Bab 24

153 16 0
                                    

"... Edgar benar-benar ingin bertemu denganmu, Fi... "

Fiona mengembuskan napas pelan mendengar ratapan Billy di telepon. Pria itu baru saja menceritakan kondisi terbaru Edgar yang konon sudah keluar dari rumah sakit setelah tak kurang dari dua minggu dirawat. Namun, Edgar masih belum berhasil untuk mengingat Fiona.

"Aku sudah bilang berkali-kali kalau aku tidak mau menemuinya, kan?" Lama-lama Fiona geram juga mendengar suara Billy. Harus berapa kali lagi Fiona mengatakan kalau dirinya tak mau bertemu dengan Edgar?

"Aku tahu, tapi Edgar terus mendesakku, Fi. Lagipula jika ingatan Edgar pulih, proses perceraian kalian juga akan lebih mudah."

"Aku tidak peduli ingatan Edgar kembali atau tidak. Aku hanya tidak ingin bertemu dengannya lagi, mengerti?"

Giliran Billy yang mengembuskan napas lelah. Fiona yang keras kepala. Tidak akan mudah untuk membujuk wanita itu.

"Beberapa waktu yang lalu aku datang ke rumahmu, tapi kamu tidak ada. Dan rumahmu digembok. Apa kamu pindah?"

Rupanya Billy sudah mendatangi rumah lamaku, pikir Fiona.

"Ya, aku sudah pindah." Fiona mengakui kepindahannya karena terpaksa. Ia telah berniat untuk menjual rumah itu secepatnya, tapi belum sempat merealisasikannya. Fiona tak ingin lagi melihat rumah itu dan menggali kenangannya bersama Edgar. Ia bertekad tak ingin menoleh lagi ke belakang.

"Bisa berikan alamatmu?"

"Apa kamu akan datang dengan membawa Edgar?"

"Tentu saja, Fi. Kamu tahu, aku harus membantunya memulihkan ingatan agar aku bisa segera mengajukan gugatan cerai ke pengadilan."

"Tunggu saja sampai dia berhasil mengingat semuanya. Mungkin hanya beberapa bulan saja, kan?"

Billy terenyak mendengar betapa santainya Fiona menghadapi masalah Edgar. Wanita itu ingin bercerai, tapi tak mau bertemu dengan Edgar untuk membantunya memulihkan ingatan.

"Bagaimana jika setelah ingatannya pulih nanti Edgar tidak mau bercerai? Apa kamu bersedia membuka pintu mediasi?"

"Mediasi apa, Bil? Aku bukan orang yang gampang memberi kesempatan setelah semua yang terjadi." Nada suara Fiona naik satu tingkat. Ia merasa jika Billy bukan berada di pihaknya, melainkan di pihak Edgar.

"Baiklah. Aku akan berusaha sekuat tenaga untuk menyelesaikan urusan ini."

Fiona menutup telepon setelah Billy selesai berbicara. Wanita itu merasa kesal pada pengacaranya. Memang bukan tanpa alasan Fiona menunjuk Billy sebagai kuasa hukumnya. Fiona sengaja memilih Billy karena ia merupakan teman dekat sekaligus rekan kerja Edgar. Itu akan lebih menyakiti hati Edgar ketimbang Fiona menyewa pengacara lain.

"Nyonya... " Bibi Sul datang tidak lama setelah Fiona menyimpan kembali ponselnya di dalam saku kardigan. Meski tidak begitu jelas Bibi Sul sempat mendengar pembicaraan Fiona di telepon. "Apa Nyonya mau makan siang sekarang?"

"Ya. Bawa makanannya kemari."

"Baik, Nyonya."

**

Edgar meletakkan ponsel milik Emily di atas meja setelah percakapannya dengan Billy berakhir. Perasaan Edgar menjadi tak keruan usai mendengar pengakuan Billy jika Fiona tidak mau bertemu dengannya. Bahkan permintaan untuk sekedar membantu ingatan Edgar agar lekas pulih kembali, pun diabaikan Fiona. Adakah sesuatu yang membuat Fiona sangat membencinya? Ataukah Fiona memang sekejam itu?

Dari sekian banyak album foto yang tersimpan di rumah Edgar, ada beberapa lembar foto Fiona dan pernikahan mereka. Namun, hanya dengan melihat foto-foto itu tidak serta merta membuat ingatan Edgar seketika kembali. Foto-foto itu tidak berpengaruh apa-apa pada Edgar. Ia masih amnesia hingga detik ini.

Dari keterangan yang disampaikan Billy, Fiona telah pindah rumah. Namun, wanita itu tidak menyebutkan alamat rumah barunya. Ia juga menolak untuk bertemu dengan Edgar dan hanya menyerahkan permasalahan cerai pada Billy. Sikap Fiona terkesan jahat dan itu justru membuat Edgar semakin penasaran ingin segera bertemu dengan wanita itu. Tapi bagaimana caranya?

"Aku ingin kembali bekerja secepatnya," ucap Edgar saat Emily menghampiri tempat duduknya dan bermaksud mengambil kembali ponselnya.

"Tidak bisa, Ed."

"Kenapa tidak bisa? Kondisiku semakin membaik, Kak. Kurasa aku cukup kuat untuk pergi ke kantor," balas Edgar. Lagipula ia harus bertanya pada seseorang di sana tentang semua hal yang diketahuinya perihal Edgar. Kemungkinan besar itu akan sangat membantu Edgar untuk memulihkan ingatannya kembali.

"Karena kamu sudah diberhentikan dari pekerjaanmu." Emily keceplosan. Namun, ia tidak punya pilihan lain. Jika ia membiarkan Edgar pergi ke kantor, itu jauh lebih parah ketimbang Emily mengatakan fakta yang sesungguhnya.

"Apa?" Mata Edgar terbelalak. Sebelumnya tidak ada yang menyebutkan masalah ini, termasuk Billy. Jadi, sewaktu Emily memberitahu Edgar, pria itu syok berat. "Tapi kenapa aku diberhentikan?"

Emily mendesah pelan. Sekarang ia merasa bingung harus menjawab apa. Jika Emily memberikan alasan kenapa Edgar diberhentikan, ia juga harus menceritakan segalanya pada adiknya itu.

"Kumohon, Kak. Katakan padaku," pinta Edgar memohon dengan sepenuh hati.

"Ada sesuatu yang terjadi antara kamu dan pemilik firma itu, tapi aku tidak tahu detailnya," balas Emily yang masih enggan menjelaskan situasinya pada Edgar. "Aku harus pergi sekarang."

Emily bermaksud menghindar dari Edgar dan ia berhasil untuk ke sekian kalinya.

"Kapan aku bisa mengingat semuanya?" Edgar bergumam setelah Emily berlalu dari hadapannya. Pria itu mengusap tengkuknya karena frustrasi. Mungkin ia harus menemui Billy untuk sekadar bertanya, pikir Edgar di tengah kekalutannya.

***

MY DANGEROUS WIFE season 2 (End)Where stories live. Discover now