Bab 36

129 21 0
                                    

"Apa kabar, Fiona?" Dokter Muh tersenyum lebar ketika Fiona memasuki ruangannya diantar oleh seorang suster. Sementara Krisna menunggu di mobil seperti biasa. "Aku sangat senang waktu kamu menelepon tadi pagi. Kupikir kamu sudah tidak ingin mempertimbangkan penawaranku," ujar Dokter Muh tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya.

Fiona hanya mengulas senyum tipis. Suster yang mengantarnya pergi keluar setelah menempatkan kursi roda Fiona di depan meja Dokter Muh. Mereka akan berbincang sebentar sebelum melakukan pemeriksaan.

"Aku hanya tidak ingin mengecewakan Dokter yang sudah berusaha payah membujukku. Lagipula Amerika terlalu jauh. Aku tidak suka musim dingin dan aku tidak punya siapa-siapa di sana. Pasti akan sangat membosankan jika aku menjalani terapi di Amerika," ujar Fiona yang langsung disambut gelak tawa Dokter Muh.

"Kupikir kamu akan lebih tertarik untuk menjalani terapi di sana karena peralatan medisnya lebih canggih daripada di rumah sakit ini."

"Tapi tidak ada Dokter Muh di sana," tukas Fiona cepat.

Dokter Muh kembali melepaskan tawa renyah.

"Ya, kamu benar. Tapi mungkin saja di Amerika dokter-dokternya masih muda dan tampan."

Fiona memberi jeda sebentar sebelum mengganti topik.

"Apa Dokter menyesal tidak bisa menjadikan aku menantu?"

"Hah?!" Dokter Muh tercekat selama sekian detik. Ia tidak menduga akan diserang dengan pertanyaan menjebak itu.

"Aku sudah tahu jika Dokter ingin menikahkan aku dengan Fajar," ungkap Fiona.

Dokter Muh kaget. Sahabatnya, Pak Burhan pernah mengatakan ingin menikahkan Fiona dengan Fajar, putra Dokter Muh. Dan ia setuju. Tapi, mendadak Pak Burhan mendatangi Dokter Muh dan mengatakan jika Fiona akan menikah dengan orang lain. Maka, hancurlah harapan Dokter Muh untuk menjodohkan Fajar dan Fiona.

"Kalau saja waktu itu Dokter lebih cepat mengatakan ingin menjodohkan Fajar denganku, mungkin aku tidak perlu mengalami nasib buruk seperti ini."

"Tidak ada yang tahu tentang jodoh, Fiona."

"Tapi aku senang Fajar akan menikah minggu depan," ucap Fiona yang sesungguhnya tidak menyesal karena urung dijodohkan dengan Fajar. Fiona hanya menyesali pernikahannya dengan Edgar.

"Kamu harus datang, Fiona."

"Ya, tentu saja."

"Kamu tidak menyesal kan tidak jadi dijodohkan dengan Fajar?"

"Aku biasa saja, Dok. Tenang saja. Semakin banyak cobaan datang, aku justru semakin kuat," tandas Fiona sembari memamerkan senyum terbaiknya.

Dengan begitu banyak persoalan yang menerpa hidup Fiona, menjadikan wanita itu tumbuh semakin kuat. Di saat seseorang menyakitinya, Fiona tidak akan tinggal diam. Ia akan membalaskan sakit hati itu dengan caranya sendiri, sekalipun harus bertindak jahat. Sekarang Fiona paham betul dari mana gen itu ia dapatkan. Jika gen ibunya lebih dominan diturunkan pada Fiona, ia sangat yakin dirinya akan menjadi wanita lemah dan cengeng.

***

"Kudengar mereka tidak menemukan apa-apa, Ed."

Sore ini Billy menghubungi Edgar melalui ponsel milik Emily. Pasalnya Edgar masih belum kepikiran untuk membeli ponsel baru hingga sekarang. Kepala Edgar masih penuh dengan masalah perceraiannya dengan Fiona.

"Ya, mereka sudah memberitahuku," balas Edgar dengan suara lemah.

Nyatanya Billy masih sempat mencari informasi pada pihak kepolisian untuk kasus kecelakaan yang dialami Edgar. Meski sebelumnya ia sempat mengatakan tidak dapat membantu Edgar.

"Aku tidak percaya mereka tidak menemukan satu bukti pun."

"Tidak ada kamera pengawas di sekitar kawasan itu, Bil."

"Bagaimana dengan plat mobilnya?"

"Aku tidak bisa melihatnya dengan jelas saat itu."

"Aku curiga jika polisi tidak sepenuh hati mengurusi kasus itu, Ed."

"Mungkin karena minimnya petunjuk, mereka memilih untuk tidak melanjutkan penyelidikan. Itulah kenapa aku meminta bantuanmu, Bil."

"Aku ingin sekali membantu, Ed. Jika ada waktu aku akan berusaha untuk menyelidiki ke tempat kejadian perkara. Tapi jangan berharap banyak padaku. Aku bukan detektif," ucap Billy.

"Aku mengerti."

"Ed."

"Hm?"

"Keputusan pengadilan akan segera keluar... "

"Secepat ini?" Edgar cukup kaget mendengarnya. Ia memang belum pernah menangani kasus perceraian, tapi Edgar tahu berapa lama prosesnya. Dan Edgar merasa ini terlalu cepat untuknya. Pria itu belum siap untuk menyandang status duda.

"Ya. Fiona ingin secepatnya bercerai," tandas Billy yang secara tidak langsung memberi tahu pada Edgar jika Fiona telah membayar sejumlah uang padanya untuk melancarkan segala urusan perceraian itu.

Edgar tidak berkomentar. Ia memilih memutus sambungan telepon. Fiona benar-benar telah menutup segala kesempatan untuknya memperbaiki kesalahan. Perceraian telah berada di depan mata Edgar.

***

MY DANGEROUS WIFE season 2 (End)Where stories live. Discover now