Muhammad Elzayn Al-Khalifi.

137K 7.8K 650
                                    

Sesampainya di rumah sakit, Rayyan kembali mendapatkan perawatan yang sama seperti sebelumnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesampainya di rumah sakit, Rayyan kembali mendapatkan perawatan yang sama seperti sebelumnya. Setelah menjalani Computerized Tomography (CT) scan, Dokter mendiagnosis pasien mengalami cidera otak traumatik yang mengakibatkan terjadinya pendarahan subarachnoid traumatik. 

Selain itu, dokter juga memberikan vasodilator bernama nimodipine untuk mencegah terjadinya penyempitan pembuluh darah otak, yang biasanya terjadi sebagai respons alami terhadap perdarahan.

Abah yang mendengar penjelasan dokter terdiam, bak dihantam batu besar tepat di kepalanya.

Sedang, di luar sana Haikal meraup wajahnya kasar begitu mendapat panggilan dari istrinya yang mengatakan jika Ayra mengalami masalah pada kehamilannya yang mengharuskannya untuk menjalankan operasi Caesar. Dengan kehamilan Ayra yang baru memasuki usia tiga puluh dua minggu, dokter menyarankan melakukan persalinan prematur untuk meminimalkan komplikasi yang bisa membahayakan janin.

Haikal segera menuju ruang IGD dimana dokter memintanya untuk menyetujui tindakan operasi pada putrinya. Hatinya terasa sangat sakit melihat putrinya yang sudah tak sadarkan diri, ia hanya bisa melafalkan doa untuk kesembuhan putra putrinya dan juga keselamatan untuk cucunya.

Hati ibu mana yang tidak sakit, melihat anak-anaknya berjuang antara hidup dan mati? Itulah yang dirasakan Luna dan juga Umma Maryam, bibir seakan tak berhenti berdzikir berharap semuanya berjalan lancar sebagaimana mestinya.

Sedang, di sudut rumah sakit, Kafka memilih duduk di taman seraya memejamkan matanya, ia menghela nafas, baru saja bertemu kenapa akhirnya harus sesakit ini? Kedua kakaknya harus berjuang di dalam dinginnya brankar rumah sakit. Kenapa takdir begitu tega pada mereka?

***

Gesekan roda brankar yang beradu dengan dinginnya lantai rumah sakit membuat suasana terasa mencekam, dokter membawa Ayra masuk ke dalam ruang operasi setelah semuanya telah siapkan. Detik berikutnya, lampu indikator menyala tanda operasi akan segera dimulai.

Di sudut lain, seorang paruh baya tengah menggulung lengan bajunya, memulai rangkaian wudhu dengan tertib. Setelahnya, Abah Umar masuk ke dalam masjid, melaksanakan sholat dhuha disusul sholat hajat, meminta agar semua proses anak-anaknya di beri kelancaran dan kemudahan.

Sayatan demi sayatan telah dokter lakukan, setelah bertarung dengan beberapa alat medis selama kurang lebih enam puluh menit, momen yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba, suara tangis bayi terdengar nyaring membuat dokter dan beberapa perawat menghela nafas lega. 

Semua pasang mata berdecak kagum begitu melihat bayi dengan berjenis kelamin laki-laki itu nyaris sempurna. Meski kelahirannya jauh dari masa perkiraan, parasnya terlihat tampan, hidung mancung, serta kulit yang kemerah-merahan mendominasi.

Jika saja keadaannya tidak seperti ini, kebahagiaan ini pasti akan lebih tercipta, semua senyum akan mengembang tanpa harus diiringi jerit luka. Namun, apalah daya, jika Allah sudah berkehendak dengan apa yang seharusnya terjadi, maka itulah yang akan terjadi.

KIBLAT CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang