Bab 9

181 18 2
                                    

Fiona kembali menyesap isi cangkirnya.

"Apa yang kamu pikirkan saat melihatku?" Fiona melanjutkan perbincangan setelah meletakkan cangkir kopinya. "Tidakkah kamu merasa kasihan pada orang cacat sepertiku? Sebuah kecelakaan telah membuatku tidak bisa berjalan lagi. Dan kamu menambah penderitaanku dengan merebut suamiku. Apa kamu tidak punya hati nurani?"

Mira serasa tercekik menghadapi situasi ini. Ucapan Fiona berhasil mencabik hatinya.

"Maafkan aku. Aku tidak pernah tahu jika Edgar sudah menikah," ucap Mira selagi masih memiliki keberanian untuk meminta maaf.

"Apa Edgar juga tidak pernah memberitahumu?"

Mira menggeleng pelan. Tapi, ia tidak ingin melimpahkan semua kesalahan pada Edgar.

"Salahku yang tidak pernah bertanya padanya."

Fiona mengulum senyum sinis. Edgar dan Mira sama, batin Fiona.

"Apa kamu tidak bertanya-tanya kenapa Edgar tidak menemuimu beberapa hari belakangan?"

Mira tercekat. Beberapa hari terakhir ia memang menunggu kabar dari Edgar. Mira sangat merindukannya. Ia ingin sekali bertemu dengan Edgar, tapi ponsel Edgar tidak aktif.

"Kamu tahu, Edgar diberhentikan dari firma hukum tempatnya bekerja," beritahu Fiona kemudian. Pada akhirnya ia tahu jika Mira sama sekali tidak mengetahui apapun tentang kabar Edgar. "Beberapa hari yang lalu Edgar mengalami kecelakaan... "

"Kecelakaan?" Mira memekik pelan.

Fiona mengangguk cepat.

"Kondisinya parah. Dia masih belum sadar sampai sekarang. Dokter bahkan tidak bisa berbuat apa-apa. Harapannya tipis," imbuh Fiona.

Mira tampak syok. Wajahnya seketika pucat. Jari-jemarinya bergetar. Pria yang dicintainya sedang berjuang antara hidup dan mati.

"Tidak ada gunanya kamu masih bertahan," tandas Fiona mengisi ketegangan. Wanita itu harus benar-benar menjatuhkan mental Mira sejatuh-jatuhnya.

Mira memberanikan diri menatap lawan bicaranya.

"Aku tidak bisa menjamin Edgar akan membuka matanya suatu hari nanti. Jadi, kuminta sebaiknya lepaskan Edgar. Kami masih belum bercerai. Tidak ada gunanya kamu menunggu Edgar."

Mira tertegun menyimak ucapan Fiona. Hatinya telah patah semenjak wanita di hadapannya mengatakan jika Edgar telah mengalami kecelakaan. Perasaannya hancur berkeping. Ini lebih menyakitkan ketimbang saat Mira mendapatkan kekerasan dari mantan kekasihnya. Siapa nanti yang akan menjadi sandaran jiwanya?

"Kusarankan sebaiknya kamu pergi dari kota ini. Mungkin kamu bisa kembali ke tempat asalmu atau merantau ke kota lain. Di sini kamu tidak akan mendapatkan pekerjaan. Jadi, percuma kamu ada di sini. Tidak akan ada orang yang mau mempekerjakan kamu," tutur Fiona mendominasi pembicaraan.

Mira masih diam. Fiona bukanlah tandingannya. Meski secara fisik Fiona tidak sempurna, tapi wanita itu memiliki kekuatan dan kekuasaan yang tak diduga Mira.

"Aku akan melepaskan Edgar." Setelah terdiam cukup lama, akhirnya sederet kata meluncur perlahan dari bibir Mira. Meski sesungguhnya ia berat untuk melakukannya, tapi Mira harus melepaskan Edgar. Ia tak bisa lagi memaksakan perasaannya pada Edgar. Situasi sama sekali tidak mendukungnya. Kondisi Edgar juga sedang tidak baik.

"Itu bagus," gumam Fiona. Nyatanya segampang itu menyingkirkan Mira dari hidup Fiona. "Lupakan Edgar untuk selama-lamanya."

"Aku permisi dulu." Mira buru-buru berpamitan. Perbincangan itu telah berakhir baginya. Semua sudah jelas sekarang. Status Edgar dan kondisinya yang berada di antara hidup dan mati. Fiona juga telah memberitahunya apa yang mesti Mira lakukan sekarang.

Fiona tak merespon ucapan Mira. Wanita itu hanya memandang remeh ke arah punggung Mira yang mulai bergerak menuju pintu keluar kafe. Fiona telah melakukan banyak hal untuk mengusik hidup wanita itu. Dan pada akhirnya ia memutuskan untuk menyingkirkan Mira dari kehidupan Edgar selamanya.

Fiona buru-buru menghubungi nomor telepon Krisna begitu sosok Mira telah melewati pintu keluar kafe. Dan tak butuh waktu lama bagi Krisna untuk datang ke tempat Fiona.

"Kita pergi sekarang?"

"Ya," angguk Fiona.

Krisna mulai mendorong kursi roda milik Fiona.

"Apa kamu mau pergi ke tempat lain?" tanya Krisna bermaksud memancing. Ia hanya ingin tahu apakah Fiona berminat untuk pergi ke rumah sakit guna menemui Dokter Muh. Mungkin saja Dokter Muh sudah kembali.

"Kita pulang saja. Aku lelah."

Kenyataannya Krisna mesti menelan kekecewaan. Fiona masih belum ingin pergi ke rumah sakit. Mungkin lain kali, batinnya menghibur diri sendiri.

Krisna baru saja mendudukkan Fiona di jok belakang, ketika tiba-tiba ponsel milik wanita itu bergetar singkat. Agaknya sebuah pesan singkat masuk ke dalam ponsel Fiona.

Dari Frans:

Kondisi Edgar sudah mulai stabil.

Fiona menatap layar ponselnya lekat-lekat. Ia tidak salah baca. Frans baru saja memberitahu kondisi terkini Edgar yang mulai stabil. Apakah itu artinya ada harapan bagi Edgar untuk membuka matanya suatu hari nanti?

***

MY DANGEROUS WIFE season 2 (End)Where stories live. Discover now