Sebuah Jejak.

242K 11.6K 489
                                    

Sebelum lanjut jangan lupa;

Vote.

Komen.

Dan Follow.

Lopyuuu💕

Ok next!

"Kamu mau kemana malam-malam seperti ini?" Gus Rayyan mengernyitkan dahinya melihat Ayra yang tengah bersiap setelah pulang dari madin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu mau kemana malam-malam seperti ini?" Gus Rayyan mengernyitkan dahinya melihat Ayra yang tengah bersiap setelah pulang dari madin.

"Mas udah tua ternyata, pantesan cepet lupa."

"Sayang." Gus Rayyan tidak terima saat Ayra mengatainya tua. "Umur mas sama kamu aja nggak beda jauh, hanya selisih tujuh tahun."

Ayra terkekeh, tujuh tahun di atasnya menurut Ayra adalah perbedaan yang cukup jauh.

"Iya-iya, mas masih muda."

"Pertanyaan mas belum kamu jawab tadi."

Setelah selesai memakai khimarnya, Ayra berdiri di depan Gus Rayyan yang tengah duduk di pinggiran tempat tidur. Ayra menangkup kedua pipi Gus Rayyan membuat si empu memonyongkan bibirnya.

"Mas lupa, ya? hukuman aku kan masih tersisa tiga hari lagi." Ayra melepaskan tangannya dari pipi itu.

Gus Rayyan menghela nafas, ia melupakan hukuman istrinya yang ia berikan sebelas hari yang lalu. Gus Rayyan beranjak dari duduknya menggandeng tangan Ayra.

"Ayo ikut mas."

"Mau kemana?" balas Ayra, di sela langkahnya.

"Katanya mau melanjutkan hukuman, kan?"

"Iya, tapi bukan sama mas. Sama Adel." Gus Rayyan tidak menjawab ucapan Ayra dan terus menggandeng tangan Ayra hingga membawanya ke teras masjid.

"Mas, hukuman aku itu di kamar mandi, bukan di masjid."

"Kamu tunggu sebentar di sini."

Gus Rayyan menghentikan salah satu santriwati yang hendak memasuki asrama putri, dan entah apa yang dibicarakan oleh keduanya.

"Mas habis ngapain?"

"Minta tolong buat panggilkan teman kamu."

***

"Assalamualaikum, gus panggil saya?"

"Iya, kamu mau melanjutkan hukuman, kan?"

"Iya, gus. Afwan, kalau boleh tahu Ning Ayra nya kemana, ya? saya tadi nungguin di asrama."

"Coba kamu perhatikan santriwati yang ada di pojok masjid sebelah sana."

Di pojok sana, Ayra menatap Gus Rayyan kesal dengan sebuah mushaf di tangannya.

"Istri saya lagi hamil, jadi saya merubah hukumannya menjadi hafalan, itu juga berlaku buat kamu."

Adel menjatuhkan rahangnya, hafalan? jujur ia lebih memilih hukuman tenaga daripada harus menghafal buat otaknya yang sangat pas-pasan itu.

KIBLAT CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang