3. Hari Pernikahan

59 12 0
                                    

 Hari pernikahan pun tiba

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hari pernikahan pun tiba. Digelar di sebuah villa dengan mengundang keluarga inti saja. Cinta yang baru saja tiba segera dipersilahkan ke sebuah kamar di lantai dua. Dalam waktu kurang dari satu jam penampilan gadis manis itu berubah drastis. Sementara itu, sang calon mempelai wanita juga sedang dirias di kamar sebelah.

Sudah cukup lama Aksa duduk manis di atas tempat tidur selama sang ibu dirias, akhirnya ia merasa bosan juga. Aksa pun pamit keluar kamar dengan memberi isyarat pada ibunya lewat cermin. Aksa sampai di luar kamar, ia menutup pintu dan berbalik, tepat ketika itu seorang gadis berkebaya keluar dari kamar sebelah.

"Cinta?"

Aksa memperhatikan calon adik tirinya dari ujung kepala hingga ujung kaki. Cinta memakai kebaya brokat hijau dan rok batik, perpaduan sempurna yang memperlihatkan lekuk tubuh berisi gadis itu. Kemudian rambutnya di sanggul dengan kepangan kecil di sisi kanan. Ada dua mawar putih segar tersemat di sisi kiri. Wajah gadis itu kian membuat Aksa lupa berkedip. Ia menatap mata Cinta yang kini mengenakan softlens warna hazel.

"Ngapain bengong?" tanya Cinta yang segera membuat Aksa tersadar.

"Kamu bikin pangling," ujar Aksa sambil tersenyum malu.

Seketika Cinta merasa senang, namun cukup di dalam hati karena ia menahan diri untuk tak tersenyum. Sebenarnya ia juga sama terkejutnya dengan Aksa. Penampilan calon kakak tirinya dengan kemeja batik lengan panjang itu benar-benar membuatnya semakin gagah. Apalagi rambut Aksa kini menjadi warna hitam, sedikit di potong, dan disisir rapi. Jauh berbeda dengan penampilan pria itu dulu.

Ketika kembali memperhatikan kemeja Aksa, Cinta cemberut. Gadis itu kesal karena menyadari bahwa rok batiknya dan kemeja batik Aksa terbuat dari kain dengan warna dan motif yang sama persis. Tiba-tiba saja Aksa mendekat dan membuat Cinta cukup terkejut hingga membuatnya membelalak dengan degup jantung yang tak karuan. Cinta memandang wajah Aksa yang begitu dekat.

"Mawarnya hampir jatuh," ucap Aksa setelah menyisipkan mawar disanggul Cinta.

"Hah?" Seketika Cinta merasa malu, kedua pipi pink karena polesan blush on itu kini tampak semakin merona.

"Kamu ada waktu? Aku pingin ngobrol sebentar sama kamu."

Cinta hanya mengangguk-angguk seperti orang bodoh karena masih mencoba menetralkan perasaannya. Tak lama setelah Aksa melangkah, Cinta pun mengikuti.

Sampailah mereka di sebuah balkon di lantai dua. Balkon itu menghadap ke area kebun teh di belakang villa. Tak ada siapapun di halaman belakang, karena acara akan digelar di halaman sisi kanan bangunan yang lebih luas. Aksa memandang Cinta yang sedang melihat ke sekitar, lalu gadis itu balas memandang Aksa.

"Kamu mau ngomong apa?" tanya Cinta sambil kembali mengalihkan pandang, sebenarnya ia merasa kurang nyaman.

"Sekali lagi aku mau minta maaf sama kamu. Aku akui aku salah. Tapi kemarin itu aku serius sama kamu."

Cinta kembali menatap Aksa dengan senyum sumbang. "Hah?"

"Mak_maksud aku, aku nggak berniat mempermainkan kamu. Sumpah!" Akunya dengan raut serius.

"Ah, udahlah," sahut Cinta sambil mengibaskan telapak tangan.

"Bisa nggak kita damai?"

Pertanyaan Aksa membuat kening Cinta berkerut. "Maksudnya?"

"Mungkin kamu masih kesel sama aku. Atau ada sesuatu yang masih kamu pendam, ngomong aja. Aku siap terima kemarahan kamu."

"Tadi kamu bilang kemarin kamu serius sama aku, tapi mana usaha kamu buat ngeyakinin aku? Kemarin-kemarin kamu kemana? Terus tiba-tiba kita ketemu lagi dan..."

"Aku ada kesibukan," sela Aksa, membuat Cinta melongo. "Ada hal yang harus aku kerjain."

