Bab 12

143 14 0
                                    

"Aku akan menikah, Kris," beritahu Fiona pada suatu hari.

Krisna yang duduk di depan Fiona sontak menghentikan gerakan tangannya yang sedang memegang sendok dan garpu. Pria itu terkejut dan langsung mengangkat dagu.

Kala itu Fiona dan Krisna sedang menikmati bakso di sebuah kedai pinggir jalan. Seperti biasa, Fiona yang mentraktir.

Krisna menemukan seraut wajah cantik di depannya terpasang datar. Tak terlukis rona bahagia sama sekali, padahal ia baru saja mengatakan akan menikah. Atau jangan-jangan pernikahan itu bagian dari rencana Ayah Fiona? Krisna berusaha menebak dalam hati.

"Apa kamu dijodohkan?" tanya Krisna ingin mencari kepastian. Keluarga Fiona kaya raya dan Krisna merasa wajar jika kedua orangtuanya menjodohkan Fiona. Kalangan atas harus mendapatkan jodoh yang sepadan. Krisna sangat memahami hal-hal semacam itu.

Namun, kepala Fiona justru menggeleng tegas. Ia masih sibuk mengaduk kuah di dalam mangkuknya.

"Tidak. Aku akan menikah dengan pilihanku sendiri," tandas Fiona.

Krisna merasa heran mendengar keterangan Fiona.

"Lantas?" Krisna benar-benar tak bisa menahan rasa ingin tahunya.

"Ayah tidak menyukai calon suamiku. Tapi, dia tidak menentang pernikahanku. Ayah mempersilakan aku menikah dengan pilihanku. Dan kamu tahu apa yang dia katakan tentang calon suamiku? Dia mengatakan punya firasat buruk tentangnya. Aku kesal, Kris," curah Fiona mengungkapkan perasaan kesalnya.

Krisna tertegun menyimak penuturan wanita di depannya. Akhirnya Krisna paham. Fiona mengajaknya makan bakso karena suasana hatinya sedang buruk dan ia butuh teman berbagi keluh kesah. Fiona perlu meluapkan kekesalannya. Berbagi cerita dan mengisi perut bagi Fiona sudah cukup ampuh untuk memperbaiki suasana hatinya.

"Memangnya siapa dia? Apa aku tahu orangnya?"

"Tidak, tidak. Kamu tidak kenal dengannya." Fiona sampai menggeleng dua kali. "Namanya Edgar. Dia seorang pengacara muda."

Krisna baru mendengar nama itu sekarang. Wajar jika ia tak mengenal Edgar. Pasalnya lingkaran pertemanan Fiona jauh di atas level Krisna.

"Kupikir tidak ada salahnya menikah dengan seorang pengacara. Kenapa Ayahmu tidak menyukainya?" Krisna berusaha memberikan pendapat sebagai pihak netral.

"Ya, seharusnya seperti itu. Profesi pengacara kan juga terhormat. Tapi, Ayah berpegang pada firasat buruknya."

"Apa kamu akan tetap menikah dengannya meskipun Ayahmu tidak menyukainya?"

"Tentu saja. Aku akan menikah dengan Edgar apapun yang terjadi. Sekalipun dunia menentangnya, aku akan tetap menikah dengan Edgar," ujar Fiona teguh pada komitmennya.

"Bagaimana jika firasat Ayahmu benar?" Krisna mencoba memancing reaksi Fiona. Ada kalanya firasat orang tua adalah isyarat dari Tuhan. Hanya saja manusia terlalu lemah dan menuruti egonya semata. Namun, Krisna tidak berharap hal buruk akan menimpa Fiona.

"Itu belum terjadi, Kris. Jadi jangan berpikir sejauh itu."

Krisna tak ingin mengungkapkan semua yang terlintas di dalam kepalanya. Jika ia meneruskan perbincangan ini, bisa-bisa berujung pada perdebatan sengit. Krisna hafal jika Fiona agak keras kepala.

Fiona pasti sangat mencintainya, batin Krisna yang pura-pura sibuk melahap baksonya. Ia tak punya kuasa apapun atas diri Fiona. Krisna tak bisa memberi masukan apapun

**

Pagi ini Krisna mendapati Bibi Sul mendorong kursi roda Fiona keluar rumah. Mungkin saja Fiona minta untuk berjemur karena cuaca sedang bagus-bagusnya, pikir pria itu. Matahari bersinar hangat. Langit berwarna biru cerah. Dan beberapa bunga melati yang tumbuh di pekarangan samping rumah sedang mekar.

Krisna hanya bisa menatap wanita itu dari kejauhan. Sekalipun ia ingin mendekat dan sekadar berbagi obrolan ringan, tapi Krisna tak punya keberanian untuk mendekat. Ia tak ingin mengusik ketenangan Fiona yang sedang asyik menatap ke arah langit. Krisna tidak ingin menjadi pengganggu.

Krisna sangat tahu diri. Ia memang menyukai Fiona sejak kecil. Krisna jatuh hati pada wanita itu dalam perjalanan hidupnya. Namun, ada begitu banyak hal yang menahannya untuk tidak menunjukkan perasaannya pada Fiona. Krisna juga tidak bisa mengungkapkan isi hatinya pada wanita itu. Ia cuma bisa memendam rasa cintanya jauh di dalam lubuk hatinya.

Satu pengharapan besar Krisna adalah Fiona bisa bahagia. Entah Fiona bersama siapa, Krisna tidak peduli. Yang paling penting Fiona harus bahagia dan bisa berjalan lagi.

"Kris! Sedang apa?"

Di saat Krisna sedang berusaha menghindari Fiona, wanita itu malah memanggilnya. Fiona bahkan melambaikan tangan dan memasang wajah ceria. Itu mengingatkan Krisna pada masa-masa remaja mereka berdua.

"Aku sedang mencuci mobil!" seru Krisna.

"Yang bersih, ya!"

Krisna membuat gerakan hormat dan tingkahnya mengundang tawa Fiona.

***

MY DANGEROUS WIFE season 2 (End)Where stories live. Discover now