Humaira, Habibati, atau Al Mahbubah?

179K 10K 196
                                    

Di pesantren, abah dan umma terus melafalkan doa untuk kesembuhan putra sulungnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di pesantren, abah dan umma terus melafalkan doa untuk kesembuhan putra sulungnya. Keduanya tampak merindukan sosok Rayyan, meski keadaan pesantren berjalan dengan baik seperti biasanya, tetap tidak bisa menghilangkan bayangan Rayyan yang selalu hadir di pikirannya, tanpa mereka tahu, bahwa saat ini putranya tengah sadar dari masa komanya yang sengaja tidak memberitahu keadaannya karena ingin memberinya kejutan saat kembali nanti, jahat sekali.

"Gimana keadaan Rayyan saat ini, Bah?" tanya umma, ia sangat menantikan kesembuhan putra sulungnya itu.

"Abah belum tahu, Ayra dan yang lain belum kasih kabar, umma."

Umma menghela nafas pelan.

"Umma kangen sama Ray, Bah."

"Kita doakan saja yang terbaik untuk anak kita, Ray sudah berhasil melewati masa kritisnya, dan itu membuat abah yakin Ray pasti kuat, dia anak hebat."

Umma tersenyum, ia menganggukkan kepalanya. Sedang Kafka yang tidak sengaja mendengar percakapan itu menghentikan langkahnya, ia mengedarkan pandangan dan matanya tak sengaja menatap foto kebersamaannya dengan Rayyan yang menempel di sudut dinding. Selama kakaknya koma, Kafka yang menggantikan seluruh tugas kakaknya di pesantren, ia berubah menjadi sosok yang lebih dewasa karena tugas yang ia emban bukanlah main-main. Kafka telah menjalankan amanat Rayyan dengan sungguh-sungguh, ia yakin kakaknya itu akan bangga kepadanya.

"Mas Ray harus kuat, banyak yang menunggu mas di sini." lirih Kafka kemudian beranjak pergi dari tempatnya.

***

Meski saat ini berada di rumah sakit, Ayra tetap menyetorkan hafalannya pada Rayyan setelah ba'da maghrib. Namun, baru saja Ayra akan memulainya dengan basmalah, ia urungkan begitu mendengar perintah suaminya yang sangat tiba-tiba.

"Tasmi' juz sembilan belas, Ay. Mas mau dengar."

Tasmi' : Secara etimologi, Tasmi' berasal dari kata bahasa Arab, yaitu استمع yang artinya mendengarkan.

Sedangkan Secara terminologi, tasmi' berarti memperdengarkan beberapa ayat Al-Qur'an kepada pendengar. Secara umum, istilah tasmi' ini dipahami sebagai "melantunkan al-Qur'an yang dihafal tanpa melihat mushaf kepada pendengar (bisa ke ustadz atau teman).

Kalau di pesantren saya, tasmi' Al-Qur'an berarti melantunkan Al-Qur'an minimal 1 juz kepada beberapa pendengar sekali duduk (tidak terputus).

Ayra menganggukkan kepala, detik berikutnya ia memulai bacaannya dengan lancar dan tanpa terputus. Rayyan tersenyum, ia terus memperhatikan Ayra yang tengah duduk di hadapannya dengan melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an yang terdengar sangat merdu.

"Mumtaz, MaasyaAllah. Kamu melakukannya dengan sangat baik, sayang." puji Rayyan, setelah Ayra menyelesaikan hafalannya.

Ayra tersenyum, entah kenapa setiap ia berinteraksi dengan Rayyan, anak yang berada di dalam kandungannya selalu meresponnya dengan cepat.

KIBLAT CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang