Bab 25

131 16 0
                                    

"Astaga!"

Billy memekik kaget saat mendapati Edgar telah berdiri di samping pintu mobilnya. Pria itu seketika mengedarkan pandangan ke sekeliling dan tak menemukan siapa-siapa. Area parkir sepi dan hanya ada mereka berdua di sana. Untungnya Pak Andreas dan yang lain telah pulang lebih dahulu, pikir Billy yang merasa beruntung karena tadi harus mengerjakan sesuatu sebelum meninggalkan meja kerjanya.

Dengan langkah tergesa Billy menghampiri Edgar yang tampak sedang berdiri menunggunya.

"Sedang apa kamu di sini?" hardik Billy setengah kesal. Beberapa jam lalu ia sudah memberitahu Edgar melalui telepon dan ucapannya sangat jelas. Fiona tidak mau bertemu dengannya. Lantas apa yang diinginkan Edgar sekarang?

"Kita perlu bicara, Bil."

Billy mendesah kasar. Tidak seharusnya Edgar menemuinya seperti ini. Billy merasa risih tiap kali Edgar mencecarnya dengan berbagai pertanyaan ingatan masa lalunya.

"Apa kepalamu baik-baik saja? Apa ada yang sakit?" Billy mencecar sahabatnya.

"Tidak, aku baik-baik saja," tandas Edgar dengan keyakinan tinggi. Kepalanya tidak sakit. Tubuhnya juga jauh lebih sehat.

"Tapi kenapa kamu kemari, hah? Kamu bahkan tidak memberitahuku kalau mau datang," ujar Billy menyesalkan tindakan Edgar. Kalau saja Edgar memberitahunya sebelum datang, Billy pasti akan mencegah. "Masuklah. Kita bicara di dalam," suruh Billy pada Edgar supaya masuk ke dalam mobil. Billy tidak mau ada seseorang dari kantor melihatnya sedang berbicara dengan Edgar.

Edgar menuruti perintah Billy begitu saja tanpa banyak bertanya.

"Apa yang membawamu kemari?" tanya Billy setelah keduanya menempati jok masing-masing. Billy duduk di jok supir, sedang Edgar menempati jok di sebelahnya. "Kalau kamu mau bertanya tentang permasalahan rumah tangga kalian, sudah kukatakan aku tidak tahu detailnya."

"Bukan. Aku ingin bertanya masalah lain."

"Soal apa?" tanya Billy yang tak langsung merasa tenang bahkan ketika Edgar mengatakan tak akan bertanya permasalahan rumah tangganya.

"Aku ingin tahu kenapa aku diberhentikan dari firma." Tatapan Edgar seketika mengarah ke gedung yang berdiri kokoh di depan mereka. Ia masih memiliki sebagian ingatan di tempat itu. Edgar pernah bekerja di sana sebelum mengalami kecelakaan.

Meskipun Edgar tidak bertanya masalah rumah tangganya, tetap saja  pertanyaan yang ia ajukan berkaitan erat dengan persoalan pernikahannya.

"Itu hanya sebuah kesalahpahaman," ucap Billy yang masih ingin menyembunyikan fakta yang sebenarnya dari Edgar. Namun, ucapannya justru menimbulkan keingintahuan di benak Edgar.

"Kesalahpahaman seperti apa? Apa aku sudah melakukan sebuah kesalahan besar? Apa kesalahanku tidak bisa ditolerir?" cecar Edgar yang sudah tidak sabar menunggu penjelasan Billy.

"Apa dengan melihat gedung itu tidak membangkitkan ingatanmu kembali?"

Edgar kembali mencermati gedung di depan mereka.

"Aku ingat pernah bekerja di sana, tapi aku tidak merasa melakukan apapun. Pekerjaanku baik. Aku juga berhasil memenangkan beberapa kasus... "

Sepertinya akan lebih baik jika Edgar segera menemukan ingatannya yang hilang. Sehingga Billy tak perlu menjelaskan apapun padanya.

"Apa aku harus bertanya pada Pak Andreas?" Sebelum Billy mengutarakan tanggapannya, Edgar mengajukan sebuah usul konyol yang membuat Billy langsung memekik.

"Apa kamu sudah tidak waras?!"

Untungnya suara Billy hanya bisa ditangkap telinga Edgar. Seruannya memenuhi ruangan di dalam mobil.

Edgar melongo melihat reaksi sahabatnya.

"Apa aku salah jika bertanya langsung pada Pak Andreas?" tanya Edgar dengan wajah tak berdosa.

"Ya," tegas Billy yang mulai frustrasi melihat kelakuan Edgar.

"Lalu aku harus bertanya pada siapa, Bil? Kamu dan keluargaku, semuanya bungkam setiap kutanya. Dan aku tidak mau menunggu sampai aku mengingat semuanya," keluh Edgar yang ikut-ikutan merasa frustrasi dengan kondisinya.

"Kamu sangat tidak sabaran, Ed. Percayalah padaku kamu akan menyesal setelah mengetahui semuanya," tandas Billy. Jika ia harus berterus-terang saat ini juga, maka Billy akan melakukannya. Bukan karena ia tidak memiliki pilihan, tapi Billy sudah lelah didesak terus-terusan oleh Edgar.

"Sekarang atau nanti, aku tetap menyesal, bukan? Lalu apa bedanya menyesal sekarang atau nanti?"

Mendengar perkataan Edgar, Billy merasa tertantang untuk menceritakan semuanya pada Edgar. Toh, yang melakukan kesalahan adalah Edgar, bukan Billy.

"Dengar, Ed." Billy berusaha menenangkan diri. "Kamu telah berselingkuh dengan wanita lain. Itulah sebabnya Fiona mengajukan gugatan cerai. Sebab itu juga kamu diberhentikan dari firma. Karena foto-foto perselingkuhanmu beredar luas di internet, karir dan reputasimu hancur. Kamu kehilangan semua klien dan karena itu Pak Andreas memberhentikan kamu dari firma hukumnya," tutur Billy menerangkan secara garis besar ingatan Edgar yang telah hilang tanpa basa basi.

"Aku berselingkuh?" Dengan mimik tak percaya Edgar menunjuk diri sendiri.

"Ya, itulah faktanya." Gestur Billy membenarkan pertanyaan Edgar. Mereka bahkan kerap berdebat karena masalah perselingkuhan Edgar.

"Apa aku orang seperti itu?" Kini Edgar memasang tampang linglung. Ia tampak meragukan ucapan Billy, tapi sebenarnya Edgar tahu jika Billy sedang tidak berbohong padanya.

"Sayangnya iya. Kamu terlalu lemah pada penderitaan orang lain, Ed. Itulah yang membuatmu berselingkuh."

"Tapi kenapa kamu tidak berusaha menghentikanku?"

"Aku sudah melakukannya berulang kali, Ed. Tapi kamu punya pemikiran sendiri. Aku tidak bisa berbuat banyak karena kamu yang harus menentukan pilihan."

Edgar tertegun. Ia berusaha cukup keras untuk mengingat, tapi kepalanya justru terasa sakit. Bahkan setelah mengetahui kenyataan yang sesungguhnya, Edgar masih belum bisa mengingat semuanya.

Sementara Billy merasa lega. Setelah menahan diri dengan sudah payah selama beberapa waktu, akhirnya ia merasa lega usai menceritakan sekelumit kehidupan Edgar.

***

MY DANGEROUS WIFE season 2 (End)Where stories live. Discover now