19

1.7K 153 6
                                    

Barangkali hanya perasaan yeonjun saja jika netra kelam soobin terus menatapnya kelewat lekat. Atau itu sekedar halusinasi nakal yang dengan bodohnya menyakinkan yeonjun bahwa pada waktu tertentu seringai jahil terlukis di satu sudut bibir tipisnya.

Pria itu baru selesai mandi, omong-omong.

Menggunakan handuk tipis guna membalut sepanjang pinggang hingga batas lutut. yeonjun berkedip kaget, menekan kuat-kuat degup jantung yang kian menggila karena pahat kokoh nan jantan disekitar perut keras milik soobin. Dia jarang memotret pemandangan indah semacam ini mengingat kebiasaan soobin yang selalu mandi ketika yeonjun sudah tidur atau fokus pada sesuatu.

"Kak."

"Hm?" gumamnya samar-samar.

Lidah si manis kelu, menggaruk telapak tangan sendiri yang terasa gatal ingin menyentuh. Sialan sekali, kenapa otot tubuh soobin sangat menggoda iman?

"Gak jadi."

Malu, tulang pipinya merona hebat dengan segurat binar sayu.

Diam-diam iris hazel yeonjun memadang lekat punggung tegap soobin. Berusaha mengabadikan postur ideal sang suami di dalam ruang memorinya sebisa mungkin. Menarik napas gusar sebelum dihembuskan pelan-pelan, yeonjun beranjak turun dari atas kasur.

Kedua tangannya terulur tampak ingin memeluk si pria dari arah belakang. Back hug.

"Kenapa?" Suara rendah soobin mengalun lembut, sedikit menoleh dan mengecup pucuk hidung yeonjun gemas.

Bukannya menjawab, jemari nakal remaja tanggung tersebut malah mengusap otot perut soobin secara perlahan. Membaui aroma maskulin soobin seraya terkekeh kecil menanggung afeksi hangat.

"Jangan mulai aneh-aneh dek, mandi sana."

"Sebentar, masih pengen peluk mas soobin." tolaknya manja.

Menepuk punggung tangan yeonjun main-main, suara rendah soobin kembali mengalun memberikan sindiran halus. "Bocah."

Kurang ajar memang, untung yeonjun
sabar.

"Kak."

"Gak konsisten tadi manggil Mas sekarang Kak, kamu sengaja ya " Pria jangkung itu berbalik cepat, total lupa dengan tujuan awalnya untuk berpakaian. Bersikap acuh tak acuh saat terpaan angin malam menyusup diam-diam melalui celah jendela.

Yeonjun nyengir, "Kebiasaan, susah diubah." begitu ucapnya jenaka.

"Cepetan mandi nanti kejutan buat kamu hilang gara-gara kelamaan nunggu."

Kejutan?

Alis yeonjun bertaut keheranan, sedikit melonggarkan pelukannya dan mengerjap menatap iris hitam soobin agak lama. "Jangan bilang Mas soobin naruh kecoa buat nakut-nakutin junnie?"

Merasa dituduh tiba-tiba, kening
halus yeonjun dijentik cukup keras sembari menahan gemas. Gemas ingin memakan. "Hush, jangan ngomong sembarangan. Mas itu suami kamu."

"Bercanda." Dia mencebik sejenak
lalu bersandar diantara dada bidang soobin seenak jidat. Mendengar dengan jelas setiap degup jantung yang lebih tua tanpa hambatan berarti. Sangat cepat namun tetap nyaman.

"Yeonjun." soobin berbisik seraya meremat lekuk pinggang si empunya nama. Sedikit menunduk untuk menatap sebelum menangkup sisi wajah menggunakan sebelah tangan. "Lain kali jangan kayak gini, Mas gak mau kelepasan."

"Kelepasan gimana?"

Terdiam sebentar, suara seraknya turun beberapa oktaf. "Kelepasan nyentuh kamu karena nafsu."

Bukannya tidak ingin meminta hak dia sebagai seorang suami, bukan pula karena keenganan yeonjun memenuhi kebutuhan biologisnya. soobin hanya tidak ingin merusak fokus yeonjun terhadap sekolah.

Happy MarriageWhere stories live. Discover now