Pesantren.

305K 13.7K 112
                                    

Setelah kurang lebih delapan jam perjalanan, ketiganya telah sampai di depan sebuah gerbang bertuliskan "SELAMAT DATANG DI PONDOK PESANTREN NURUL MAHABBAH

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Setelah kurang lebih delapan jam perjalanan, ketiganya telah sampai di depan sebuah gerbang bertuliskan "SELAMAT DATANG DI PONDOK PESANTREN NURUL MAHABBAH."

"Buset, banyak bener orangnya, Bun."

"Kalau sepi bukan pesantren namanya, Ayra." Haikal menatap Ayra sejenak, setelahnya ia kembali fokus menyetir.

Ayra menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Bener juga." lirihnya.

Ayra turun dari mobil dengan langkah lesu, ia menatap bangunan sekitar yang sangat asing di matanya. Bahkan pesantren kakeknya saja ia enggan mendatanginya, tapi sekarang? Ah sepertinya ia tidak bisa lagi berkata-kata.

Ayra berjalan di belakang Haikal dan Luna, di sepanjang jalan banyak santri yang menatapnya tanpa berkedip. Alis rapi, hidung mancung, bibir tipis serta bola mata berwarna grey membuat siapa saja jatuh pada pesonanya. Bahkan dari semua santri baru, hanya Ayra lah yang berpenampilan mencolok, di saat semua santri berpakaian rapi, Ayra justru memasang jilbabnya dengan asal-asalan.

Sesampainya di ndalem, Ayra mengamati sejenak rumah dua tingkat atau yang sering disebut ndalem oleh para santri, rumah yang tampak elegan meski ukurannya tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, sangat pas menurutnya.

"Assalamualaikum." Haikal mengetuk pintu, terlihat salah seorang santri mendekat ke arah pintu yang kebetulan terbuka.

"Wa'alaikumussalam warahmatullah, maaf cari siapa, ya?" tanya salah satu santri yang berada di ndalem— Farah.

"Abah Umar nya ada? saya memiliki janji dengan beliau hari ini."

"Kebetulan jam segini abah masih ngajar, tapi tadi abah titip pesan sama saya, kalau ada tamunya beliau disuruh nunggu dulu. Jadi, silakan masuk." 

"Baik, terima kasih." Haikal mengajak istri dan putrinya masuk.

"Sama-sama, silakan duduk. Saya panggilkan umma dulu di belakang."

"Iya, silakan." Haikal mempersilakan Farah kembali ke belakang, Luna menanggapi itu dengan tersenyum ramah. Ayra? jangan ditanya, ia masih asik dengan ponselnya tanpa mempedulikan sekitar.

Tak menunggu lama, Umma Maryam datang menemui tamu pentingnya yang tak lain adalah besannya sendiri. Setelah mengucapkan salam, umma menangkupkan tangan pada Haikal, dan setelahnya memeluk Luna.

Haikal melihat Ayra yang sedang memperhatikan sebuah foto keluarga yang terpampang di sudut dinding. Haikal tersenyum, setelahnya ia meminta putrinya untuk menyalami Umma Maryam.

KIBLAT CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang