47

927 63 9
                                    

Soobin datang terburu-buru saat Bi yuri menghubungi dirinya dengan suara panik nyaris membentak. Bukan tanpa alasan kalau boleh jujur, semua itu terjadi karena salah soobin sendiri yang pulang terlambat dan mengabaikan panggilan Bi yuri demi setumpuk pekerjaan.

Mengambil beberapa helai pakaian serta perlengkapan lain sebelum datang ke Rumah Sakit. Garis pandang soobin terpaku pada wajah cemas keluarganya. Bahkan Beomgyu yang selalu berisik kini ikut terdiam bagaikan patung hidup.

Rona pipi dia pucat, melirik pintu operasi berulang kali melalui sudut mata. “Bang yeonjun pasti baik-baik
aja 'kan Bun ? Kalau dia meninggal gimana !? Gyu gak mau ngurus harta warisan Ayah sendiri!”

Soobin tarik ucapannya tadi, bocah gosong ini masih sama kurang ajarnya dengan mulut luar biasa laknat.

“Ma."

“Kamu darimana aja sih? Kasian yeonjun berjuang sendiri di dalem sana!” Alis tajam Hanna berkerut tanda marah, enggan menatap balik sorot memelas soobin yang tengah berdiri dengan jantung berdebar hebat. Dia juga cemas, amat sangat menyesal karena sudah mengabaikan panggilan Bi yuri.

Soobin merasa, dia tidak cukup baik menjadi suami siaga bagi yeonjun. “Jangan murung gitu, kamu berdoa aja buat yeonjun. Minta sama Tuhan supaya istri dan anak-anak kamu lahir dengan selamat.” minhyuk menasehati secara dewasa. Dia tidak menyalahkan apalagi menghindari sang anak.

Lagipula sebagai sesama pria sekaligus calon Ayah, minhyuk lebih memahami bagaimana perasaan putra semata wayangnya untuk saat ini. Pun begitu dengan sehun yang balas tersenyum hangat dari kejauhan.

“Junnie baik-baik aja 'kan Yah? Soobin takut.”

“Yeonjun baik-baik aja, duduk dulu sana. Kamu pasti habis lari tadi.”

Soobin duduk disebelah beomgyu, membiarkan keheningan melingkupi mereka dalam kurun waktu cukup lama. Yang lebih muda melirik, kemudian menepuk bahu kakak iparnya penuh arti. “Tenang aja bang, bini lo pasti selamat. Dia 'kan udah mirip kucing garong, lagian mana mungkin bang yeonjun rela mati terus ninggalin harta warisan buat gue sendiri.”

Antara menghibur dan mengejek pasangannya, soobin tidak tahu harus berkata apa untuk membalas celoteh tak berguna beomgyu. Meski begitu, kepala dia tetap mengangguk pasif. Balas menepuk bahu beomgyu lebih keras dan kuat. “Kamu juga periksa ke dokter gih, saya khawatir otak kamu punya gangguan makanya taehyun selalu nolak.”

Terlalu menusuk tepat mengenai ulu hati. Beomgyu paling sensitif kalau sudah membahas penolakan taehyun, omong-omong.

Hah sial.

Kisah cintanya benar-benar menyedihkan.

.

.

.

Selang beberapa saat, pintu ruang operasi terbuka. Soobin bangkit secepat kilat, begitu pula dengan keluarganya yang lain. “Gimana keadaan anak sama cucu saya Dok?” sejeong melontarkan pertanyaan guna mewakili semua orang.

Dokter yang bertanggung jawab atas kehamilan yeonjun membuka masker yang menutupi sebagian wajah secara perlahan. Napas dia tampak berat, melirik satu-persatu keluarga pasien nya sebelum berhenti tepat menyoroti iris gelap soobin.

“Anak sama cucu ibu baik-baik aja. Selamat ya, anak kalian kembar laki-laki dan perempuan.” kalimat terakhir sudah pasti ditujukan kepada soobin.

Mata gelap pria itu berkaca-kaca, lantas memanjatkan puji syukur dalam hati disertai bisik lirih tanpa suara. “Syukurlah, kalian bertiga baik-baik aja.”

Puk

“Selamat ya, kamu udah jadi Ayah sekarang.” Sehun menepuk-nepuk punggung tegap menantunya bangga. Minhyuk melakukan hal serupa selang detik berikutnya. Sedangkan para wanita tetap menangis dan mengangguk penuh arti kepada soobin.

Happy MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang