Bab 26

125 19 1
                                    

"Aku ingin bicara dengan Fiona."

Usai tercenung cukup lama dan gagal mendapatkan ingatannya kembali, Edgar bersuara lirih pada pria di sebelahnya.

"Apa kamu yakin?"

"Ya. Hubungkan aku dengan Fiona," pinta Edgar kemudian.

Awalnya Billy merasa ragu untuk meraih ponselnya yang tersimpan di dalam saku jas, tapi setelah berpikir sejenak akhirnya ia memenuhi permintaan Edgar. Billy menekan nomor kontak Fiona.

"Halo, Fi?" Butuh waktu beberapa detik sampai akhirnya Fiona menjawab panggilan Billy. "Maaf meneleponmu malam-malam begini."

"Ada apa, Bil?"

"Begini, Fi. Aku bersama dengan Edgar sekarang. Aku baru saja memberitahu Edgar tentang semua yang terjadi, tapi ingatannya belum kembali. Edgar ingin berbicara denganmu. Apa kamu bersedia bicara dengannya?" ucap Billy sopan. Bagaimanapun juga Fiona adalah kliennya dan wanita itu sudah menegaskan bahwa ia tak ingin bertemu dengan Edgar. Billy merasa harus menjaga perasaan Fiona.

"Apa lagi yang ingin dia bicarakan denganku? Semuanya sudah berakhir, Bil. Saat ingatannya sudah pulih nanti, dia pasti akan mengingat ucapanku."

Rupanya Fiona masih berpegang teguh pada pendiriannya.

"Tapi, Fi ... "

Ucapan Billy terputus. Pasalnya ponsel yang sedang digenggam Billy direbut dengan paksa oleh Edgar yang sudah tidak sabar ingin berbicara pada Fiona.

"Fiona, ini aku Edgar. Jangan tutup teleponnya. Aku ingin bicara denganmu," ucap Edgar setelah ia berhasil mendekatkan ponsel milik Billy ke telinga kanannya. Sedang Billy hanya bisa bengong menatap Edgar. Bisa-bisanya Edgar berbuat itu padanya.

Tak ada sahutan dari Fiona, tapi jelas-jelas telepon masih terhubung.

"Aku ingin bertemu denganmu, Fiona. Sekali saja." Edgar berusaha membujuk Fiona padahal sudah jelas jika wanita itu menolak bertemu dengannya.

"Tidak ada yang perlu kita bicarakan, Ed. Di antara kita sudah berakhir. Setelah ingatanmu kembali, kamu pasti akan mengingat semua kata-kataku."

"Hanya lima menit, Fi. Aku ingin bertemu denganmu hanya lima menit saja. Sekalipun mungkin itu untuk yang terakhir, apa kamu tidak bisa mengabulkan permohonanku?"

Billy melongo mendengar Edgar yang sedang sibuk meratap pada Fiona.

"Aku diberitahu kalau aku bersalah padamu. Aku ingin meminta maaf," ucap Edgar yang masih belum menyerah.

"Sekalipun kita bertemu dan bicara, tidak akan ada yang berubah, Ed. Jadi, apa gunanya kita bertemu? Itu hanya akan membuang waktu."

"Apa yang telah kulakukan sebelumnya memang tidak termaafkan. Tapi, izinkan aku menemuimu sekali ini saja. Setelah ini aku tidak akan meminta hal yang sama padamu," ucap Edgar masih gigih membujuk Fiona. Ia berharap wanita itu akan meloloskan permintaannya.

"Apa yang kamu inginkan setelah bertemu denganku? Kamu ingin ingatanmu kembali?"

Edgar diam. Apakah benar yang dituduhkan Fiona padanya? Ia ingin bertemu dengan Fiona agar ingatannya pulih seperti sedia kala.

"Dengar, Ed." Di saat hanya hening yang mengisi sambungan telepon di antara keduanya, Fiona kembali menyambung percakapan. "Sekalipun kamu tidak bertemu denganku, ingatanmu pasti akan kembali suatu saat nanti. Bukankah dokter yang merawatmu sudah menjelaskan hal itu? Jadi, untuk apa kita bertemu?"

"Aku ingin melihat wajahmu, Fi."

Fiona tersenyum di ujung sana.

"Jangan berekspektasi tinggi terhadapku, Ed. Mungkin sebaiknya aku memberitahumu tentang kondisiku agar kamu tidak membayangkan seperti apa aku."

Bibir Edgar masih terkatup rapat, akan tetapi pria itu menoleh sekilas ke arah Billy. Sorot matanya mengajukan sebuah pertanyaan pada Billy, tapi sahabat Edgar itu tidak bisa menangkap isyarat yang dikirim olehnya.

"Aku tidak bisa berjalan, Ed. Sebuah kecelakaan membuat kedua kakiku tidak bisa digerakkan. Selamanya aku harus duduk di atas kursi roda. Itulah yang mereka katakan kepadaku," ucap Fiona.

Edgar tercekat mendengar pengakuan Fiona.

"Apa kamu kecewa setelah mendengar ucapanku?"

Suara Fiona terdengar memecah kekosongan di antara mereka berdua.

"Apa sudah tidak ada yang ingin kamu bicarakan denganku? Kalau begitu aku tutup teleponnya."

"Tunggu... " Ketika Edgar tersadar dari kebisuannya, sambungan telepon telah terputus secara sepihak. Fiona telah mengakhiri perbincangan di antara mereka berdua.

Edgar menurunkan ponselnya dengan tangan lemas.

Sebenarnya orang seperti apa diri Edgar sebelum mengalami kecelakaan? Satu pertanyaan besar mengimpit benak Edgar. Pria itu merasa semakin frustrasi membayangkan hal-hal buruk tentang dirinya.

"Kamu baik-baik saja, Ed? Apa kepalamu sakit?" Teguran halus datang dari Billy. Ia turut menyentuh bahu Edgar di saat pria itu merasa terpuruk.

"Aku tidak apa-apa, Bil. Apa kamu bisa mengantarku pulang?"

"Ya, tentu saja." Billy menyanggupi permintaan sahabatnya. Edgar terlihat tidak sehat usai berbicara dengan Fiona di telepon. Wajahnya berubah pucat dan keringat dingin mulai menetes dari kedua pelipisnya. Mungkin Edgar harus minum obat atau beristirahat untuk menenangkan pikiran, batin Billy seraya memasang sabuk pengaman ke tubuhnya.

***

MY DANGEROUS WIFE season 2 (End)Where stories live. Discover now