Bab 19

158 18 1
                                    

Jika Edgar lenyap, maka skenario itu sempurna. Tapi tidak. Luka yang diderita Edgar tidak separah kondisi mobilnya. Ini tidak sebanding dengan apa yang menimpa Fiona beberapa bulan lalu.

"Target masih selamat," ucap Fiona usai sambungan teleponnya tersambung dengan seseorang yang beberapa waktu terakhir paling sering dihubunginya. Orang suruhan Fiona.

"Maafkan kami, Nyonya. Kami akan... "

"Tidak perlu. Tapi lain kali aku tidak menerima kegagalan dalam bentuk apapun," tukas Fiona. Ia masih bisa mentolerir hasil kerja orang suruhannya karena selama ini Fiona selalu merasa puas dengan kinerja orang suruhannya tersebut.

"Ya, Nyonya."

"Aku ingin kamu mengerjakan sesuatu untukku."

"Apa itu, Nyonya?"

"Keluarkan kekasih Mira dari penjara. Beri berapapun yang mereka mau. Setelah kamu berhasil mengeluarkannya dari penjara, kabari aku. Aku ingin bertemu dengan pria itu."

"Siap, Nyonya. Kami tidak akan melakukan kesalahan kali ini."

"Aku pegang janjimu."

Fiona hendak menjauhkan ponselnya dan menutup sambungan telepon saat pria itu menahannya.

"Tunggu, Nyonya."

Fiona kembali merapatkan ponsel ke telinga kanannya.

"Polisi sedang mencari pelaku tabrak lari itu."

"Lalu? Apa mereka sudah menentukan ciri-ciri pelaku dan kendaraannya?"

"Belum, Nyonya. Kami memalsukan nomor plat kendaraan dan sudah mengecat ulang mobilnya. Sekarang kami menyimpannya di gudang."

"Itu tidak menjamin polisi tidak bisa menangkap kalian. Tapi aku menghargai usaha kalian. Kalaupun nanti kalian tertangkap, tidak perlu khawatir. Aku ada di pihak kalian," tandas Fiona dengan sikap setenang biasanya. Secara tidak langsung Ayahnya telah mengajarkan padanya bahwa uang bisa menuntaskan banyak permasalahan dan itu memang benar. Fiona akan melakukan hal yang sama dengan apa yang diajarkan Ayahnya.

"Terima kasih, Nyonya."

"Bagaimana dengan wanita itu? Apa kalian masih mengawasinya?"

"Ya, Nyonya. Wanita itu masih tinggal di kampung halamannya."

"Awasi terus dia. Jika dia berani meninggalkan tempat itu, lakukan apa yang kuperintahkan. Mengerti?"

"Baik, Nyonya."

Kali ini Fiona benar-benar menutup teleponnya.

Sepertinya Fiona harus menyusun skenario baru setelah kegagalan itu. Namun, demi melihat situasi sekarang Fiona belum dapat melakukan apa-apa terhadap Edgar. Pria itu masih dirawat dan sedang menderita amnesia. Tapi konyolnya Edgar justru melupakan poin penting dalam hidupnya. Fiona.

Wanita itu masih menggenggam ponselnya hingga beberapa saat. Dan ketika Fiona hendak meletakkan benda itu di atas meja, ponselnya justru berdering.

Dokter Muh memanggil.

Fiona menatap layar ponselnya dengan kesal. Tapi sayangnya Fiona tak bisa mengabaikan panggilan Dokter Muh. Entah mengapa.

"Fiona?"

"Ada apa, Dok?" tanya Fiona terkesan ogah-ogahan. Ia sudah bisa menduga topik apa yang akan disampaikan dokter yang sudah menganggapnya seperti anak sendiri itu.

"Aku turut prihatin atas apa yang menimpa suamimu," ucap Dokter Muh. Meskipun bukan Dokter Muh yang menangani Edgar, pria itu mengetahui semua hal yang terjadi di rumah sakit.