Cinta melipat tangan didepan dada sambil melihat ke arah lain. Gadis itu sepertinya benar-benar tak mau peduli lagi dengan penjelasan Aksa.

"Dan disaat aku pengen berusaha ngeyakinin kamu, aku harus berhenti. Karena kebahagiaan Ibuku lebih penting," lanjut Aksa dalam hati.

Cinta membalik badan, lalu mereka saling tatap. Kedua mata Cinta tampak berkaca-kaca, membuat Aksa bingung. Aksa mengangkat tangan kanan perlahan, hendak memegang pipi kiri Cinta. Tepat ketika telapak tangan Aksa baru saja menyentuh pipi mulus itu, air mata Cinta meleleh. Aksa menghapusnya dengan ibu jari. Pria tinggi itu maju selangkah tanpa ragu, namun Cinta segera mundur selangkah sambil menyingkirkan tangan Aksa dari pipinya.

"Ma_maaf," ucap Aksa terbata, kini ia merasa tak enak hati atas sikapnya pada gadis itu.

Cinta pergi tanpa sepatah kata pun. Gadis itu berlari kecil masuk ke kamar tempatnya di rias tadi. Tak ada siapapun di kamar itu, jadi ia bebas meluapkan perasaan. Duduk di sofa dekat jendela, menangis lirih, menyusut ingus beberapa kali, tak peduli jika make up nya menjadi berantakan.

Setelah hatinya merasa lega, Cinta mengambil ponsel. Ia membuka album, melihat-lihat fotonya bersama Aksa.

"Dasar cowok nyebelin!"

Cinta hendak menghapus foto-foto itu, namun suara ketukan pintu mengurungkan niatnya. Cinta segera membersihkan sisa-sisa air mata dengan tisu.

"Mbak Cinta di dalam?"

"Iya!" jawab Cinta.

Pintu pun terbuka, seorang wanita berperawakan gemuk menghampiri. Wanita itu terkejut melihat wajah Cinta.

"Lho, make up Mbak Cinta kenapa?"

"Luntur, ya?" Cinta malah balik bertanya, ia bangun dan melihat ke cermin.

"Ya enggak juga sih, tapi kelihatan nggak fresh," jawab wanita itu sambil membuka kotak make up. "Mbak baru pake tisu?" tanyanya karena melihat tisu di meja.

Cinta meringis kaku, "Keringetan," jawabnya asal.

Akhirnya wanita itu memperbaiki make up Cinta. Tak butuh waktu lama wajah cantik itu kembali menjadi lebih segar. Cinta melihat jam dinding yang menunjukkan pukul dua siang, artinya akad akan di mulai. Setelah mengecek sanggul dan kebaya, barulah gadis itu keluar dari kamar.

Cinta ingin cepat-cepat menuruni anak tangga, namun rok batik dan sepatu dengan hak 5 cm itu menghalangi pergerakannya. Begitu ia sampai di bawah, ternyata akad sedang berlangsung. Cinta melangkah lebih cepat ke halaman samping, menyusup ke beberapa kerabat keluarga yang hadir.

"Sah?"

"Sah...!"

Tepat ketika itu Cinta sampai di barisan depan, pandangannya bertemu dengan Aksa. Cinta segera menunduk, lalu mengangkat tangan untuk mengamini doa-doa yang dipanjatkan penghulu.

Ketika sesi foto berlangsung, Cinta berusaha tersenyum sebaik yang ia bisa demi sang ayah. Saatnya foto berempat, yaitu kedua mempelai, Cinta, dan Aksa. Keempat orang itu tersenyum lebar. Selanjutnya kedua mempelai meninggalkan tempat acara untuk berganti pakaian resepsi.

Cinta menyapa beberapa kerabat yang hadir, begitupun dengan Aksa. Tanpa sengaja mereka saling memunggungi. Lalu tanpa keduanya sadari seorang fotografer mengabadikan moment itu. Sang fotografer melihat hasil fotonya, kemudian kembali melihat ke arah Cinta dan Aksa yang masih berdiri di tempat yang sama.

"Mbak sama Masnya, boleh kita foto-foto sebentar?"

Cinta dan Aksa menoleh bersamaan, lalu sama-sama merubah posisi tubuh menghadap ke sang fotografer.

"Tuh, kompak bener. Ayok ambil foto yang bagus."

Cinta dan Aksa saling pandang, kemudian Aksa memberi isyarat ajakan dengan dagunya. Cinta pun mengikuti Aksa yang telah melangkah lebih dulu.

AKSA dan CINTAWhere stories live. Discover now