Bab 42

105 18 0
                                    

"Fiona!"

Agaknya kejadian serupa akan kembali terulang.

Langkah Fiona langsung terhenti saat teriakan itu terdengar memanggil namanya. Tanpa ia menoleh pun, Fiona sudah bisa menebak siapa gerangan pemilik suara itu.

Tepat di saat Fiona menoleh, sosok Edgar yang sedang mengayun langkah hampir sampai di hadapannya. Pria itu masih berpenampilan sama seperti saat Fiona melihatnya di depan kafe beberapa waktu lalu. Berjaket denim, bertopi bisbol warna hitam, dan membawa sebuah gitar layaknya seorang pengamen.

"Di antara kita sudah berakhir, Ed. Apa lagi yang kamu inginkan dariku?" Fiona merasa risih harus berhadapan kembali dengan mantan suaminya. Ia memang masih berdiri di depan gedung kantornya dan area itu merupakan tempat umum. Apa yang bisa dilakukan Edgar di tempat seperti itu? Atau Fiona yang merasa khawatir berlebihan?

"Aku mendengar apa yang menimpa Ayahmu. Aku turut berdukacita, Fi."

Fiona hanya melenguh pelan. Ia sama sekali tidak butuh ucapan belasungkawa dari Edgar.

"Kamu tahu, aku akan memulai semuanya dari awal lagi," tandas Edgar sesaat setelah tak ada tanggapan dari Fiona.

"Aku tidak peduli," gumam Fiona seraya membuang muka. Ia sudah terlanjur muak dengan pria itu. Kapan Krisna akan menjemputnya?

"Aku ingin melakukan pendekatan lagi seperti dulu, Fi. Kamu masih ingat bukan, saat pertama kali kita bertemu? Juga saat pertama kita makan malam romantis... "

"Ed!" Fiona menjerit. Sepasang matanya melotot ke arah Edgar. "Kamu sudah tidak waras," maki wanita itu sembari menahan amarah. Di kawasan itu hampir semua orang mengenal siapa Fiona. Jadi, ia mesti menjaga sikap dan tindakan.

"Dulu kita sangat bahagia, Fi. Aku yakin kita bisa mengulang masa-masa itu lagi."

"Jangan bermimpi, Ed. Aku tidak akan kembali mengulang masa-masa itu lagi. Aku tidak akan pernah bisa memberi kesempatan padamu. Kenapa kamu belum mengerti juga?"

"Karena aku tidak bisa hidup tanpamu, Fi. Kumohon, mengertilah." Edgar mulai meratap meminta pengertian Fiona. Namun, wanita itu tampak bersikap acuh.

"Apa yang kamu lakukan di sini?!" Hardikan itu tiba-tiba terdengar menyela ucapan Edgar.

Sosok Krisna tampak sedang berjalan dengan tergesa ke arah Fiona yang masih berdiri berhadapan dengan Edgar.

Fiona bersyukur karena Krisna datang di saat yang tepat seperti yang ia lakukan beberapa waktu lalu.

"Maaf aku terlambat," ucap Krisna pelan pada Fiona. Sejujurnya ia baru saja kembali dari menemui Ibu Fiona, tapi ia tidak akan menceritakan sebab musabab keterlambatannya pada Fiona.

"Tidak apa, Kris." Fiona berusaha memaklumi. Terkadang jalanan macet tidak bisa diprediksi, batinnya berpikiran positif.

"Ayo pulang," ajak Krisna tanpa memedulikan keberadaan Edgar. Pria itu berusaha meraih tangan Fiona dan ia memang sengaja melakukannya di depan Edgar untuk menegaskan ucapannya kala itu. Sebenarnya Fiona juga tak pernah membahas kalimat Krisna yang menyatakan jika Fiona adalah wanitanya. Mungkin ia sudah lupa karena berita duka tentang ayahnya, atau bisa jadi Fiona tidak keberatan dengan pernyataan Krisna tersebut. Toh, semua itu Krisna lakukan demi menyelamatkan harga diri Fiona.

"Heh, aku masih ingin bicara dengan Fiona." Tiba-tiba saja tangan Krisna yang hendak meraih tangan Fiona ditepis dengan kasar oleh Edgar. Pria itu merasa diabaikan oleh Fiona.

Krisna terenyak melihat reaksi Edgar. Pria itu masih belum jera mendekati Fiona padahal wanita itu sudah menolaknya mentah-mentah.

"Fiona tidak ingin bicara denganmu. Sampai kapan kamu sadar kalau Fiona tidak mau kembali padamu?" Krisna masih cukup bersabar menghadapi Edgar.

"Kamu itu hanya supir, Kris. Memang, kamu adalah teman Fiona sejak kecil. Tapi dia adalah majikanmu sekarang. Mana pantas kamu memanggilnya seperti itu?" ucap Edgar ingin merendahkan harkat dan martabat Krisna di depan Fiona.

"Kami sudah bertunangan," tukas Fiona tiba-tiba dan membuat kedua pria itu sama-sama terkejut. "Aku dan Krisna akan menikah bulan depan. Iya kan, Kris?" Fiona beralih menatap Krisna dengan melempar seulas senyum manis.

Krisna tertegun, tapi hanya sesaat. Sejurus kemudian ia mengangguk demi melengkapi drama yang dibuat Fiona secara dadakan. Tidak lucu jika Krisna mengatakan jika itu hanya dibuat-buat Fiona, kan?

"Tidak mungkin," gumam Edgar masih tidak bisa memercayai jika Fiona dan Krisna memiliki hubungan istimewa. Selama ini ia kerap merasa cemburu pada Krisna, tapi jauh di dalam hati Edgar percaya bahwa Fiona selalu menganggap Krisna tidak lebih dari sekadar teman.

"Mau percaya atau tidak, itu bukan urusan kami," balas Fiona. "Ayo, Kris."

Krisna menuruti ajakan Fiona tanpa berkata apapun.

Edgar merasa geram. Ia tidak terima seandainya Fiona lebih memilih Krisna ketimbang dirinya. Edgar mengakui kesalahannya, tapi Krisna tidak pantas bersanding dengan Fiona. Mereka tidak sederajat. Edgar tidak akan membiarkan itu terjadi. Tidak akan pernah!

Pikiran Edgar kalut. Tanpa menimbang apapun, Edgar mengeluarkan sesuatu dari balik jaket denim yang ia kenakan. Sebuah pisau dapur berukuran sedang dan terlihat tajam ada dalam genggaman Edgar kini. Lalu, tanpa berpikir panjang pria itu setengah berlari mendekati Krisna yang sedang berjalan bersama Fiona menuju ke arah mobil yang terparkir tidak jauh dari tempat mereka berbincang tadi. Setelah jarak di antara mereka hanya terpisah beberapa puluh senti, Edgar segera mengayunkan pisau dalam genggamannya tepat ke arah perut Krisna.

Krisna kaget bukan kepalang mendapat serangan tiba-tiba dari Edgar. Pria itu baru menyadari jika Edgar telah menusuknya dengan sebuah pisau beberapa detik kemudian, di saat darah segar mulai mengalir dari perutnya.

"Ada apa, Kris?" Fiona tidak langsung menangkap apa yang sedang terjadi. Ia tersadar saat Krisna memegangi perutnya yang bersimbah darah. Sementara Edgar tampak buru-buru meninggalkan tempat kejadian. Pria itu berniat untuk melarikan diri.

"Kris!" Jeritan Fiona mengundang perhatian dari orang-orang sekitar. Wanita itu panik bukan kepalang. Matanya telah basah ketika ia berteriak nyalang meminta bantuan pada orang-orang di sekitar tempat itu. "Siapapun juga tolong panggilkan ambulans! Cepat!"

Orang-orang mulai berdatangan ke tempat kejadian. Ada yang langsung menelepon ambulan dan meminta bantuan. Di saat yang bersamaan terdengar suara benturan keras yang datang dari arah jalan dan menyita perhatian sebagian orang-orang yang kini mengerumuni tubuh Krisna.

"Ada kecelakaan!" Seseorang berteriak.

"Seorang pengamen tertabrak mobil!"

Pengamen? Mungkinkah itu Edgar?

Kepala Fiona menengok ke arah jalan, tapi kerumunan orang-orang menghalangi pandangan matanya.

***

MY DANGEROUS WIFE season 2 (End)Where stories live. Discover now