Bab 41

134 16 0
                                    

Dua minggu setelah pemakaman Pak Burhan, di suatu siang yang cerah, Krisna menerima panggilan telepon dari Ibu Fiona. Saat itu Krisna sedang ada di rumah, seperti biasa. Ia akan pergi ke kantor untuk menjemput Fiona sekitar jam empat sore. Atau jika Fiona butuh dirinya sewaktu-waktu, Krisna akan segera meluncur sesuai permintaan majikannya.

"Apa kamu bisa datang kemari, Kris?" Seumur-umur baru kali ini Ibu Fiona meneleponnya. Wanita itu bahkan meminta Krisna agar datang ke rumahnya. Wajar jika pikiran Krisna merebak ke mana-mana. Pasti ada hal yang sangat penting ingin dibicarakan Ibu Fiona dengannya. "Kamu sedang tidak ada pekerjaan, bukan?"

Krisna memang sedang senggang sekarang, tapi begitu mendengar suara Ibu Fiona seketika keraguan membuncah di dalam dadanya. Batinnya bertanya-tanya apa gerangan yang ingin wanita itu bicarakan dengannya? Apakah ini ada kaitannya dengan kecelakaan yang menimpa Pak Burhan, mengingat Ayah Krisna yang mengemudikan mobil saat itu?

"Ya, Bu. Saya akan ke sana sekarang." Krisna menyatakan kesediaannya untuk datang ke rumah ibu Fiona. Sebagai supir pribadi putrinya, Krisna tak bisa mengabaikan permintaan Ibu Fiona.

Usai menutup telepon, Krisna bergegas meluncur ke rumah ibu Fiona. Krisna sengaja tak memberitahu Bibi Sul dan Bibi Is bahwa ia akan bertemu dengan ibu Fiona untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.

Rumah Pak Burhan terlihat sepi ketika Krisna tiba di sana. Tukang kebun yang biasa mengurus tanaman di halaman rumah tidak tampak. Mungkin ia sedang libur atau sibuk melakukan hal lain. Sedang Ayah Krisna masih cuti hingga hari ini pasca kecelakaan. Kondisinya juga mulai membaik.

"Kamu sudah di sini?" sambut ibu Fiona ketika Krisna datang. "Masuklah," suruhnya mempersilakan Krisna agar duduk di ruang tamu.

Krisna merasa canggung ketika memasuki ruang tamu rumah Pak Burhan. Padahal ketika masih kecil ia dan Fiona kerap bermain di sana. Krisna acapkali keluar masuk kediaman Pak Burhan layaknya rumah sendiri. Tapi, kali ini ia merasa begitu asing berada di rumah itu.

"Ada yang ingin Ibu bicarakan denganmu, Kris," ucap ibu Fiona setelah keduanya duduk berhadapan di ruang tamu rumah Pak Burhan.

Sejujurnya Krisna tak bisa menyembunyikan kegelisahan yang ia rasakan. Ia tahu jika ibu Fiona kurang menyukai dirinya. Terlebih lagi saat Fiona memutuskan untuk menjadikan Krisna sebagai supir pribadinya. Tatapan mata Ibu Fiona terkesan menentang keputusan putrinya kala itu. Namun, ibu Fiona tak bisa berbuat apa-apa.

Apakah ibu Fiona ingin meminta pertanggungjawaban dirinya atas kecelakaan yang menimpa Pak Burhan? Sebagai putra dari supir yang membuat Pak Burhan celaka, wajar jika wanita itu ingin membicarakan masalah ini dengan Krisna.

"Sebelumnya Ibu meminta maaf padamu, Kris. Terus terang selama ini Ibu kurang menyukai kamu karena beberapa hal," tandas Ibu Fiona memulai pemaparannya. "Seharusnya Ibu meminta maaf lebih awal padamu, tapi Ibu belum sempat melakukannya."

