Bab 30

146 18 0
                                    

Dari pantulan kaca spion tengah, Krisna bisa menangkap ekspresi marah yang tergambar di wajah cantik Fiona. Wanita itu tampak kesal setelah berbincang dengan Edgar. Ada apa gerangan? Padahal Krisna pikir mereka akan kembali rujuk melihat segala persiapan yang dilakukan Fiona sebelum bertemu dengan Edgar.

Fiona masih bungkam. Krisna pun tak ingin mengusik Fiona dan menambah kesal di hatinya. Mereka melalui perjalanan kembali ke rumah dalam kebisuan masing-masing.

Namun, begitu mobil yang dikemudikan Krisna hampir mencapai pintu gerbang rumah baru Fiona, pria itu melihat ada sebuah mobil terparkir di tepi jalan.

"Bukankah itu ... " Ucapan Krisna sengaja tidak dilanjutkan. Ia hafal betul pemilik mobil serupa, tapi ia takut tebakannya salah.

Ucapan Krisna yang menggantung berhasil menarik perhatian Fiona. Wanita itu mengarahkan pandangannya pada mobil yang terparkir tak jauh dari pintu gerbang rumahnya.

Tebakan Krisna tidak salah. Mobil itu memang milik ibu Fiona. Ini merupakan kunjungan perdana ibu Fiona ke rumah putrinya. Sebelumnya tidak ada pemberitahuan bahwa wanita itu akan datang. Ini terkesan mendadak bagi Fiona.

Ekspresi wajah Fiona masih terpasang kesal saat Krisna mengantar wanita itu masuk ke dalam rumah. Ia tak terlihat gembira padahal ibunya datang berkunjung. Pak Burhan pasti sudah memberikan alamat rumah Fiona pada istrinya.

"Kamu dari mana, Fi?" sambut Nyonya Tati, ibu Fiona dengan nada lembut. Wanita itu berdiri dari tempat duduknya saat Fiona tiba di ruang tamu.

Fiona memberi isyarat pada Krisna agar meninggalkannya berdua dengan ibunya. Pria itu menurut perintah Fiona dan langsung bergegas pergi meninggalkan ruangan.

"Aku hanya jalan-jalan tadi," balas Fiona enggan mengungkapkan pertemuannya dengan Edgar.

"Maafkan Ibu karena tidak memberitahumu kalau akan datang kemari." Ibu Fiona beralih ke sofa terdekat dengan kursi roda, lantas duduk. Wanita itu merasa perlu meminta maaf pada putrinya karena datang tanpa pemberitahuan. "Ibu yang meminta alamat rumah ini pada Ayahmu."

"Maaf karena aku belum sempat memberitahukan alamatku pada Ibu." Fiona juga menyadari kesalahannya. Selama beberapa waktu belakangan ia terlalu sibuk memikirkan rencana-rencana baru dan lupa untuk memberitahukan alamatnya.

"Ibu sangat merindukanmu, Fi," ucap Ibu Fiona mengungkapkan isi hatinya. Wanita itu menyentuh lengan Fiona perlahan. "Apa kamu baik-baik saja?"

"Aku baik-baik saja, Bu. Tidak perlu mencemaskanku," tandas Fiona berusaha meyakinkan ibunya.

"Ibu bisa melihatnya." Nyonya Tati memercayai ucapan putrinya. Fiona memang terlihat baik-baik saja. Putrinya jauh lebih kuat dari apa yang wanita itu bayangkan. Beruntungnya Fiona menuruni sifat itu dari Ayahnya. "Lalu bagaimana dengan pernikahan kalian?" tanya Ibu Fiona hati-hati. Mungkin saja suasana hati Fiona kurang bagus saat ini karena ia terlihat kesal ketika kembali ke rumah, pikir Nyonya Tati.

"Aku akan bercerai, Bu."

Nyonya Tati mengangguk perlahan. Sebelumnya ia tidak pernah menentang pernikahan Fiona, tapi kali ini ia sangat mendukung jika putrinya bercerai. Untuk apa mempertahankan pernikahan yang telah terkhianati?

"Ibu harap semuanya berjalan dengan lancar," harap Nyonya Tati tulus. Ia hanya berharap yang terbaik untuk Fiona. "Oh ya, Ibu kemari karena ingin memberikanmu ini." Ibu Fiona beringsut ke arah tempat duduknya tadi sebelum Fiona datang. Wanita itu meletakkan tasnya di sana.