Seharusnya Fiona membalas ucapan Dokter Muh dengan basa basi ringan semacam terima kasih, tapi wanita itu malah memilih diam.

"Oh ya, belum lama ini aku melihatmu keluar dari ruangan Dokter Frans. Apa ada masalah dengan kesehatanmu?"

Di rumah sakit seluas itu, terdapat beberapa persen kemungkinan untuk bertemu dengan Dokter Muh atau keluarga Edgar. Fiona tahu itu, tapi ia tidak peduli. Ia tak akan berkelit atau menghindar jika salah satu dari mereka bertanya perihal kunjungannya ke rumah sakit.

"Tidak ada masalah serius. Hanya keluhan tentang insomnia ringan," jawab Fiona sesukanya. Frans memang menangani hal-hal semacam itu.

"Oh." Dokter Muh terdiam sejenak, berusaha memberi jeda sebelum mengambil topik lain yang ingin ia bahas. "Kamu masih belum mempertimbangkannya?"

Fiona langsung melenguh pelan. Lagi, batinnya kesal.

"Kalau kamu tidak mau menjalani terapi denganku, mungkin sebaiknya kamu berobat ke Amerika, Fiona. Kamu tahu sendiri peralatan medis di sana secanggih apa. Aku yakin ada banyak harapan yang bisa kamu bangun di sana."

Sepertinya Dokter Muh sudah menyerah membujuknya. Fiona menarik kesimpulan di dalam kepalanya.

"Dokter berikan saja rekomendasi rumah sakit yang bagus," ucap Fiona tak serius. Itu hanya untuk menyenangkan hati Dokter Muh.

"Kalau aku berikan rekomendasi rumah sakit yang bagus, apa kamu bersedia pergi?"

"Pasti akan aku pertimbangkan," tandas Fiona yang ingin percakapan itu segera berakhir.

Dokter Muh tertawa.

"Kamu harus benar-benar pergi, Fiona. Jangan hanya dipertimbangkan. Mengerti?"

Dokter Muh masih secerewet biasanya.

"Dokter tidak mengatakan apa-apa pada Ayah, kan?"

"Tentu tidak. Kamu sudah dewasa dan bisa menentukan keputusan sendiri. Ini antara dokter dan pasiennya," ujar Dokter Muh tak terdengar meragukan. Ia bisa dipercaya sepenuhnya, tapi terkadang persahabatan antara Dokter Muh dan Ayah Fiona membuat wanita itu meragukan ucapan Dokter Muh.  Biasanya dua orang sahabat berbagi hal-hal pribadi, bukan?

"Aku benar-benar akan mempertimbangkannya. Tapi tidak sekarang," ucap Fiona. Ia terdengar serius.

"Ya, aku percaya padamu. Kamu tahu, ada banyak orang yang mengharapkan kesembuhanmu."

Fiona tergelitik mendengar ucapan Dokter Muh yang terkesan mengada-ada. Memangnya ada berapa orang yang ingin kakinya sembuh? Selain kedua orang tuanya, Krisna, Dokter Muh sendiri, Bibi Sul dan Bibi Is, selebihnya siapa lagi?

"Ya, tentu saja." Fiona kembali ogah-ogahan membalas ucapan Dokter Muh. Selang tak lama Dokter Muh mengakhiri percakapan mereka.

Fiona meletakkan ponselnya di atas meja.

Bibi Sul belum kembali setelah 30 menit berlalu. Sebelum menghubungi orang suruhannya tadi, Fiona sengaja mengirim wanita itu untuk pergi ke pasar agar membeli beberapa kebutuhan dapur. Seperti yang biasa ia lakukan, Fiona masih berhati-hati dalam bertindak.

Semestinya setelah skenarionya terpenuhi, Fiona mempertimbangkan tawaran Dokter Muh. Namun, nyatanya ada sedikit kegagalan di sana dan membuat Fiona harus menunda rencananya menjalani terapi seperti yang diinginkan Dokter Muh.

***

MY DANGEROUS WIFE season 2 (End)Where stories live. Discover now