Bab 17

180 16 2
                                    

Billy merasa gelisah di depan meja kerjanya. Pria itu berjalan mondar mandir dengan pikiran penuh.

Edgar tidak waras, pikir Billy berulang kali. Ada yang salah dengan kepala Edgar. Billy bahkan sampai repot-repot menemui dokter yang merawat Edgar, tapi dokter itu hanya mengatakan bahwa hal semacam itu bisa terjadi pada pasien pasca kecelakaan. Terkadang pasien kecelakaan yang mengalami cedera parah di kepala bisa mengalami amnesia. Namun, biasanya itu hanya terjadi sementara. Dokter yang menangani Edgar tampak santai saat mengatakannya. Seolah-olah itu bukan kejadian luar biasa baginya. Padahal Billy sudah ketakutan setengah mati. Bagaimana jika Edgar tidak bisa mengingat bagian yang hilang itu selamanya?

Edgar kembali ke usia 28. Di saat ia belum mengenal Fiona. Pantas saja ekspresi yang ditunjukkan Edgar terlihat polos dan tanpa beban. Ia tidak akan setenang itu kalau mengingat masalahnya dengan Fiona.

Tadinya Billy ingin memberitahu Emily, kakak Edgar. Namun urung dilakukannya. Keluarga Edgar pasti akan tahu cepat atau lambat. Dokter yang merawat Edgar juga akan memberitahu mereka. Satu-satunya orang yang harus diberitahu masalah Edgar adalah Fiona. Billy harus memberitahu Fiona secepatnya. Tapi, Billy ingin memberitahu Fiona secara langsung. Akan lebih nyaman jika Billy mendatangi rumah Fiona dan membicarakan masalah ini empat mata dengannya.

Sepuluh menit kemudian Billy telah duduk di balik kemudinya. Ia sedang dalam perjalanan menuju ke rumah Fiona. Pria itu mencoba untuk menghubungi nomor kontak Fiona untuk sekadar berjaga-jaga.

"Halo, Fi. Apa kamu di rumah sekarang? Bisakah kita bicara sebentar? Ada hal yang ingin kuberitahu padamu."

"Memangnya ada apa, Bil?" Fiona sedikit merasa janggal mendengar suara Billy di telepon. Pria itu terkesan buru-buru dan Fiona merasa khawatir saat Billy mempertanyakan posisinya. Tidak ada satupun orang yang Fiona beritahu jika dirinya telah pindah rumah.

"Aku akan katakan saat tiba di rumahmu."

"Kenapa tidak mengatakannya di telepon saja?" Fiona pikir itu lebih praktis dan tidak membuang waktu maupun energi. Juga tidak akan ada yang tahu alamat rumah barunya. Billy dekat dengan Edgar dan bisa saja mereka saling bertukar informasi.

"Tidak bisa, Fi."

"Apa itu hal yang sangat penting?"

"Ya," angguk Billy dengan suara tegas. Fiona harus diberitahu jika masalah yang akan mereka bicarakan sangat serius. "Aku sedang dalam perjalanan menuju ke rumah kamu."

"Tapi aku sedang tidak ada di rumah, Bil." Fiona menukas secepat kilat. Sungguh, saat ini ia sedang berdiam diri di dalam kamarnya seperti biasa. Fiona hanya tak ingin Billy mengetahui alamat rumahnya yang baru.

"Oh, begitu ya? Sayang sekali." Billy sedikit merasa kecewa. Padahal ia harus segera bertemu dengan Fiona dan mengatakan semuanya secara langsung pada wanita itu. "Bisakah kita bertemu?"

"Ya, tentu."

"Bagaimana jika kita bertemu setelah makan siang? Aku akan memberikan alamatnya nanti."

"Baiklah."  Fiona setuju tanpa banyak pertimbangan.

Usai menutup telepon, Billy segera mencari jalan untuk putar balik ke kantornya.

**

Fiona menyisir rambut panjangnya sembari bertanya-tanya dalam hati. Apa yang akan disampaikan Billy padanya dan sepenting apa sampai-sampai mereka harus bertemu secara langsung?

Frans baru saja menelepon dan memberitahu Fiona tentang kondisi kesehatan Edgar. Dan tidak ada masalah dengannya. Edgar hanya mengalami cedera di kepala dan kaki. Sementara di tangan hanya mengalami luka lecet. Dalam beberapa minggu ke depan Edgar akan pulih.

"Mobilnya sudah siap, Nyonya." Bibi Sul memecah lamunan Fiona dengan laporannya. Krisna sudah menunggu di depan.

Fiona menghentikan gerakan menyisir dan beralih menjangkau sebuah jepit rambut berwarna hitam dan memasangkan benda itu di bagian samping kepalanya. Anak rambutnya bertambah panjang akhir-akhir ini, tapi Fiona tidak berpikir untuk memotongnya kembali. Ia hanya membiarkannya meski terkadang mengganggu.

Bibi Sul mendorong kursi roda Fiona keluar dari kamar. Saat itu jam sudah menunjuk angka satu. Sedang janji temunya dengan Billy setengah jam lagi.

"Kita mau pergi ke mana?" tanya Krisna saat ia berhasil duduk di balik kemudi usai membantu Fiona menempati jok belakang. Mereka bersiap berangkat, tapi Krisna perlu tahu tujuan Fiona.

Fiona menyebutkan nama sebuah kafe beserta alamat yang dikirimkan Billy melalui sebuah pesan instan.

"Aku akan bertemu dengan seorang pengacara," ujar Fiona setelah mengatakan tujuannya. Padahal Krisna tidak berkata apapun. Namun, Fiona berusaha memberitahu sekalipun pria itu tak bertanya. "Aku akan bercerai, Kris," beritahunya.

Krisna melirik spion tengah. Ia tak punya komentar apa-apa untuk diberikan pada Fiona. Namun, ketika mendengar keputusan Fiona seluruh hatinya merasa lega. Padahal Krisna tahu mustahil baginya untuk bisa memiliki Fiona. Impian itu terlalu jauh untuk digapai seorang supir seperti dirinya.

***

MY DANGEROUS WIFE season 2 (End)Where stories live. Discover now