Bab 10

167 13 0
                                    

"Apa itu artinya dia akan sadar?"

Begitu tiba di rumah dan saat Fiona sedang sendiri, ia menghubungi Frans guna memastikan informasi yang diterimanya.

"Aku tidak bisa memastikan, Fi. Tapi itu bisa saja terjadi. Kudengar tanda-tanda vital Edgar mulai stabil. Kondisinya bisa dikatakan mengalami perkembangan cukup siginifikan. Kita lihat saja dua sampai tiga hari ke depan," tutur Dokter Frans. Ia mendapatkan kabar penting itu dari rekan sejawatnya di rumah sakit. Karena bukan Dokter Frans sendiri yang menangani pasien. Dari sekian banyak tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit itu, ada beberapa yang juga mengetahui kondisi Edgar. "Apa yang akan kamu lakukan jika Edgar sadar?"

Fiona terdiam sejenak. Skenario yang ia rancang berbeda dengan kenyataan. Fiona belum menyiapkan rencana cadangan.

"Menurutmu aku harus bagaimana?" Fiona meminta pendapat Frans.

Frans mengembangkan tawa, tapi Fiona tak bisa menangkap keseluruhan suaranya.

"Setelah apa yang dilakukan Edgar padamu, apakah kamu masih berharap dia akan kembali? Hm, apa kamu masih punya perasaan padanya meski cuma sedikit?" Frans masih penasaran dengan isi hati Fiona hingga detik ini. Pasalnya ia tidak memercayai pengakuan Fiona sebelumnya.

"Mana mungkin aku masih punya perasaan padanya setelah apa yang dia lakukan padaku? Yang benar saja, Frans." Frans sudah pernah menanyakan perasaan Fiona, tapi ia masih ngotot mengulanginya lagi.

"Ya, siapa tahu, Fi. Edgar sedang tidak sadarkan diri. Mungkin saja kamu merasa kasihan padanya."

"Aku sudah terlalu sibuk mengasihani diri sendiri, Frans."

"Kalau begitu kamu harus tegas pada diri sendiri, Fi. Lupakan Edgar dan mulailah kehidupan yang baru."

"Kamu sudah pernah mengatakan itu, Frans. Aku bosan mendengarnya," seloroh Fiona sedikit kesal. Dan ucapannya justru membuat Frans meledakkan tawa.

"Ya, ya aku mengerti. Aku tidak akan bertanya hal itu lagi. Aku janji," ucap Frans kemudian.

"Aku akan memegang janjimu."

"Oke."

"Aku akan mengirimkan uangnya setelah ini."

"Terima kasih, Fi."

Fiona menutup telepon.

Semula Fiona pikir Edgar tak akan punya harapan lagi. Namun, agaknya semesta masih belum ingin Edgar menghilang dari muka bumi ini. Fiona harus mempersiapkan rencana selanjutnya.

Suara ketukan di pintu kamar Fiona terdengar dan seketika menghentikan lamunan wanita itu. Selang tidak lama Bibi Sul membuka pintu, lantas menerobos masuk.

"Nyonya, ada tamu," lapor Bibi Sul.

Fiona menoleh pada Bibi Sul. Mereka baru pindah kemarin, tapi sudah ada tamu yang datang berkunjung. Siapa gerangan?

"Siapa, Bi?"

Belum sempat Bibi Sul membuka suara, mendadak seorang pria menerobos masuk ke dalam kamar Fiona.

"Aku."

Kepala Fiona sontak beralih ke arah pintu guna mencari pemilik suara itu.

Ayah? Fiona melotot ke arah pintu kamar di mana Ayahnya telah menerobos masuk dan membuat wanita itu kaget bukan kepalang.

"Kamu kaget bagaimana Ayah bisa datang kemari?" Melihat putrinya terheran-heran, Pak Burhan, Ayah Fiona, berjalan menghampiri kursi roda Fiona.

Sekilas pria itu mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. Kamar yang ditempati Fiona terlihat sangat jauh dari kesan mewah. Ruangan itu bisa dikatakan terlalu sederhana untuk seseorang sekelas Fiona.

Fiona tak menjawab. Wanita itu bisa menarik kesimpulan dari fakta-fakta yang ada.

"Jadi, sudah berapa lama Ayah mengawasi hidupku? Dua tahun?"

Dua tahun adalah usia pernikahan Fiona dan Edgar. Fiona mengira jika Ayahnya telah mengawasi dirinya dan Edgar selama itu. Wajarlah jika Ayahnya mengetahui perselingkuhan Edgar dan ia tahu di mana rumah baru Fiona. Sebagai pemilik bisnis tambang, Ayah Fiona mampu melakukan banyak hal dan menuntaskan banyak masalah hanya dengan membayar sejumlah uang.

"Ayah hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja. Kamu tahu, Ayah ingin kamu bahagia, Fi."

"Apa Ayah mengawasiku 24 jam penuh?" pancing Fiona yang merasa percaya diri jika dugaannya tepat.

Ayah Fiona tak memberi kepastian. Pria itu memang menyuruh seseorang agar mengawasi rumah Fiona. Namun, ia tidak akan mengatakannya pada Fiona.

Pak Burhan, Ayah Fiona beringsut ke arah ranjang. Pria itu lantas duduk di tepi ranjang. Akhir-akhir ini kakinya sedikit mengalami kebas jika terlalu banyak berdiri.

"Bisakah kamu ikut Ayah pulang?"

Fiona tercekat mendengar permintaan Ayahnya.

***

MY DANGEROUS WIFE season 2 (End)Where stories live. Discover now