Bab 27

98 11 0
                                    

Fiona bisa menebak jika Edgar  sedang tersiksa saat ini. Setelah diberitahu Billy tentang betapa kelamnya ingatan yang hilang itu, Edgar tentu merasa sangat bersalah pada dirinya sendiri dan pada Fiona. Ia merasa buruk dan terpuruk. Dan pria itu akan merasa jauh lebih terpuruk ketika seluruh ingatannya telah kembali. Suatu saat itu pasti akan tiba, entah cepat atau lambat.

Fiona menyesap isi gelasnya yang berisi air perasan jeruk lemon sembari terus berpikir. Ia harus segera mendapatkan ide untuk skenario barunya.

Setelah menghubungi Fiona beberapa hari lalu, belum ada kabar apapun tentang Edgar. Billy belum menelepon kembali hingga detik ini.

Ponsel milik Fiona yang tergeletak di atas meja mendadak bergetar. Sebuah panggilan datang dari sederet angka yang sudah dihafal wanita itu di luar kepala. Fiona memang sedang menunggu kabar dari orang suruhannya.

"Ada apa?"

Untungnya Bibi Sul tidak ada di dekatnya, jadi Fiona bisa leluasa berbicara.

"Ada kabar baru tentang wanita itu, Nyonya."

Istilah 'wanita itu' diperuntukkan bagi Mira. Tanpa perlu menyebutkan nama, Fiona dan orang suruhannya saling memahami ucapan satu sama lain.

"Katakan," suruh Fiona yang telah siap mendengar kabar buruk tentang Mira. Beberapa waktu lalu ia telah membebaskan Thomas, kekasih Mira. Tanpa Fiona perlu turun tangan, semestinya Mira mendapatkan 'pelajaran' dari Thomas.

"Wanita itu mengalami kecelakaan, Nyonya. Keadaannya kritis."

Oh, jadi Thomas menyamarkan aksinya menjadi sebuah kecelakaan yang tidak disengaja?

"Lalu Thomas? Apa dia melarikan diri?" tanya Fiona tak sabar ingin mendengar kelanjutan laporan dari orang suruhannya.

Sesungguhnya Fiona juga tidak dalam posisi menguntungkan. Pertemuannya dengan Thomas waktu itu bisa menjadi bumerang bagi dirinya. Seandainya Thomas bicara pada polisi bahwa ia menerima sejumlah uang dari Fiona, maka wanita itu tidak akan lolos dari jerat hukum. Meskipun Fiona tidak secara terang-terangan menyuruh Thomas agar melakukan tindak kejahatan, tetap saja tuduhan akan ditujukan padanya. Apalagi Fiona memiliki motif yang kuat. Mira adalah orang ketiga dalam rumah tangganya.

"Saat kecelakaan itu terjadi, Thomas belum sampai ke kampung halaman wanita itu, Nyonya."

"Apa?" Fiona tersentak kaget. Bagaimana mungkin ini terjadi? Seolah semesta sedang membantu memuluskan skenarionya. Apa ini yang disebut sebagai ketidaksengajaan yang menguntungkan? "Apa mungkin Thomas menyuruh seseorang?"

"Saya pikir pelakunya orang lain, Nyonya. Polisi juga menganggap kejadian itu sebagai tabrak lari karena setelah menabrak korban, dia kabur. Sepertinya agak sulit untuk mengejar si pelaku karena di sana sangat minim cctv. Lokasi kecelakaan juga sepi dan agak jauh dari pemukiman."

Fiona tertegun sejenak.

Apakah mungkin jika Thomas menyuruh seseorang untuk melakukan hal itu? Tapi, rasanya ada kejanggalan di sini. Sebagai kekasih Mira, Thomas perlu berbicara sedikit sebelum melakukan 'sesuatu' pada wanita itu. Setidaknya ia bisa mengamuk atau mencaci maki Mira sebelum melampiaskan amarah pada wanita itu. Sebelumnya Thomas pernah melakukan tindak kekerasan pada Mira dan bisa saja hal yang sama terulang kembali. Tidak mungkin ia akan semudah itu melenyapkan nyawa Mira.

"Apa mungkin kecelakaan itu di sengaja? Apa ada seseorang yang kamu curigai?" Fiona perlu mengorek informasi lebih dalam lagi.

"Sepertinya kecelakaan itu memang di sengaja, tapi saya tidak tahu harus mencurigai siapa."

"Baiklah. Hubungi aku jika ada kabar terbaru. Juga selidiki siapa pelaku tabrak lari itu."

"Baik, Nyonya."

Fiona menutup telepon setelahnya. Wanita itu tidak langsung meletakkan kembali ponselnya di atas meja. Pikirannya terus berputar merangkai berbagai macam dugaan.

Kecelakaan itu mungkin saja hanya sebuah ketidaksengajaan, pikir Fiona setelah tak menemukan apa-apa di pikirannya. Terlalu sulit untuk menduga siapa pelakunya. Yang paling mungkin hanyalah pelaku tabrak lari itu tidak sengaja menabrak Mira. Itulah kesimpulannya.

Masalah Mira bisa dianggap terselesaikan. Semesta yang menuntaskannya. Kini Fiona bisa lebih fokus pada Edgar.

Fiona menghubungi Billy ketika sebuah ide melesat cepat di kepalanya.

"Apa aku mengganggu?" sapa Fiona memulai percakapan. Pasalnya saat ini merupakan jam-jam produktif, di mana para karyawan sedang melakukan pekerjaan masing-masing. Billy pasti juga sedang sibuk. Tapi, Fiona tak berharap Billy sedang ada di persidangan.

"Tidak, Fi. Aku tidak sesibuk itu." Billy menjawab telepon dengan santai. Ia sedang ada di meja kerjanya saat ini. Kebetulan tidak ada jadwal persidangan pekan ini. "Ada apa kamu meneleponku?"

"Aku sudah mempertimbangkannya."

"Soal apa?"

"Aku bersedia untuk bertemu dengan Edgar."

"Oh, ya? Benarkah?" Billy hampir saja melompat dari kursi saking kagetnya mendengar pernyataan Fiona. Wanita yang tadinya terus menolak bertemu dengan Edgar itu akhirnya melunakkan hatinya. Mungkinkah Fiona akan membuka kesempatan untuk rujuk kembali dengan Edgar?

"Beritahu Edgar. Aku akan mengirimkan waktu dan tempatnya."

"Ya, ya. Aku akan memberitahu Edgar," ucap Billy bersukacita.

Fiona menutup teleponnya.

Jika memang pertemuan Fiona dengan Edgar bisa membuat ingatannya kembali, semestinya itu menjadi kabar baik bagi Fiona. Setelah berhasil mengingat semuanya, Edgar akan dihantui rasa bersalah sepanjang hari. Itu akan membuatnya jatuh dalam penyesalan teramat dalam. Edgar pantas mendapatkannya.

***

MY DANGEROUS WIFE season 2 (End)Where stories live. Discover now