Jakarta.

196K 10.9K 819
                                    

Sebelum lanjut jangan lupa;

Vote.

Komen.

Dan Follow.

Lopyuuu💕

Ok next!

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih delapan jam, Ayra telah sampai di sebuah rumah tingkat dua yang berada di Jakarta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih delapan jam, Ayra telah sampai di sebuah rumah tingkat dua yang berada di Jakarta. Sebelum masuk, ia menghela nafas pelan, sudah sangat lama Ayra tidak bertemu dengan sahabat-sahabatnya itu. Awalnya ia ingin kembali ke rumahnya, tapi ia urungkan karena ia takut akan mendapat amukan dari Haikal ataupun Luna, jadilah ia memutuskan untuk pergi ke rumah Devan.

Ayra menekan sebuah bel yang berada di luar gerbang, terlihat salah seorang satpam berjalan mendekat dengan tatapan terkejut.

"Neng Ayra? ya Allah ,Neng. Kemana aja baru kelihatan?" ujar satpam yang sangat Ayra kenali- Mang Ujang.

Ayra terkekeh.

"Gimana, Mang? Ayra tambah cantik kan?"

Mang Ujang menganggukkan kepala.

"Mamang sampai pangling, Neng."

Ayra tersenyum.

"Mamang bisa aja."

"Mamang sampai lupa, mari masuk, Neng. Kebetulan Den Devan sama yang lain ada di dalam. Kecuali tuan sama nyonya, mereka lagi ada proyek di luar kota."

"Siap, Mang. Kalau gitu Ayra masuk dulu, assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam." Ayra melangkah menuju pintu utama, sedang Mang Ujang tersenyum melihat perubahan teman majikannya itu yang menjadi lebih baik.

Pintu terbuka dari luar. Devan, Bima dan Andre membelalakkan matanya melihat siapa yang berada di depannya saat ini.

"Assalamualaikum." Ayra menjeda ucapannya ketika melihat raut keterkejutan di wajah ketiga sahabatnya.

"Gitu amat lihatin gue."

"Ini beneran lo, Cil?"

Ayra menganggukkan kepalanya, ia mendekat dan turut duduk di salah satu sofa kosong yang berada tidak jauh dari Devan. Sedang Devan tatapannya tak beralih dari pintu sedikitpun.

"Lo nyari siapa?" Tanya Ayra.

"Sama siapa lo ke sini?"

"Sendiri, lo berharap gue datang sama siapa emang?"

"Mana suami lo?"

Ayra terdiam.

"Jangan bilang lo kabur?" Bima menimpali.

"Bahas yang lain." Ayra meraih salah satu camilan yang tersusun rapi di atas meja.

Devan menghela nafas. Sedang Andre sedari tadi tatapannya tak beralih dari Ayra.

KIBLAT CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang