Cemburunya Rayyan.

186K 9.6K 534
                                    

Dibelahan bumi lain, Adel yang baru saja menyelesaikan setorannya pada umma di ndalem tak sengaja melihat Kafka yang tengah berkutat dengan kitab-kitabnya di ruang keluarga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dibelahan bumi lain, Adel yang baru saja menyelesaikan setorannya pada umma di ndalem tak sengaja melihat Kafka yang tengah berkutat dengan kitab-kitabnya di ruang keluarga. Adel berdecak kagum melihat Gus nya itu yang menjadi lebih pendiam dari biasanya sejak Rayyan belum juga kembali ke pesantren. Adel memilih pergi sebelum Kafka menyadari keberadaannya, namun, baru saja akan beranjak dari tempatnya, ia urungkan begitu mendengar Kafka lebih dulu memanggilnya.

"Mbak, ngapain di situ?"

Adel gelagapan mendengar pertanyaan itu, ia berdekhem sejenak untuk menghilangkan kegugupannya.

"Afwan, Gus. Saya cuma gak sengaja berhenti di sini hehe," kekeh Adel. 

"Antum lagi belajar kitab apa? kayaknya serius banget dari tadi." lanjut Adel.

Kafka mengernyitkan dahinya, ia merasa bingung kenapa teman kakak iparnya itu berubah menjadi lebih tenang, padahal sebelum-sebelumnya hampir setiap bertemu keduanya selalu berdebat.

Kafka mengenyahkan pikirannya, ia memilih menunjukkan beberapa kitab yang sedang ia pelajari pada Adel. Adel terbelalak, ia menggaruk keningnya yang tidak gatal ketika melihat beberapa kitab yang Kafka sodorkan.

"Kayaknya antum udah siap banget buat nikah, ya Gus?" tanya Adel, bagaimana tidak? semua kitab yang Kafka pelajari adalah Fathul Izar, Fathul Mu'in, Qurrotul 'uyun, Fathul Wahab dan Fathul Qorib.

"Sepertinya iya, dan juga tidak."

"Iya dan tidak, jawaban mana yang benar?" tanya Adel, ia masih setia berdiri di depan pintu.

"Ya itu jawabannya. Iya, karena nikah itu adalah ibadah. Tidak, karena saya belum mendapatkan izin dari kedua orang tua dan kakak saya."

"Berarti udah ada calonnya?" tanya Adel, penasaran.

"Itu yang jadi pokok permasalahannya." lirih Kafka, Adel menahan tawanya mendengar itu.

"Tapi kitab-kitab itu membuat saya yakin jika sebenarnya antum itu udah gak sabar buat nikah. Bahkan mungkin ada kitab yang udah antum hafal, kan, Gus? niatnya mau punya anak berapa nanti? satu atau dua anak cukup?" celetuk Adel, seolah berbicara dengan temannya sendiri.

"Saya bahkan udah belain belajar semua kitab ini, terus mbak bilang satu atau dua anak cukup?"

***

"Kamu kenapa lihatin mas terus, Ay?" Rayyan meneliti dirinya sendiri dari ujung kaki hingga kepala.

"Ada yang salah sama mas?" lanjut Rayyan.

KIBLAT CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang