk kepala. Tanpa menoleh pun yeonjun tahu
siapa pelaku tadi. "Mas juga sayang sama kamu, bener-bener sayang." Suara soobin sedikit melirih ketika mengucapkan kejujuran.

Yeonjun menunduk, meremat ujung kain baju sendiri sembari menahan senyum pilu. Langkah kaki soobin yang bergerak menjauh, lambat laun mulai menghilang meninggalkan kesunyian hampa. Iris hazel yeonjun kian memerah pedih, menatap nanar kue ulang tahun yang terlihat begitu cantik diatas meja sana.

Soobin, pasti membuat kejutan dengan segala usaha pun ketulusan nya.

Memikirkan bagaimana semangatnya soobin menyiapkan semua ini dan harus berakhir kemarahan karena ulah dia sendiri. yeonjun tidak bisa tidak menyesal.

Happy Marriageحيث تعيش القصص. اكتشف الآن