Bab 34

146 18 0
                                    

Sesungguhnya tanpa diminta pun, Ayah Fiona akan melakukan segala cara untuk membantu putrinya. Sekalipun itu cara paling kotor, Pak Burhan akan melakukannya demi kebahagiaan Fiona.

"Apa kamu ingin Ayah melenyapkan Edgar?" tanya Pak Burhan sesaat kemudian.

"Tidak." Fiona justru menggeleng. Keinginan untuk melenyapkan Edgar memang pernah terlintas di benaknya, tapi sayang rencana itu gagal. Kini Fiona telah mengubah strateginya.

"Lalu?"

"Aku ingin Ayah membuat karir Edgar hancur. Buatlah semua firma hukum di negeri ini menolak kehadirannya. Sekalipun dia mendirikan firma hukum sendiri, itu tidak akan pernah berhasil. Dia tidak boleh jadi pengacara," ujar Fiona mengutarakan permintaannya. Terselip dendam di dalam kata-kata yang keluar dari bibir wanita itu.

Ayah Fiona tak butuh waktu lama untuk menyetujui permintaan putrinya. Pria itu mengangguk tiga detik kemudian.

"Ayah mengerti. Ayah akan melakukannya seperti keinginanmu." Menilik dari jawaban Pak Burhan, agaknya untuk melakukan keinginan Fiona bukanlah sebuah perkara sulit. Lagi-lagi uang yang bisa diandalkan untuk mengatasi berbagai persoalan. Terlebih lagi koneksi Pak Burhan di kalangan pejabat cukup banyak. Tidak akan sulit untuk membuat Edgar kehilangan kesempatan menjadi seorang pengacara lagi setelah diberhentikan dari firma hukum milik Pak Andreas. Skandal yang Edgar ciptakan sudah cukup menjadi alasan kuat untuk membunuh karirnya.

Fiona mengulum senyum. Kali ini ia akan mengandalkan kerja keras orang-orang suruhan ayahnya.

"Ayah akan membuat pria itu tidak bisa menjadi pengacara lagi selamanya. Sekalipun dia membuka usaha atau semacamnya, dia tidak akan berhasil. Ayah akan memastikan itu," imbuh Pak Burhan kembali.

"Ya, itu lebih baik," sahut Fiona puas dengan janji ayahnya. Pak Burhan tampaknya paham betul apa yang menjadi keinginan Fiona dan pria itu tahu bagaimana cara untuk mewujudkannya.

Percakapan singkat keduanya berakhir setelah Pak Burhan menyanggupi permintaan Fiona. Pria itu mengantar Fiona keluar dari ruangannya.

"Sering-seringlah berkunjung ke kantor atau ke rumah. Ibumu pasti sangat senang jika kamu datang menjenguknya," ucap Pak Burhan ketika ia mendorong kursi roda Fiona menuju ke arah lift.

Fiona tidak menanggapi ucapan Ayahnya dan masih belum tertarik untuk sekadar berkunjung ke rumah menjenguk ibunya. Wanita itu terlalu sibuk memikirkan rencana-rencana apa saja yang mungkin akan dilakukan ayahnya, juga dirinya kelak.

**

Krisna menyetir dalam kebisuan. Pria itu enggan untuk menanyakan perihal kunjungan Fiona ke kantor ayahnya. Itu bukan urusannya meskipun Krisna tahu jika Fiona baru sekali ini berkunjung ke kantor ayahnya pasca menikah dengan Edgar.

"Aku berencana akan menjalani terapi," ujar Fiona tiba-tiba dan ia berhasil membuat Krisna terkejut. Sayangnya Fiona tak bisa melihat secara langsung raut wajah Krisna. Pria itu bahagia bukan kepalang, tapi masih bisa mengendalikan sikapnya. Akhirnya Fiona benar-benar mempertimbangkan tawaran Dokter Muh setelah sekian lama, batin Krisna penuh syukur.

"Oh, ya?" Krisna kebingungan mengekspresikan kebahagiaannya. Kali ini ia percaya bahwa Fiona tidak main-main dengan ucapannya.

"Ya," sahut Fiona.

Sesungguhnya keinginan untuk menjalani fisioterapi seperti yang disarankan Dokter Muh sudah sering melintas di kepala Fiona. Tapi, ia tidak bisa melakukannya sebelum skenario balas dendamnya selesai. Fiona harus terlihat lemah dan tersakiti di mata semua orang saat itu. Tapi, setelah mendengar janji ayahnya yang akan membuat karir Edgar hancur, pikiran Fiona langsung berubah. Ia menganggap misi balas dendamnya telah usai. Sedang sisanya Ayah Fiona yang akan menggenapinya.

"Aku tahu kemungkinannya sangat kecil untuk bisa berjalan normal kembali, tapi aku ingin melakukannya, Kris," ungkap Fiona bersungguh-sungguh. "Kamu tahu, kamu adalah orang pertama yang kuberitahu masalah ini. Aku bahkan tidak bicara dengan Ayahku soal ini tadi."

Krisna melirik ke arah spion tengah. Batinnya berbisik, benarkah?

"Kenapa aku, Fi? Kamu harus memberitahu ayah dan ibumu kabar membahagiakan ini," ujar Krisna bersemangat.

"Kabar bahagia apanya, Kris? Ini hanya rencana, kan? Belum tentu terapi itu akan berhasil," ucap Fiona sambil menertawakan tanggapan Krisna.

"Kalau begitu kamu harus menelepon Dokter Muh sekarang."

"Ya, akan kulakukan setelah kita tiba di rumah."

"Baiklah." Senyum riang merekah di bibir Krisna. Toh, tidak lama lagi mereka akan tiba di rumah.

"Apa kamu senang?"

"Hah?" Krisna melongo mendapat pertanyaan aneh itu.

"Apa kamu senang kalau aku menjalani terapi itu?" ulang Fiona dengan menyisipkan kata-kata pelengkap agar Krisna dapat memahami maksudnya dengan baik.

"Tentu saja aku senang," balas Krisna yang masih bingung dengan arah percakapan itu.

"Aku tahu." Fiona membuang tatapan keluar jendela dan diam-diam mengukir senyum tipis di bibirnya. Entah apa maksudnya.

*** 

MY DANGEROUS WIFE season 2 (End)Where stories live. Discover now