Krisna kaget menerima permintaan maaf dari ibu Fiona. Pasalnya ia menduga jika wanita itu akan membahas masalah kecelakaan Pak Burhan, tapi ibu Fiona justru meminta maaf padanya.

"Tidak perlu meminta maaf seperti itu, Bu," ucap Krisna. Ia malah merasa sungkan dengan permintaan maaf Ibu Fiona. "Seharusnya saya yang meminta maaf. Karena Ayah saya, Pak Burhan mengalami kecelakaan."

"Tolong jangan menyalahkan Ayahmu. Dia tidak bersalah dalam kecelakaan itu. Semua orang tahu jika mobil yang mereka tumpangi ditubruk dari belakang. Jadi jangan merasa bersalah. Semua itu sudah takdir."

Krisna tertunduk. Ia tak menyangka jika ibu Fiona begitu berbesar hati atas musibah yang menimpa suaminya.

"Ibu juga ingin mengucapkan terima kasih karena selama ini kamu telah menjaga Fiona dengan sangat baik."

"Itu sudah menjadi kewajiban saya sebagai supirnya, Bu."

"Ibu tahu itu bukan alasan kamu yang sebenarnya. Kamu menjaga Fiona dengan baik karena kamu peduli padanya. Awalnya Ibu tidak suka dengan apa yang kamu lakukan, tapi seiring berjalannya waktu Ibu semakin sadar hanya kamu yang benar-benar peduli dengan Fiona. Selain Ayahnya, hanya kamu yang begitu perhatian pada Fiona," tutur Ibu Fiona.

Krisna merasa malu mendengar ucapan Ibu Fiona. Ia tidak menyangka jika wanita itu cukup peka terhadap hal-hal yang terjadi di sekitarnya. Padahal Krisna berusaha untuk menyembunyikan perasaannya dengan sangat hati-hati.

"Setelah kepergian Ayah Fiona, tidak ada lagi orang yang bisa menjaga Fiona sebaik yang ayahnya lakukan. Ibu tahu, Fiona wanita yang kuat. Dia bahkan jauh lebih kuat dari ibunya sendiri. Tapi, meskipun begitu, Ibu akan merasa lebih tenang jika ada seseorang yang menjaganya. Dan Ibu bersyukur ada kamu di samping Fiona." Ibu Fiona terdiam sejenak. "Kris, apa kamu bersedia menjaga Fiona untuk Ibu?"

Krisna tertegun menatap ibu Fiona. Kegelisahan yang sempat ia rasakan tadi seolah tanpa alasan. Apa yang dikhawatirkan Krisna sama sekali tidak terbukti. Ibu Fiona seakan memberikan restu untuknya, tapi Krisna yakin jika itu bukan maksudnya. Selama ini ia sudah menjaga Fiona dan anggap saja itu tadi perintah langsung dari ibu Fiona untuk memperpanjang masa kerjanya.

"Ya, Bu. Saya akan menjaga Fiona."

"Ibu tidak akan keberatan jika kalian menikah."

Krisna tercekat. Sepasang matanya terbelalak. Ibu Fiona tidak salah ucap, bukan?

"Ta-tapi Bu... " Krisna tergagap. Ia bingung mesti mengatakan apa.

"Ibu percaya padamu, Kris. Kamu akan bisa membahagiakan Fiona."

"Tapi saya hanya seorang supir, Bu. Saya tidak pantas... "

"Ibu tidak peduli kamu supir atau gelandangan sekalipun. Yang paling penting kamu setia dan mencintai Fiona. Itu saja."

Tapi bagaimana dengan Fiona? Sementara selama ini Fiona menganggapnya tidak pernah lebih dari seorang teman. Lagipula apa kata dunia jika ia menikah dengan putri seorang konglomerat? Krisna tidak akan siap menerima hujatan dari orang-orang nantinya.

***

MY DANGEROUS WIFE season 2 (End)Where stories live. Discover now