Bab 3

233 11 0
                                    

"Apa yang membawamu kemari? Ah, tidak. Sebenarnya kamu tidak perlu repot-repot kemari, Fiona. Aku bisa pergi mengunjungimu. Atau ada masalah yang sangat penting sehingga kamu harus datang kemari sendiri?"

Begitu keduanya tiba di ruangan Dokter Frans, pria itu langsung mencecar Fiona. Sebelumnya Fiona memang tak pernah datang langsung ke rumah sakit hanya untuk bertemu dengan Dokter Frans. Wanita itu pernah sekali menyuruh Dokter Frans untuk datang ke rumah ketika Edgar memaksa agar Fiona memeriksakan kesehatannya.

"Selama ini aku selalu berada di dalam kamar dan tidak ke mana-mana, Frans. Kamu tahu hidupku sangat mengenaskan setelah kecelakaan itu," papar Fiona mengungkapkan perasaannya.

"Kalau begitu kamu harus mempertimbangkan tawaran Dokter Muh, Fiona. Kudengar Dokter Muh menyuruhmu menjalani fisioterapi."

"Ya, memang."

"Lantas?"

"Apa lagi yang bisa diharapkan, Frans? Kamu tahu peluang kesembuhanku hampir tidak ada. Apa kamu akan menghiburku saat terapi yang kujalani tidak berhasil?"

Dokter Frans menyunggingkan seulas senyum pahit.

"Setidaknya kamu bisa membangun harapan bersama Dokter Muh."

Giliran Fiona yang melebarkan tawa getir. Ia benci jika harus membahas masalah itu.

"Aku butuh bantuanmu." Fiona terang-terangan mengubah topik pembicaraan.

"Bantuan apa?"

"Edgar dirawat di rumah sakit ini, kan?"

"Ya, betul."

"Aku ingin tahu keadaannya."

Dokter Frans menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Sejak awal Frans sudah mengetahui apa yang dialami Fiona dan pria itu turut merasa prihatin.

"Kondisinya masih sama. Belum ada perkembangan."

"Dia masih belum sadarkan diri?" tanya Fiona ingin mendengar informasi yang jelas tentang Edgar yang sampai kini masih berstatus sebagai suaminya. Fiona belum mengajukan gugatan cerai hingga detik ini. "Apa dia masih punya harapan?"

Frans menghela napas panjang.

"Harapanlah yang membuat ia masih bertahan sampai hari ini. Edgar sedang berjuang untuk bisa kembali ke dunia ini. Mungkin kamu adalah alasannya bertahan hidup," ujar Dokter Frans sengaja ingin menyinggung perasaan Fiona.

"Kamu tahu aku bukan satu-satunya wanita yang Edgar cintai. Jangan berlebihan, Frans," kilah Fiona sedikit kesal dengan ucapan Dokter Frans padanya.

"Kamu ingin Edgar bagaimana, Fiona? Kamu lebih suka dia membuka mata atau sebaliknya?" pancing Dokter Frans.

"Koma lebih baik untuknya," tukas Fiona tanpa terbersit ragu dalam kalimatnya.

"Kamu mengerikan, Fiona," olok Dokter Frans. Ia mengenal Fiona sejak keduanya duduk di bangku SMU, tapi Dokter Frans tidak pernah mengetahui keseluruhan karakter Fiona.

"Dia yang menyakitiku lebih dulu, Frans. Kamu tahu, aku yang seharusnya dikasihani, bukan Edgar. Dia pantas mendapatkan penderitaan semacam itu," tandas Fiona ketus.

Dokter Frans mengangguk kecil.

"Kamu mau aku melakukan apa? Jangan bilang kalau kamu mau menyuruhku menyuntikkan sesuatu padanya." Imajinasi Dokter Frans menjalar liar ke mana-mana.

Fiona mengembangkan tawa. Mendengar kondisi Edgar yang sekarang saja sudah membuat Fiona merasa puas.

"Apa aku tampak seperti seorang penjahat?"

Kepala Dokter Frans langsung menggeleng. Di matanya Fiona tak lebih dari seorang wanita lemah yang pantas dikasihani.

"Aku sangat tahu bagaimana perasaanmu, Fiona. Edgar memang pantas mendapatkan balasannya. Tapi, sebaiknya kamu melupakan Edgar dan melanjutkan hidup," ujar Dokter Frans mencoba memberi sedikit nasihat.

"Aku memang sedang melanjutkan hidup, Frans."

"Hapus Edgar dari ingatanmu."

"Mana bisa seperti itu?"

"Lakukan pelan-pelan."

Fiona mendesah dengan keras. Pria di hadapannya mulai bersikap menyebalkan.

"Aku akan melakukannya pelan-pelan, Dokter Frans. Kamu puas sekarang?" ucap Fiona sengaja dibuat pelan.

Dokter Frans tersenyum.

"Kamu pulih lebih cepat dari yang kukira, Fiona," puji Dokter Frans.

"Sok tahu." Pujian itu justru berbuntut olokan, lantas disambung deraian tawa dari bibir Dokter Frans.

"Apa dugaanku salah?"

"Entahlah." Fiona tidak memberi jawaban pasti. Membuat Dokter Frans berhenti tertawa.

"Kamu hanya ingin tahu keadaan Edgar saja, kan? Atau ada yang lain?" Dokter Frans kembali berbicara serius.

"Bisakah kamu mengabariku kalau-kalau ada berita terbaru dari kondisi Edgar?"

"Bukannya kamu bilang kamu sedang melanjutkan hidup? Kenapa masih mengurusi Edgar?" Kening Dokter Frans mengerut samar.

"Aku hanya ingin mengetahui kondisinya. Itu saja."

"Kamu yakin sudah tidak memiliki perasaan apapun padanya?"

"Aku bodoh jika masih memiliki perasaan padanya," tandas Fiona penuh percaya diri.

"Baiklah." Dokter Frans mengangguk sejurus kemudian. "Aku akan memberitahumu kalau ada kabar terbaru dari Edgar. Kamu masih menyimpan nomor rekeningku, kan?"

Fiona berdecak dalam hati. Aku suka itu, batinnya girang.

"Ya, tentu saja."

"Apa kamu butuh yang lain?"

"Aku butuh obat itu."

"Jangan terlalu sering mengonsumsi obat penenang, Fiona."

"Berikan saja, Frans. Aku selalu membayar lebih untuk membeli obat itu."

Dokter Frans merasa tidak berdaya jika menyangkut soal uang. Ia bahkan menjual obat ilegal secara rahasia pada beberapa orang hanya demi mencari tambahan penghasilan. Dan Fiona sudah beberapa kali membeli obat penenang darinya. Jika ia tidak menuruti keinginan Fiona, bisa-bisa wanita itu melaporkannya kepada polisi.

"Baiklah. Tapi, jangan bergantung pada obat itu."

"Ya, aku tahu."

***

MY DANGEROUS WIFE season 2 (End)Where stories live. Discover now