Balapan.

382K 15.1K 788
                                    

Malam Minggu, malam yang Ayra nanti-nantikan namun berujung kesialan, bagaimana tidak? Haikal— sang ayah justru mengurung putrinya sendiri di dalam kamar dengan alasan yang sangat tidak masuk akal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Malam Minggu, malam yang Ayra nanti-nantikan namun berujung kesialan, bagaimana tidak? Haikal— sang ayah justru mengurung putrinya sendiri di dalam kamar dengan alasan yang sangat tidak masuk akal. "Tidak ada kata main untuk malam ini." katanya, Menyebalkan sekali.

"Ck yang bener aja gue dikurung, udah kayak buronan aja, Ayah sama Bunda bener-bener." Ayra berdecak kesal dengan melempar guling hingga benda yang tak bersalah itu tergeletak di lantai.

"Sebentar lagi, huh." Ayra menghela nafas. "Sebentar lagi acaranya dimulai dan gue masih rebahan?"

Ayra beranjak dari tidurnya, ia berjalan menuju balkon kamarnya. Bisa Ayra lihat cahaya remang dari sekitarnya, wajar sepi karena jam menunjukkan pukul sebelas malam.

"Gimana caranya gue keluar dari sini?" lirihnya, Ayra bergidik ngeri melihat pemandangan dari lantai atas kamarnya.

"Kamar gue ternyata tinggi juga, kalau gue lompat yang ada koid."

Ayra menghela nafas sebelum setelahnya melanjutkan ucapannya.

"Kan, lagi usum tuh bundir, bisa-bisa gue viral, kasihan Ayah sama Bunda, walaupun bisa buat lagi tapi gak mungkin bisa secantik gue."

"Punya sahabat nggak ada yang berguna, gue lagi susah bukannya bantuin, ini malah nggak ada yang—" Belum sempat menyelesaikan ucapannya, Ayra dikagetkan dengan suara ponselnya yang berdering di saku celananya. Ayra mengambil ponselnya dan menatap sebentar nama pemanggil yang tertera.

Devan is calling...

Dengan malas, Ayra mengangkat panggilan yang berasal dari salah satu sahabatnya itu.

"Apa?!" ujar Ayra nge-gas.

"Weshhh santai bro, lo dimana?"

"Dalam sangkar."

"Gue serius."

"Ya di rumah lah." Ayra nyolot, hingga terdengar suara decakan dari seberang sana.

"Lo gak ikut nonton? "

"Gue dikurung ishh, gak ngerti-ngerti lo dari tadi."

Devan tertawa. "Kasihan amat cup cup."

"Berisik lo, bukannya bantuin atau apa kek."

"Gue juga takut kali sama Ayah, bisa digorok gue kalau ambil anaknya malem-malem."

"Gak asik lo."

"Ya udah lo absen dulu, malam ini dari kita gak ada yang maju. Jadi lo gak ke sini juga gak masalah."

"Gue tetap mau nonton, Dev. Gue bosen di sini, sebentar gue cari cara dulu." Ayra terdiam sejenak, ia berpikir lebih keras hingga sebuah cara terlintas di benaknya.

"Ya udah buruan, bentar la—"

Tuttt.

Ayra mematikan sambungannya memotong ucapan Devan, tentu membuat Devan diseberang sana berdecak, "Kebiasaan."

KIBLAT CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang