Pasar Malam.

177K 9K 187
                                    

Rayyan tak berhenti menatap Ayra yang sedang merajuk, ia tersenyum geli melihat Ayra yang sesekali menatap sinis ke arahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rayyan tak berhenti menatap Ayra yang sedang merajuk, ia tersenyum geli melihat Ayra yang sesekali menatap sinis ke arahnya. Perkara menertawakan istrinya adalah sesuatu yang salah, Rayyan menyadari itu, tapi ia juga tak bisa menahan rasa gemas melihat Ayra dengan bibir yang terus mengerucut kesal, ada rasa yang menggelitik dihati Rayyan untuk terus menggoda Ayra.

"Bibirnya, Ay. Kalau minta cium bilang aja ke mas, sini. Jangan di majuin begitu."

Ayra yang tengah membereskan baju-bajunya yang akan ia bawa pulang seketika menatap Rayyan sesaat kemudian membuang wajahnya lagi membuat Rayyan terkikik, lucu sekali istrinya itu. Karena tak mau membuat Ayra semakin kesal, Rayyan berusaha beranjak dari tempatnya menuju sofa dimana tempat Ayra berada.

Meski terasa sedikit pusing, Rayyan berusaha kuat karena tidak mau jadwal kepulangannya dibatalkan, ia sudah sangat bosan berada di dalam ruangan dengan aroma khas yang membuatnya tak nyaman. Netra Ayra mendelik melihat Rayyan yang memaksakan beranjak dari tempatnya, ia segera menghampiri suaminya itu dengan cepat.

"Mas ngapain?" tanya Ayra begitu khawatir melihat Rayyan yang sempat memegang kepalanya yang berdenyut.

Rayyan tersenyum, ia meraih pinggang Ayra dari samping dengan pelan hingga membuat istrinya itu menubruk dada bidangnya.

"Jangan marah, mas bercanda, sayang." bisik Rayyan, tepat di samping telinga Ayra.

Ayra menganggukkan kepala, sebenarnya ia hanya sedikit kesal, namun hatinya tidak memberatkan jika ada yang mengatakan dirinya bertambah berat badan, karena memang seperti itulah faktanya.

"Aku gak marah, Mas. Mas kenapa? kepalanya masih sakit? kalau masih kita tunda dulu, lagipula kata dokter mas masih harus sering check up nanti."

Rayyan mengurai pelukannya, ia membelai lembut pipi Ayra dengan diakhiri dengan cubitan kecil.

"Mas gak papa, bawel. Mas udah sembuh."

"Beneran?" tanya Ayra memastikan.

"InsyaAllah, doakan mas selalu, ya?"

Cup!

Ayra mengecup pelan bibir manis Rayyan membuat hati Rayyan berbunga.

"Pasti. Doaku selalu menyertaimu, Mas."

***

Setelah dokter mengizinkan untuk rawat jalan, kini keduanya berada di sebuah rumah yang tak lain adalah rumah Haikal, tepatnya malam ini Rayyan berada di kamar Ayra sewaktu dirinya masih gadis. Rayyan cukup takjub melihat kamar Ayra yang menurutnya lebih besar dari kamar miliknya, ia mengedarkan pandangannya mencari sesuatu yang sedang ia cari namun tidak juga menemukannya. Ayra yang baru saja memasuki kamar pun melihat Rayyan dengan tatapan bertanya, ia bergegas menghampiri Rayyan yang tengah duduk di tepian tempat tidur.

"Mas cari apa?"

"Kamar kamu lebih luas daripada kamar mas, tapi kenapa gak ada satupun buku yang tersimpan, Ay?"

KIBLAT CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang