Bab 4

186 11 0
                                    

"Ada sesuatu yang ingin Ayah sampaikan padamu."

Fiona baru saja selesai membersihkan diri ketika Ayahnya menelepon. Rambutnya juga masih basah dan dibalut dengan sehelai handuk putih. Sedianya Fiona akan pergi ke perusahaan untuk menghadiri acara peluncuran produk baru hari ini.

"Sesuatu apa?" Sembari menjawab telepon, Fiona sibuk memilih-milih pakaian yang hendak ia kenakan. Ia membuka semua pintu lemari selebar-lebarnya dan mengeluarkan beberapa pakaian terbarunya.

"Ayah ragu kamu akan memercayai ucapan Ayah."

"Yah." Fiona mengembuskan napas jengah. Di tangan kanan dan kirinya memegang gantungan baju, sementara ponselnya dijepit di antara pundak dan telinga. Namun, ia masih kebingungan untuk menentukan pilihan. Ditambah lagi Ayahnya membuat gagal fokus. "Ayah mau bicara atau tidak? Aku sedang sibuk sekarang."

"Firasat Ayah benar, Fi."

"Firasat apa?" Fiona langsung menyahut tanpa berusaha mencerna maksud ucapan Ayahnya lebih dulu. Ia mengembalikan salah satu pakaian barunya ke dalam lemari dan memilih secara acak. Nanti ia bisa memadupadankan pakaian itu dengan tas dan sepatu.

"Tentang Edgar."

Fiona tak pernah lupa jika Ayahnya tidak merestui pernikahannya dengan Edgar. Ia sudah bersiap dari jauh-jauh hari dengan segala kemungkinan yang ada. Ayahnya pasti akan mencari-cari celah untuk menjatuhkan Edgar di mata Fiona.

Fiona berjanji tidak akan ambil pusing dengan ucapan Ayahnya.

"Apa yang Ayah ketahui tentang Edgar?"

"Dia berselingkuh, Fi."

Gerakan tangan Fiona yang hendak menutup pintu lemari sempat terhenti beberapa detik. Ia berpikir Ayahnya mencari-cari keburukan Edgar, tapi Fiona tidak pernah sekali pun menduga jika Ayahnya akan mengatakan hal itu.

"Ayah boleh mengatakan hal-hal buruk tentang Edgar, tapi jangan pernah sekali pun memfitnahnya. Itu sangat kejam, Yah," balas Fiona usai menutup pintu lemari. Ia tidak akan percaya begitu saja dengan apa yang baru disampaikan Ayahnya. Fiona tahu betul jika Ayahnya tidak menyukai Edgar.

"Ayah memang tidak setuju kamu menikah dengan Edgar. Tapi, Ayah tidak pernah melarangmu menikah dengannya. Kamu sangat tahu itu, Fi."

"Ya, aku tahu," balas Fiona malas. Karena perbincangan itu Fiona sedikit banyak membuang waktunya, padahal ia mesti bersiap-siap sekarang.

"Ayah akan mengirimkan sebuah alamat padamu. Kalau kamu ingin tahu kebenarannya, datanglah ke alamat itu sekarang juga. Kamu akan tahu apakah Ayah berkata benar atau tidak."

Telepon ditutup sedetik kemudian. Lantas selang tidak lama sebuah pesan singkat masuk ke ponsel Fiona. Dari Ayahnya. Pria itu menuliskan sebuah alamat. Konon Fiona akan mengetahui kebenarannya jika ia datang ke alamat itu sekarang juga.

Sejenak Fiona gamang. Meskipun ia dan Ayahnya kerap berbeda pendapat, tapi Fiona tahu Ayahnya tidak akan menjerumuskan dirinya. Sekalipun Ayah Fiona tidak menyetujui pernikahan putrinya dengan Edgar, ia mengatakan hal itu secara terang-terangan di depan Fiona dan  tidak melarang Fiona menikahi pujaan hatinya. Bukankah itu sudah cukup menjelaskan jika kasih sayang Ayahnya tetap utuh untuk Fiona?

Fiona tersadar tidak lama kemudian. Wanita itu segera berganti pakaian, lantas pergi keluar dari kamar walaupun belum memakai riasan sama sekali. Fiona harus berpacu dengan waktu demi membuktikan kebenaran ucapan Ayahnya. Jika Edgar belum meninggalkan alamat itu, maka Fiona akan mengetahui perselingkuhan Edgar benar adanya.

**

"Dokter Muh sedang pergi ke luar kota. Agaknya aku harus menunda terapi," ucap Fiona tiga menit setelah mobil yang dikemudikan Krisna melaju meninggalkan pelataran rumah sakit.

"Oh." Krisna tak berkomentar. Diam-diam ia merasa kecewa dengan informasi yang disampaikan Fiona.

"Semestinya aku membuat janji lebih dulu dengan Dokter Muh, bukan dengan Frans," imbuh Fiona seolah ingin menjelaskan situasi yang sebenar-benarnya pada Krisna. Padahal Fiona tahu semuanya itu bohong. Dan satu kebohongan akan berbuntut dengan kebohongan yang lain.

"Mungkin lain kali. Jangan terlalu kecewa," ucap Krisna bermaksud menghibur Fiona.

Sejujurnya Fiona tidak butuh penghiburan semacam itu. Justru Krisna lah yang sangat membutuhkannya.

"Aku tidak tahu kapan Dokter Muh akan kembali."

"Apa kamu sudah menghubunginya?"

"Nomornya tidak aktif. Mungkin dia sedang sibuk."

Krisna benar-benar diam. Ia tak punya pendapat tentang masalah ini. Namun, pria itu berharap agar Dokter Muh segera kembali.

***

MY DANGEROUS WIFE season 2 (End)Where stories live. Discover now