Bab 32

137 20 0
                                    

"Kamu sudah mengingat semuanya?!" Emily nyaris memekik usai mendengar pengakuan sepihak dari bibir Edgar.

Emily dan kedua orang tuanya bergegas pergi ke rumah sakit setelah diberitahu jika Edgar tidak sadarkan diri sekitar dua jam yang lalu. Dan setelah terbangun dari pingsan, Edgar mengaku jika ia sudah menemukan ingatannya yang hilang. Sontak saja pengakuan Edgar membuat kedua orang tuanya dan Emily kaget bukan kepalang.

Edgar hanya mengangguk pelan. Semestinya ia senang karena ingatannya telah kembali, tapi pria itu justru menampilkan wajah murung.

Setelah terbangun dari pingsan, mendadak Edgar mengingat semuanya, terutama tentang pernikahannya dengan Fiona. Namun, saat Edgar mengingat wanita itu ia justru merasakan sakit luar biasa seolah-olah ada benda tajam menusuk dadanya. Edgar ingat telah mengkhianati istri yang teramat dicintainya itu.

"Apa kamu ingat bagaimana kecelakaan itu terjadi?" Ayah Edgar berusaha menginterogasi putranya, seakan-akan ia sedang berperan menggantikan tugas polisi.

"Ya," angguk Edgar.

Peristiwa kecelakaan itu seperti baru dialaminya kemarin.

Hari itu, cuaca sedang bagus-bagusnya. Senja baru saja bergeser menggantikan siang saat Edgar melangkah keluar dari rumah Fiona. Sinar matahari juga masih terasa hangat menembus setelan jas yang melekat di tubuh Edgar.

Usai foto-foto perselingkuhan Edgar dengan Mira beredar luas di dunia maya, Fiona mengusir Edgar. Meskipun Fiona mengatakan ia memaafkan apa yang dilakukan Edgar, tapi Fiona bersikukuh menganggap semuanya telah berakhir. Hubungan di antara mereka telah selesai. Edgar menyadari kesalahannya dan tak bisa menolak keputusan Fiona. Wanita itu berhak marah dan melakukan apa saja pada Edgar. Toh, rumah itu dibeli dengan menggunakan uang Fiona. Edgar tak ikut berpartisipasi dalam pembelian rumah itu karena Fiona melarangnya. Alhasil Edgar hanya perlu menempati rumah itu tanpa harus mengeluarkan uang sepeserpun.

Meskipun dengan berat hati, Edgar harus menerima kenyataan. Ia mesti pergi meninggalkan rumah itu seperti keinginan Fiona.

Beberapa menit setelah mobil yang dikemudikan Edgar meluncur keluar dari halaman rumah Fiona, pria itu memang melihat ada sebuah mobil hitam yang sedang melaju berada persis di belakang mobilnya. Edgar hanya melihatnya sekilas dan tidak menaruh kecurigaan sama sekali karena itu merupakan jalan umum. Siapapun boleh menggunakannya. Lagipula pikiran Edgar masih kacau dan tak peduli dengan kondisi sekitar.

Sampai pada suatu saat tiba-tiba mobil yang dikendarai Edgar dihantam dari belakang dengan sangat keras. Tubuh Edgar ikut terguncang saking kerasnya hantaman. Tak hanya itu, mobil Edgar dihantam untuk yang kedua kalinya dari sisi sebelah kanan hingga menyebabkan mobilnya hilang kendali dan menabrak sebuah pagar beton.

Edgar langsung tidak sadarkan diri karena mengalami cedera serius di bagian kepala. Pria itu terbangun di rumah sakit beberapa hari kemudian dalam kondisi amnesia.

Kini ingatan Edgar telah pulih sepenuhnya. Ia berhasil mengingat Fiona dan kehidupan pernikahannya. Namun, masih ada satu orang lagi yang muncul di kepala Edgar. Mira. Wanita yang menurutnya pantas dikasihani karena hidupnya yang malang. Mira dianiaya kekasihnya hingga mengalami luka lebam di beberapa area tubuhnya. Setelah Edgar berhasil memenjarakan kekasih Mira, wanita itu diberhentikan dari pekerjaannya. Ia juga mendapat teror bangkai tikus dan kebakaran menimpa rumah yang disewa Edgar untuk ditempati Mira. Edgar tak bisa mengabaikan kemalangan Mira hingga tumbuh perasaan suka pada wanita itu.

"Ada seseorang yang sengaja ingin mencelakaiku," ucap Edgar setelah berhasil menceritakan kronologis kecelakaan itu pada keluarganya.

"Tapi siapa orang yang ingin mencelakaimu, Ed? Apa kamu punya masalah dengan orang?" Emily mencecar adiknya karena butuh jawaban untuk memenuhi rasa ingin tahunya.

"Tidak. Aku tidak punya masalah dengan orang," kilah Edgar seraya berusaha mengingat-ingat.

"Apa mungkin ada orang yang dendam karena kalah dalam persidangan?"

"Ini bukan film, Kak. Orang-orang kita tidak akan berbuat sampai sejauh itu. Hakim yang berhak menentukan vonis bersalah, bukan aku. Kalau mereka dendam, seharusnya mereka menyerang hakim lebih dulu," ujar Edgar mengemukakan pendapatnya.

Namun, Edgar justru merasa sedih ketika teringat bahwa Pak Andreas telah memberhentikannya. Jika Pak Andreas pelakunya, semestinya Edgar yang menyerang Pak Andreas, bukan sebaliknya.

"Kita serahkan saja kasusnya pada polisi," usul ibu Edgar yang sejak tadi hanya menyimak obrolan itu.

"Ibumu benar," sahut Ayah Edgar. "Kita tidak bisa mengatasi masalah ini sendirian. Kita harus menyerahkan kasusnya pada polisi."

Edgar diam. Ia hanya bisa pasrah karena sadar tak bisa melakukan apapun untuk mengungkap kasus kecelakaan yang menimpanya.

***

MY DANGEROUS WIFE season 2 (End)Where stories live. Discover now