Bab 43 #tamat

164 18 1
                                    

Sekujur tubuh Fiona lemas ketika diberitahu salah seorang dokter jika luka yang dialami Krisna cukup parah dan ia harus mendapatkan tindakan operasi sesegera mungkin.

Edgar benar-benar sudah tidak waras! Fiona terus merutuki pria yang pernah menjadi suaminya itu. Seandainya saat itu Edgar lenyap dari muka bumi ini, tentu Krisna tak perlu mengalami hal buruk yang mengancam nyawanya.

Dua jam menunggu Krisna dioperasi, Fiona tak henti-hentinya memanjatkan doa dalam hati. Bagaimanapun juga ia tak mau kehilangan Krisna. Pria itu sangat berarti baginya. Krisna bukan saja teman masa kecilnya, tapi pria itu adalah bagian dari hidup Fiona. Tanpa sadar Fiona cukup bergantung pada pria itu, terlebih setelah ia berpisah dari Edgar. Kepergian Ayahnya sudah cukup membuat Fiona syok, jangan sampai hal yang sama menimpa Krisna. Fiona tidak akan sanggup kehilangan dua pria yang sangat berarti dalam hidupnya.

Begitu dokter keluar dari ruang operasi dan memberitahukan kondisi Krisna, barulah Fiona bisa menarik napas lega.

"Dia sudah melewati masa kritis dan kondisinya sudah stabil sekarang. Kita hanya perlu menunggu sampai dia sadar," ucap dokter yang baru saja mengoperasi Krisna.

"Dia pasti akan sadar kan, Dok?"

"Seharusnya iya," balas dokter itu terang-terangan ingin memberikan secercah harapan untuk Fiona. Ia bersikap optimis dan semestinya semua hal berjalan sesuai harapan.

Dan kenyataannya ucapan dokter itu terbukti. Akhirnya Krisna siuman.

"Kris."

Fiona berjalan menghampiri tempat tidur yang ditempati Krisna dengan langkah hati-hati. Pasca operasi Krisna masih ditempatkan di ruangan ICU sebelum nantinya dipindah ke kamar VIP yang telah dipesan Fiona.

Krisna masih terlihat lemah dan hanya tergolek di atas tempat tidur. Jika ia di dalam salah satu adegan drama, mungkin Krisna akan berusaha untuk bangun ketika Fiona datang. Tapi, Krisna tetap membiarkan dirinya terbaring mengingat perutnya baru saja dioperasi.

"Apa lukanya masih sakit?" tanya Fiona begitu ia tiba di samping tempat tidur Krisna. Ada sebuah bangku yang disediakan di sana dan bisa ditempati Fiona selama menjenguk Krisna.

Krisna berusaha mengurai senyum untuk menutupi rasa sakitnya.

"Ya, tapi sedikit. Tidak perlu khawatir," balas Krisna seolah semuanya baik-baik saja. Padahal ia hampir saja kehilangan nyawa.

"Bagaimana aku tidak khawatir, Kris? Edgar hampir saja membunuhmu, kamu tahu?"

"Ya, tapi aku masih hidup sampai sekarang, kan?"

Fiona hanya memasang wajah kesal dan tak lagi berbicara banyak. Andai Krisna tahu jika ia sangat ketakutan tadi. Fiona tak bisa membayangkan jika nyawa Krisna tidak tertolong.

"Mengenai ucapanku waktu itu, aku ingin meminta maaf."

Fiona mengangkat dagu saat Krisna meminta maaf darinya.

"Ucapan yang mana?" Fiona bahkan sudah lupa ucapan Krisna yang mana yang membuatnya mesti meminta maaf.

"Kamu ingat kan, saat di depan kafe aku mengatakan jika kamu adalah wanitaku. Aku tidak bermaksud untuk membuatmu tersinggung. Aku hanya ..."

"Aku tidak keberatan menjadi wanitamu, Kris."

Ucapan Fiona membuat Krisna kaget dan ia lupa dengan perutnya yang baru saja dioperasi. Pria itu sempat berusaha untuk bangun dari tempat tidur, tapi rasa sakit di perutnya menahan Krisna.

"Saat di depan Edgar aku juga mengatakan kalau aku adalah tunanganmu dan kita akan menikah bulan depan, kan? Apa kamu mau mewujudkannya bersamaku, Kris?"

Krisna membeku. Pertama, ia telah mendapatkan restu dari ibu Fiona. Dan yang kedua, Fiona sendiri yang secara tidak langsung telah melamarnya. Tiba-tiba semua berubah dalam sekejap. Fiona yang mustahil ia raih, mendadak ada di hadapannya dan menawarkan sebuah pernikahan.

"Tapi aku hanya supir, Fi," ucap Krisna sembari tersenyum getir. Segenap hatinya ingin mengiyakan tawaran Fiona, tapi pikirannya berusaha untuk menolak. Bagaimana dengan perbedaan yang ada di antara mereka berdua? Krisna tak mampu membayangkan dunia yang kelak ia tinggali jika menikah dengan Fiona. Apa yang akan dipikirkan orang-orang tentang dirinya? Apakah mereka tidak akan mengatakan Fiona bodoh karena bersedia menikahi seorang supir? Bukankah selalu ada jurang di antara si kaya dan si miskin?

"Memangnya kenapa, Kris? Lebih baik aku menikahi seorang supir yang sudah kukenal sepanjang hidupku daripada aku menikah dengan orang yang belum lama kukenal, kan? Kamu lupa aku sudah pernah salah memilih pasangan hidup? Lagipula aku tahu kamu bukan orang jahat, Kris. Kamu baik dan perhatian padaku. Tetaplah menjadi seperti itu untukku selamanya, Kris. Kamu bersedia, kan?"

"Bahkan tanpa kamu minta pun, aku akan selalu menjagamu, Fi."

"Seharusnya sejak dulu kamu mengakui perasaanmu padaku, Kris. Dengan begitu aku tidak perlu mengalami semua ini."

"Maafkan aku, Fi. Aku tidak punya keberanian untuk mengatakannya saat itu. Dunia yang kita tinggali terlalu jauh berbeda."

"Setelah ini kita akan tinggal di dunia yang sama, Kris. Tapi kamu harus cepat pulih untuk segera mempersiapkan pernikahan kita."

"Aku janji akan segera pulih."

"Itu bagus."

**

Di salah satu kamar lain di rumah sakit yang sama, seorang pria tampak sedang duduk di atas kursi roda seraya memandang kosong ke arah jendela. Kepalanya dibalut kain perban, begitu juga kedua kakinya. Ekspresi wajahnya datar. Kulitnya pucat dan tubuhnya kurus.

Pria itu mengalami sebuah kecelakaan. Sebuah mobil menabraknya saat ia berlari menyeberang jalan. Waktu itu ia berusaha melarikan diri dan tidak sempat memperhatikan sekeliling sehingga kejadian nahas itu tidak dapat dihindari. Dan dokter yang merawatnya memvonis pria itu tidak bisa berjalan lagi selamanya. Syaraf-syaraf di kedua kakinya mengalami kerusakan parah dan ia mesti menggunakan kursi roda untuk membantu segala aktivitasnya. Dan nama pria itu adalah Edgar.

*************    TAMAT    **********

#27 Januari 2024#

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 06 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

MY DANGEROUS WIFE season 2 (End)Where stories live. Discover now