Bab 18

149 19 0
                                    

Billy telah sampai di kafe lima menit sebelum Fiona. Pria itu memesan dua cangkir latte, tanpa kudapan apapun. Topik yang akan akan mereka bahas terlampau serius sehingga Billy yakin ia maupun Fiona tidak akan tertarik untuk mencicipi kudapan asin atau manis sekalipun. Padahal ada menu baru yang ditawarkan pelayan kafe saat mengantarkan dua cangkir latte ke meja Billy. Pria itu mendengarnya sebagai cromboloni.

Fiona diantar Krisna masuk ke dalam kafe dan begitu melihat wanita itu, Billy langsung datang menghampiri dan mengambil alih kursi rodanya.

"Aku sudah memesan latte untukmu," ucap Billy saat mendorong kursi roda Fiona menuju ke arah meja yang telah ia tempati. Sementara Krisna telah keluar dari kafe dan sedang menunggu di dalam mobil. "Kalau kamu tidak suka, aku bisa memesan minuman yang lain."

"Tidak perlu," tolak Fiona. Minuman apapun tidak penting untuknya. Yang terpenting baginya hanyalah apa yang akan disampaikan Billy. Sesungguhnya Fiona lebih suka langsung mendengar apa yang akan disampaikan oleh sahabat Edgar itu daripada sibuk menentukan minuman atau sekadar bertukar basa basi.

Billy duduk kembali di kursinya, berhadapan dengan Fiona.

"Ada hal penting apa yang ingin kamu sampaikan, Bil?" Fiona tak ingin menunda lebih lama lagi.

Billy paham. Ia tahu Fiona sudah tak sabar ingin mendengar apa yang akan disampaikannya.

"Pagi tadi aku menjenguk Edgar," ujar Billy langsung pada pokok permasalahan. "Secara fisik kondisinya cukup baik. Agaknya luka yang diderita Edgar tidak terlalu parah. Hanya saja ada yang salah dengan isi kepalanya."

Fiona mencermati baik-baik penuturan Billy. Sepertinya dugaan Fiona meleset. Kondisi fisik Edgar tak separah kerusakan mobilnya ketika mengalami kecelakaan.

"Maksudnya?"

"Begini, Fi. Kurasa Edgar mengalami amnesia."

"Amnesia?" Seperti perkiraan Billy, Fiona tampak kaget saat mendengar pemberitahuannya. "Edgar lupa ingatan?"

Billy tidak menggeleng atau mengangguk.

"Edgar kembali ke masa saat usianya 28 tahun, Fi."

Fiona terenyak. Memangnya ada hal semacam itu di dunia nyata? Sewaktu Frans menghubungi Fiona, ia tak menyinggung jika Edgar mengalami amnesia. Pria itu telah melewatkan satu berita penting.

"Aku tahu hal itu saat aku mengatakan pada Edgar kalau kamu menggugat cerai dirinya. Dia bahkan tidak ingat sama sekali padamu, Fi. Tapi, dia masih mengenali aku. Ingatannya berhenti sampai di usia 28. Itu adalah saat dia belum bertemu denganmu, bukan?"

"Ya." Fiona mengangguk lambat. "Tapi apa itu mungkin, Bil?"

"Aku sudah bertanya pada dokter yang merawatnya, Fi. Dan dia mengatakan jika itu bisa saja terjadi pada pasien yang mengalami kecelakaan. Cedera parah di kepala adalah penyebabnya. Tapi, dokter mengatakan itu hanya bersifat sementara. Dia yakin Edgar akan pulih nantinya," ujar Billy.

"Kupikir itu hanya terjadi di drama." Fiona setengah menggumam. Akal sehatnya masih belum bisa menerima kenyataan. Mungkin setelah ia membuktikannya sendiri, Fiona baru akan memercayainya.

"Terkadang drama juga terinspirasi dari kisah nyata, kan?" sahut Billy.

"Lalu bagaimana dengan gugatan cerainya? Apa masih bisa berlanjut?"

"Kurasa kamu harus menundanya hingga ingatan Edgar pulih, Fi. Kamu tidak bisa menggugat seseorang yang sama sekali tidak mengingatmu, kan?"

"Bagaimana jika Edgar tidak pulih selamanya, Bil? Apa aku bisa terbebas dari ikatan pernikahan tanpa bercerai?"

Billy mengedikkan kedua bahunya.

"Kasus seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya, Fi."

"Kamu yakin Edgar tidak sedang berpura-pura, kan?" Entah mengapa bagi Fiona terlalu sulit untuk memercayai ucapan Billy.

"Kamu bisa membuktikan sendiri ucapanku dengan mendatanginya, Fi. Jika kamu mau, aku bisa mengantarmu ke sana sekarang," tawar Billy. Ia telah mengatakan yang sebenarnya, tapi sorot mata Fiona masih terkesan meragukan perkataannya.

Tentu saja Fiona tidak akan pernah melakukannya.

"Tidak. Aku tidak mau bertemu dengannya," tandas Fiona enggan. 

Billy mengembuskan napas panjang.

"Kalau Edgar cepat pulih, kamu bisa segera melayangkan gugatan cerai padanya," tandas Billy diam-diam membujuk Fiona agar wanita itu bersedia menemui Edgar di rumah sakit. Mungkin dengan pertemuan itu bisa membangkitkan kembali ingatan Edgar pada Fiona.

"Beritahu aku kalau dia sudah mengingat semuanya," ucap Fiona seraya menekuri layar ponselnya. Ia mengirim pesan singkat pada Krisna agar bergegas masuk ke dalam kafe dan menjemputnya.

"Baiklah." Billy mengangguk seperti robot. Ia tak mengira Fiona menyudahi percakapan sampai di sini, padahal ada beberapa hal yang masih ingin Billy bahas dengannya.

Krisna tiba hanya dalam hitungan beberapa detik kemudian.

"Aku pergi," pamit Fiona.

"Hati-hati... "

Billy membeku di tempat duduknya dengan tatapan mengarah ke pintu keluar kafe. Wanita itu bahkan tak menyentuh cangkirnya, batin Billy menyayangkan pesanannya. Fiona mengakhiri percakapan begitu saja tanpa menyelipkan kata-kata yang layak. Sikapnya begitu dingin dan kaku.

Namun, hingga detik ini pun Billy masih bersikeras ada di pihak Fiona.

***

MY DANGEROUS WIFE season 2 (End)Where stories live. Discover now