Bab 21

143 15 1
                                    

Harapan Edgar terkabul keesokan harinya, di saat ia sudah lupa telah membangun harapan itu diam-diam dalam pikirannya. Billy muncul tanpa diduga, tapi kali ini ia tidak mengenakan setelan jas, melainkan berpenampilan kasual. Pria itu memakai celana denim biru laut berpadu dengan kaus oblong putih, kemeja flanel kotak-kotak, serta sepasang sepatu sneaker putih hitam yang harganya cukup mahal. Aroma parfum yang menguar lembut dari tubuhnya seketika menyamarkan bau rumah sakit yang membosankan.

Ruangan yang ditempati Edgar sedang sepi. Mama dan Papa Edgar belum tiba, sedang Emily sibuk dengan urusannya sendiri dan telah menegaskan tidak akan pergi ke rumah sakit hari ini. Edgar hanya menduga seluruh anggota keluarganya enggan berkunjung karena merasa risih dengan pertanyaannya tentang tiga tahun yang hilang dari ingatan pria itu. Jadi mereka lebih memilih untuk menghindar daripada didesak terus-terusan oleh Edgar.

Edgar tampak bersukacita menyambut kedatangan Billy yang kali ini membawakan keranjang buah untuknya.

"Akhirnya kamu datang, Bil."

Billy meletakkan buah tangannya di atas meja kecil di sebelah tempat tidur Edgar, lalu menarik sebuah kursi. Pria itu duduk menghadap ranjang Edgar.

"Kamu berharap aku datang?" Billy yang keheranan, menunjuk wajahnya sendiri menggunakan jari telunjuk. "Memangnya tidak ada yang datang berkunjung?"

"Selain polisi, tidak ada," jawab Edgar dengan suara pelan.

"Oh." Mulut Billy menganga karena tak bisa memercayai ucapan Edgar. "Apa orang-orang dari kantor tidak ada yang datang?" desak Billy penasaran. Sekalipun Edgar telah diberhentikan secara tidak hormat dari firma hukum milik Pak Andreas, setidaknya demi memenuhi rasa kemanusiaan, seharusnya mereka menjenguk Edgar. Bukankah Edgar juga bagian dari mereka, sesama penyandang profesi pengacara? 

"Tidak ada," jawab Edgar terlihat mengenaskan.

"Benarkah?"

Edgar meyakinkan Billy dengan sebuah anggukan berat.

Billy maklum. Edgar pun akan maklum jika ia mengingat apa yang telah terjadi. Juga kata-kata yang dilontarkan Pak Andreas saat memberhentikan Edgar usai foto-foto perselingkuhannya beredar luas di media sosial.

"Sekarang katakan padaku hal-hal penting yang terjadi selama tiga tahun belakangan. Karena aku merasa ada sesuatu disembunyikan dari keluargaku, Bil. Pasalnya setiap aku bertanya, mereka terkesan menghindar. Kak Emily bilang aku akan mengingat semuanya sampai hari itu tiba. Jadi, tunggu saja. Tapi kapan hari itu tiba?" celoteh Edgar yang kentara tidak punya kesabaran lebih untuk menunggu hingga hari itu tiba.

"Karena mereka tahu kamu akan menyesal setelah mengetahui semua hal yang terjadi selama tiga tahun terakhir, Ed. Mereka hanya sedang menjaga perasaanmu. Itu saja," balas Billy terus terang.

"Apa telah terjadi sesuatu yang fatal sehingga aku akan menyesal setelah mengetahuinya?"

"Ya. Mungkin karena itulah kepalamu enggan menerima kenyataan dan menghapus sebagian ingatan tiga tahun terakhir," ujar Billy sekenanya. Ia seorang pengacara, bukan dokter yang bisa menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan medis.

"Bisa kamu ceritakan secara garis besarnya?"

Billy menelan ludah. Ia yakin Edgar akan menyesal setelah mengetahui segalanya. 

Sesaat pria itu mengambil oksigen sebanyak mungkin dari sekitar seraya menyusun kalimat di kepalanya.

"Kamu sudah menikah, Ed." Billy tidak akan menceritakan secara detail keseluruhan dari tiga tahun itu. Ia hanya akan mengatakan garis besarnya saja. "Nama wanita itu Fiona. Aku sudah pernah menyebutkan nama itu sebelumnya, kan?"

Edgar tercenung selama beberapa waktu.

"Ya." Edgar akhirnya mengangguk. Billy memang pernah menyebutkan nama itu.

"Kalian menikah sekitar dua tahun lalu dan timbul masalah dalam pernikahan kalian. Tapi jangan bertanya permasalahan apa yang sedang kalian hadapi. Pada intinya istrimu, Fiona, dia menggugat cerai kamu, Ed. Dan Fiona menunjukku sebagai kuasa hukumnya," terang Billy sesingkat mungkin.

Edgar tertegun mendengar penuturan Billy.

"Aku sudah menikah?" Edgar sedikit memicingkan matanya. "Tapi aku sama sekali tidak bisa mengingat apapun, Bil. Dan Fiona, aku merasa asing dengan nama itu. Kamu lihat, aku juga tidak memakai cincin kawin," ujar Edgar mengangkat tangan kirinya.

"Kamu sedang amnesia, Ed. Kalau kamu tidak mengalami amnesia, kamu pasti sudah mengingat semuanya," ujar Billy mengingatkan. "Dan juga, sejak awal kamu memang tidak pernah memakai cincin kawin. Fiona juga tidak pernah memakai cincin kawin," jelas Billy mengungkap fakta.

Bagi Fiona dan Edgar, cincin kawin hanyalah simbol sebuah ikatan, sementara pengikat yang sesungguhnya adalah pernikahan itu sendiri.

"Apa dia tahu kalau aku mengalami kecelakaan dan amnesia?"

"Ya," jawab Billy tanpa disertai anggukan.

"Tapi kenapa dia tidak menjengukku? Apa dia sangat membenciku? Apa kesalahan yang kulakukan sangat fatal?" desak Edgar yang hanya disambut desahan lelah dari bibir Billy.

"Kamu akan tahu jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu setelah kamu mengingat semuanya."

"Ya, aku tahu. Tapi sampai kapan aku harus menunggu?" Edgar mulai mengeluh.

"Entahlah." Pundak Billy mengedik.

Suasana di dalam ruangan sejenak hening. Edgar berupaya keras untuk menggali ingatannya, tapi sia-sia.

"Katakan padaku seperti apa Fiona." Edgar menatap Billy yang ikut-ikutan terdiam.

Fiona seperti apa? Billy menggaruk tengkuknya. Mendeskripsikan sosok Fiona tidak segampang itu.

"Dia wanita yang cantik, kaya, dan kurasa dia baik. Kamu yang lebih mengenalnya, Ed."

"Aku penasaran seperti apa Fiona." Edgar bergumam. Pandangannya diterawangkan ke tembok. Ia sedang berusaha membayangkan sosok Fiona, tapi gagal. "Apa kamu punya fotonya?"

"Sudahlah, Ed. Bersabar saja. Suatu saat nanti kamu akan mengingatnya. Lagipula aku juga tidak punya foto Fiona."

Ah, sayang sekali, batin Edgar.

***

MY DANGEROUS WIFE season 2 (End)Where stories live. Discover now