Nyonya Tati mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya, lantas sejurus kemudian sebuah kartu undangan berwarna putih terulur ke depan Fiona.

"Putra Dokter Muh akan menikah. Dia berharap kamu datang ke acaranya," beritahu Nyonya Tati setelah Fiona berhasil meraih kartu undangan itu dari tangannya.

"Fajar akan menikah?" Fiona mulai mencermati baris demi baris kata yang tercetak di atas undangan. Ia memang tidak akrab dengan putra Dokter Muh itu, tapi Fiona pernah bertemu dengannya beberapa kali. Itupun karena Dokter Muh adalah teman Ayah Fiona.

"Sebenarnya dulu Ayahmu dan Dokter Muh berencana menjodohkan kamu dengan Fajar," ungkap Ibu Fiona tak terduga. Entah apa yang membuatnya berinisiatif menguak rahasia yang sudah terjaga dari Fiona selama beberapa tahun. "Tapi rencana itu batal karena kamu tiba-tiba mengatakan pada kami ingin menikah dengan Edgar. Ayahmu juga tidak ingin memaksakan perjodohan itu. Ibu dan ayah hanya ingin kamu bahagia."

"Benarkah?" Fiona setengah tersenyum mendengar pengakuan Ibunya.  "Bagaimana reaksi Dokter Muh saat tahu kalau aku akan menikah dengan orang lain? Apa dia marah?"

"Tidak. Dokter Muh juga belum memberitahukan rencana perjodohan itu pada putranya."

Fiona melepaskan tawa mendengar penuturan Ibunya. Pantas saja Dokter Muh begitu baik pada dirinya. Bahkan setelah Fiona menikah dengan Edgar pun, Dokter Muh masih memperlakukannya dengan baik. Ternyata Fiona pernah hampir menjadi menantu Dokter Muh.

Setelah beberapa waktu melewati hari-hari yang membosankan, momen ini adalah yang terbaik bagi Fiona. Ia baru saja tertawa dengan lepas. Tanpa beban. Dan untuk sesaat ia lupa dengan segala permasalahan yang mendera hidupnya.

"Jika suatu saat nanti kamu ingin kembali ke rumah, katakan pada Ibu. Biar Ibu dan Ayah yang akan datang kemari untuk menjemputmu," ucap Nyonya Tati beralih pada maksud yang sesungguhnya. Yang tadi hanya selingan untuk menetralkan suasana.

Fiona hanya mengangguk pelan. Rencana itu masih jauh, belum terjangkau oleh pemikirannya. Sampai detik ini Fiona belum mempertimbangkan akan kembali ke rumah orang tuanya. Namun, ia harus mengangguk sekadar menyenangkan hati Ibunya.

"Apa dia memperlakukanmu dengan baik?"

Kening Fiona mengerut.

"Dia siapa maksud Ibu?"

"Supirmu."

Fiona tahu jika ibunya kurang menyukai Krisna. Bahkan wanita itu terkesan enggan menyebut nama Krisna.

"Hanya Krisna satu-satunya orang yang terus mencemaskan keadaanku, Bu. Ibu tahu, dia pria yang salah untuk Ibu benci," ujar Fiona menyanjung Krisna setinggi langit. Fiona kesal jika mengingat fakta bahwa Ibunya tidak menyukai Krisna. Hanya karena status Krisna sebagai seorang supir, Ibunya menganggap rendah pria itu.

"Ibu hanya takut dia berharap lebih padamu, Fi." Nyonya Tati mengungkapkan alasannya. Fiona cantik dan Krisna cukup dekat dengannya. Bisa saja pria itu menyimpan perasaan untuk Fiona.

"Krisna bukan orang seperti itu, Bu. Dia sangat menghormatiku. Dan dia jauh lebih baik dari apa yang Ibu bayangkan." Lagi-lagi Fiona menyanjung pribadi Krisna.

"Maafkan Ibu karena telah salah menilai Krisna."

"Seharusnya Ibu katakan itu pada Krisna, bukan padaku," sungut Fiona.

"Iya, Ibu tahu."

***

MY DANGEROUS WIFE season 2 (End)Where stories live. Discover now