10

1.6K 128 5
                                    

Suasana di rumah lebih ramai dari biasanya, Bunda tentu saja kesenangan sampai sibuk membuat kue dan puding di dapur. Yeonjun tadinya mau membantu tapi belum juga selangkah mendekat, dia sudah diusir dengan kejam. Soobin sendiri malah dimonopoli oleh ayahnya untuk bermain catur.

Beomgyu masih sibuk bermain game, berteriak sesekali saat hampir kalah dan mati dalam peperangan.

“Berisik dugong, kalau mau teriak-teriak di hutan aja sono!”

“Sht! Gue lagi serius bang, lo jangan ganggu!”

Yeonjun mengumpat dalam hati, menambahkan volume TV penuh emosi hingga membuat suaranya terdengar keluar sana. Beomgyu mendelik, kali ini berteriak lebih keras lalu membanting ponsel di tangan karena kalah.

“Game-nya jelek anjer!”

“Lo aja yang cupu, baru juga maen udah kalah.”

Mata Beomgyu melotot nyalang, nyaris menggeplak kepala Yeonjun jika tidak ingat statusnya sebagai seorang adik yang berbakti. Beomgyu beringsut mendekat diam-diam, mencolek bahu si kakak sebelum bertanya disertai cengiran polos tak berdosa. “Bang, udah ena-ena belum?”

Yeonjun loading, mengunyah kue di mulut lebih lambat kemudian tersedak hingga matanya berair. “Uhuk! Uh-hoek!”

Beomgyu melotot, lagi.

Lalu berteriak nyaring sampai mengejutkan seisi rumah. “BUNDA, AYAH, BANG YEONJUN UDAH HAMIL!”

Plak!

“Aduh!”

Kepala Beomgyu di geplak menggunakan remot oleh Yeonjun. “BANGSAT, GUE GAK HAMIL BABI!”

Yeonjun benar-benar emosi sekaligus malu. Sungguh.

Entah kenapa hari ini dia sensitif sekali.

.

.

.

Soobin menghembuskan napas panjang, mengusap bahu tipis Yeonjun yang terus bersembunyi didalam selimut sejak tadi dengan penuh kesabaran. Setelah pertengkaran konyolnya dengan Beomgyu, pemuda ini langsung mengurung diri tanda marah.

Heran sebenarnya siapa yang berperan sebagai kakak disini, Yeonjun atau Beomgyu?

Si adik sudah minta maaf, bilang kalau tadi hanya candaan semata. Tapi Yeonjun tetap bersikeras menyembunyikan dirinya di dalam selimut tebal, Soobin  saja sampai kewalahan menahan perasaan kesal. Ayah dan Bunda sudah berpasrah diri, jelas tahu jika Yeonjun marah akan sangat sulit untuk membujuknya.

Jadi mereka serahkan sepenuhnya tugas ini kepada Soobin .

“Yeonjun.”

“Pergi sana.”

“Junnie gak baik ngusir suami sendiri.”

“Junnie juga suami Kak Soobin.”

Oke, itu terdengar familiar. Bocah ini juga pernah mengatakan kalimat yang sama saat sedang marah.

“Beomgyu tadi cuman bercanda, jangan marah lagi, oke?”

Kepala Yeonjun menggeleng cepat dari balik selimut, berbisik penuh penekanan dan sukses membungkam mulut Soobin detik itu juga. “Junnie 'kan cowok, tapi malah disebut hamil. Secara nggak langsung dia udah nyinggung perasaan Junnie. Mau dibuat sekeras apapun juga Junnie gak akan bisa hamil, gak bisa kasih anak ataupun cucu.”

“Junnie, lihat sini dulu.”

Lagi-lagi dia menggeleng dengan keras kepala. “Kak Soobin pasti kepaksa nikah sama Junnie, mama sama papa juga pasti bakalan kecewa dan ngarepin cucu kandung dari kak Soobin. Makanya dari awal Junnie gak pernah setuju buat nikah sama—!”

Happy MarriageWhere stories live. Discover now