Bab 28

143 17 0
                                    

"Aku akan bertemu dengan Edgar hari ini," beritahu Fiona sesaat setelah Krisna berhasil menempatkan diri di jok supir.

Gerakan tangan Krisna yang hendak memasang sabuk pengaman terhenti sebentar. Haruskah Fiona bertemu dengan pria itu setelah semua yang terjadi?

Ketakutan terbesar Krisna beberapa waktu belakangan adalah Fiona kembali pada Edgar. Bagaimanapun juga Fiona pernah sangat mencintai pria itu. Fiona berkorban banyak hal untuk bisa bersama dengan Edgar. Di saat Ayahnya tidak menyetujui hubungan mereka, Fiona memilih untuk tetap menikah dengan Edgar. Ia bahkan membeli rumah baru agar mereka bisa tinggal bersama jauh dari kedua orang tua Fiona.

Fiona pernah mencintai Edgar sedalam itu. Bukan mustahil jika perasaan itu masih tersisa di hati Fiona dan kembali bertumbuh seiring berjalannya waktu, juga sebab berbagai hal.

Krisna tak ingin memberi tanggapan. Ia bergegas menjalankan mobil setelah selesai memasang sabuk pengaman di tubuhnya.

"Kita akan pergi ke mana?" tanya Krisna tanpa melirik ke arah spion tengah seperti biasa.

Fiona menyebutkan nama sebuah kafe beserta alamatnya.

"... Kamu masih ingat, kan? Kamu pernah mengantarku ke sana belum lama ini."

"Ya, aku masih ingat."

Krisna melajukan mobil milik majikannya dengan kecepatan sedang. Pria itu fokus pada kemudinya dan enggan mengobrol dengan wanita di belakang joknya.

Begitu tiba di kafe, Krisna mengantar Fiona masuk. Namun, pria itu tak melihat keberadaan Edgar. Di sudut manapun Krisna tak menemukan sosok Edgar.

"Apa dia belum datang?" tanya Krisna setelah memastikan Edgar tidak ada di dalam kafe. Pria itu mendorong kursi roda Fiona ke salah satu meja kosong di sudut ruangan.

"Aku memang datang setengah jam lebih awal."

"Oh." Krisna menelan saliva karena gugup. Bahkan Fiona rela datang lebih awal, pikir pria itu cemburu setengah mati. Fiona juga memoles bibirnya dengan warna merah menyala hanya untuk bertemu dengan Edgar. Padahal selama ini Fiona hanya menggunakan lipstik merah muda dan itupun tidak terlalu tebal. Bukankah itu pertanda jika Fiona masih mencintai Edgar? Ataukah Fiona ingin menarik perhatian Edgar kembali?

"Aku akan menghubungimu setelah selesai," ucap Fiona menyadarkan kebisuan Krisna.

"Baiklah. Aku tunggu di luar." Krisna berlalu dari hadapan Fiona tanpa berani mengungkapkan kecemburuannya. Sekali lagi Krisna sadar ia bukan siapa-siapa dan tak layak untuk mendapatkan hati Fiona. Wanita itu tak pernah menganggapnya lebih dari seorang teman. Krisna berjanji akan memendam perasaannya tanpa ketahuan. Ia sudah terbiasa dengan patah hati semacam ini.

Usai Krisna pergi, Fiona memesan secangkir kopi dan dua buah muffin cokelat untuk dirinya sendiri. Ia akan menikmati kudapannya selama menunggu Edgar datang.

Tidak lama setelah Fiona menghabiskan lebih dari separuh muffin cokelat pertama, wanita itu melihat sosok Edgar muncul dari balik pintu masuk kafe. Ia terlihat kebingungan. Edgar mengedarkan pandangannya ke seluruh isi kafe, tapi tidak tahu harus mendatangi meja mana.

Di saat Edgar masih berdiri di depan pintu kafe dan tampak kebingungan, Fiona mengangkat salah satu tangannya ke atas sebagai sebuah isyarat yang ia tujukan pada Edgar. Nyatanya pria itu datang sendirian seperti yang diinginkan Fiona. Tak perlu ada Billy di antara mereka berdua.

Setelah menangkap isyarat yang dikirimkan Fiona, Edgar pun bergegas menuju ke arah meja yang ditempati wanita itu. Langkahnya terkesan ragu. Sorot matanya tak lepas menatap pada wajah Fiona.

Wanita itu benar-benar duduk di atas kursi roda, batin Edgar.

Ketika Edgar sampai di hadapan Fiona, wanita itu mempersilakannya untuk duduk. Tapi, Edgar seolah kehilangan semua kata yang telah ia persiapkan dari rumah. Melihat kondisi Fiona membuat Edgar merasa tersentuh.

"Jangan menatapku seperti itu," ucap Fiona begitu Edgar berhasil menempati kursinya. Pasalnya kedua mata pria itu terus mengarah pada Fiona. "Aku sudah mengatakan kalau aku tidak bisa berjalan, bukan?" ucap Fiona dibarengi dengan sebuah lemparan senyum.

"Ya," sahut Edgar salah tingkah. Pria itu merasakan dadanya bergemuruh hebat ketika Fiona balas menatap ke dalam matanya.

"Setelah bertemu denganku, apa ada sesuatu yang bisa kamu ingat dariku?" tanya Fiona sesaat kemudian.

Anehnya tidak ada. Bahkan setelah Edgar bertemu Fiona, tidak terjadi apa-apa dengan kepalanya. Ingatannya tidak kembali. Tapi, mungkin saja pasien amnesia tidak sembuh semudah itu.

"Aku belum mengingat apapun," ucap Edgar sembari menggeleng pelan.

Pernyataannya justru mengundang tawa di bibir merah Fiona. Wanita itu jelas-jelas menertawakan Edgar.

"Bukankah aku sudah bilang bahwa tidak ada gunanya kita bertemu, Ed? Aku sudah menduga jika ini tidak akan berhasil," ujar Fiona yang lantas membuang tatapan ke sudut lain. Ujung bibirnya masih menertawakan Edgar.

Entah mengapa saat melihat tawa di bibir Fiona, hati Edgar terasa seperti teriris. Rasanya begitu pedih. Namun, ia belum berhasil menemukan ingatan yang menyakitkan itu.

"Apa kamu mau kubantu untuk mengingat masa lalu?" tawar Fiona usai tawa dibibirnya lenyap. Wajahnya berubah serius.

Seolah terhipnotis oleh paras cantik Fiona, Edgar menganggukkan kepala dalam kepasrahan.

***

MY DANGEROUS WIFE season 2 (End)Where stories live. Discover now