15. Anggota Keluarga Baru

45 8 0
                                    

 Hari persalinan Mayang telah ditentukan. Rencananya Mayang akan menjalani operasi caesar mengingat usianya hampir menginjak kepala lima. Mayang sedikit gugup, sementara Aris terus berada di sampingnya berusaha untuk membuat sang istri lebih tenang. Melihat keduanya membuat Cinta membayangkan bagaimana ketika dirinya akan lahir ke dunia 24 tahun lalu. Gadis itu tersenyum-senyum.

 "Dek, kamu ngapain senyum-senyum?" tanya Aris sembari menghampiri putrinya.

 "Aku lagi bayangin gimana pas Bunda mau lahirin aku dulu. Kan Bunda caesar juga."

 Aris tersenyum, lalu mengusap puncak kepala Cinta. 

 "Aksa telfon," ujar Mayang sambil menatap layar ponsel dengan senang. 

 Mayang berbincang dengan Aksa sebentar. Meski sebentar, tapi kini Mayang tampak lebih rileks. Entah apa saja yang Aksa katakan hingga sang ibu tertawa, dan kini terus tersenyum.

 "Ayah bilang juga apa, lihat tu kalau Ibuk habis ngobrol sama kakakmu. Tegangnya berkurang," bisik Aris pada Cinta.

 Kakakmu. Sudah sering Cinta mendengar, namun rasanya tetap saja aneh. Bukan, Aksa bukanlah kakak bagi Cinta. Sulit sekali menanamkan pikiran bahwa kini mereka saudara. Dan sebentar lagi akan ada anggota keluarga baru yang disebut adik. Ada rasa senang, namun juga kekhawatiran.

 Pukul 8 malam, seorang bayi laki-laki telah lahir ke dunia. Tangisnya begitu kencang. Cinta melihat ketika sang Ayah mengumandangkan adzan sampai meneteskan air mata. Hati Cinta merasa teduh, tanpa sadar air mata telah membendung di pelupuk mata. 

 "Cinta, sini sayang," panggil Aris sambil menghapus air matanya.

 Cinta perlahan mendekat, melihat bayi mungil yang berada di gendongan sang ayah. Senyum Cinta merekah, namun kedua matanya meneteskan air mata.

 "Sekarang, kamu jadi Kakak. Kak Cinta."

 Cinta menghapus air matanya, ia memeluk sang ayah sambil mengusap jemari kecil adik bayi yang masih merah.

 Beberapa jam kemudian, Mayang menggendong bayinya untuk pertama kali. Ia pun meneteskan air mata. Aris dan Mayang menangis haru. Bagaimana tidak, bagi mereka bayi laki-laki itu sebuah keajaiban mengingat usia keduanya saat ini.

 "Kayaknya ini waktunya minum susu deh," ujar Cinta ketika adik bayinya menangis. 

 "Ya udah, bikinin susu gih," pinta Aris.

 "Oke," jawab Cinta senang.

 "Kamu bisa, Dek? Eh, Kak Cinta," canda Mayang.

 "Sekali diajarin suster, aku langsung jago Buk," jawab Cinta dengan canda juga.

 Cinta tak hanya membuatkan susu formula untuk sang adik, tetapi juga mengambil alih bayi itu dari gendongan Mayang. Cinta tampak luwes ketika duduk memangku adik bayinya sambil memberikan sebotol susu. Mayang dan Aris saling pandang, kemudian tersenyum.

 "Aksa video call," Mayang menunjukkan layar ponselnya pada Aris.

 "Jawab gih."

 Mayang mengangkat telepon Aksa. Bukannya menanyakan kondisi sang ibu, Aksa malah mencari keberadaan adiknya.

 "Mana adik bayinya, Buk?"

 Mayang menghela nafas, kemudian menggeleng. "Itu lagi minum susu sama Cinta," jawabnya sambil mengarahkan kamera ke arah Cinta berada.

 Cinta segera menunduk ketika sadar kamera ponsel itu mengarah padanya. Gadis itu sempat melihat wajah Aksa sekilas. Rambut kakak tirinya itu kini sedikit gondrong, membuat Cinta jadi penasaran dan ingin melihatnya sekali lagi.

AKSA dan CINTAWhere stories live. Discover now