38

984 71 11
                                    

Flashback 2


Jika kali pertama yeonjun bertemu dengan soobin adalah tiga tahun yang lalu. Maka lain lagi dengan pria bersurai gelap tersebut. Sejauh soobin mengingat dan mengenal yeonjun adalah saat bocah itu berusia 5 tahun.

Mereka berdua masih kecil, memiliki selisih 6 tahun dengan soobin yang sudah menginjak usia 11 tahun.

"Ayo kenalan, jangan saling diem aja." sejeong mengawali pertemuan mereka dengan sebuah senyuman, begitupula dengan Hanna yang mendorong punggung soobin agar mendekati si kecil lebih dulu.

Yeonjun pemalu.' Begitu kata ibunya saat berbisik di telinga.

"Halooo." Soobin kecil segera mengulurkan tangan dengan wajah penasaran.

Yeonjun masih bersembunyi dibalik
kaki sejeong. Kepala dia muncul sedikit sampai poni depannya ikut bergerak, menyapu ke samping. Mata bulat dia mengerjap, pipi merona samar dan jangan lupakan binar polos sebagai tambahan.

Soobin gemas, mencubit pipinya tiba-tiba sampai membuat bocah itu memekik terkejut. "B-bunda~"

"Eh, Soobin. Jangan buat yeonjun nangis dong!" Hanna menepuk kepalanya dengan senyuman kikuk. Sejeong hanya tertawa lepas, menggenggam tangan kecil yeonjun dan mendorong bocah manis itu agar berhadapan dengan soobin, lagi.

"Adek kenalan sama Kak soobin ya, dia baik lho."

"T-tapi pipi junnie tadi dicubit, sakit
bunda~" adunya dengan rengekan
disertai bulir air mata yang terlihat menggemaskan. Pipi chubby dia masih memerah, mendelik diam-diam pada soobin sebelum menjulurkan lidahnya main-main.

Kedua wanita itu tersenyum pasrah, membiarkan kedua putra mereka
saling berkenalan walau tetap dihiasi keheningan sepanjang hari kala itu.

Soobin duduk acuh tak acuh di atas ayunan, yeonjun sibuk bermain pasir
bersama anak-anak lain.

Namun tak lama kemudian mata
hazel dia bergulir menatap soobin
cukup lama. Kaki kecilnya berlari tergopoh-gopoh, mengambil sesuatu yang ada disaku celana lalu menyerahkannya pada soobin.
"Buat kakak."

Sebuah permen. Sudah pasti rasanya manis sedikit asam bagaikan buah strawberry.

"Kamu udah nggak marah?"

Yeonjun menggeleng lantas ikut duduk di ayunan satunya lagi dengan sedikit kesusahan sampai soobin sendiri harus turun tangan dan menggendong bocah berusia 5 tahun itu agar bisa duduk dengan benar diatas ayunan.

"Kata Bunda nggak boleh marah lama-lama, nanti jadi temennya
hantu."

Senyuman indah terulas sempurna lalu menatap manik gelap soobin lamat-lamat. "Kakak coba senyum sebentar."

"Kenapa?"

"Ada dimple nya, lucu~" Dia memekik heboh, menunjuk bibir soobin yang masih terkatup rapat.

"Senyum ih! Junnie mau lihat!" Kesal karena permintaannya tidak segera di turuti. Pipi soobin lantas ditarik secara paksa hingga membuat si empunya meringis dan menahan tangan yeonjun agar berhenti.

"Gak sopan banget sih. Kakak lebih tua dari kamu!"

Netra bening yeonjun berkaca-kaca, tangisan dia bahkan nyaris tumpah jika saja soobin tidak dengan cekatan menepuk-nepuk kepala si kecil lalu membuat senyuman kaku hingga dimple nya terpampang jelas.

"H-hiks, Gak ikhlas!" Dia protes, sedangkan soobin menghela napas jenuh.

Semakin gemas juga ingin mencubit pipi gembil yeonjun tapi terlalu takut kalau bocah ini akan mengamuk dan menangis sembari mengadu pada ibunya.

Happy MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang