34. Gara-gara Lipstik

15 6 0
                                    

 Cinta telah kembali bekerja. Setiap pagi Cinta dan Aksa selalu pergi bersama, namun Cinta selalu minta diturunkan di tengah perjalanan atau di tempat yang tak jauh dari Tresna Apparel. Seperti pagi ini, Cinta turun di dekat Tresna Resto. Setelah melihat ke sekeliling dan memastikan tak ada orang yang mengenalnya, gadis itu bersiap turun.

 “Ngapain sih, Dek? Tiap hari mesti kaya gini. Tinggal ikut aja sampai basement parkir.”

 Cinta tak jadi membuka pintu, gadis itu pun menoleh.

 “Kalau ada orang lain di basement pas aku keluar dari mobil kakak gimana? Inget, ada cctv. Yang jaga cctv pasti liat kan?”

 Aksa menghela nafas, “Terus kamu mikir mereka bakal ngegosip gitu? Kamu lupa siapa yang gaji mereka?”

 “Payroll Staff?” 

 Aksa kembali menghela nafas, ia benar-benar tak habis pikir dengan gadis manis itu. Sementara itu Cinta malah tertawa.

 “Udah ah, aku nggak mau ribet.”

 Cinta pun membuka pintu, lalu keluar dari mobil. Setelah menutup pintu, Cinta langsung berlari kecil ke trotoar. 

 “Yang ribet itu kamu, Cinta,” ucap Aksa sebelum melajukan mobilnya.

 Ketika Aksa sudah sampai di depan ruangannya, ia melihat meja Cinta yang tak berpenghuni. Jelas gadis itu belum tiba. Aksa berdecak, kemudian masuk ke ruangannya. Setelah lima belas menit, barulah Cinta tiba dengan langkah tergesa. Aksa pun jelas melihatnya dari balik kaca karena tirai dibiarkan terbuka.

 Baru juga Cinta duduk, ponselnya berdering. Itu telepon dari Aksa. Cinta menjawab telepon itu sambil melihat ke arah Aksa yang juga sedang melihatnya dari dalam.

 “Bikinin ko_”

 “Baik, Pak. Segera,” jawab Cinta yang kemudian segera memutus sambungan telepon.

 Cinta segera pergi ke pantry, membuat kopi americano sesuai selera Aksa seperti biasa. Begitu kopi itu siap, Cinta membawanya ke ruangan Aksa.

 “Silahkan, Pak.” Cinta meletakkan secangkir kopi itu di meja. 

 Aksa melirik sekilas karena sedang mengetik. Cinta menunggu sampai CEO tampan itu memutar kursi dan menghadap ke arahnya. Aksa menyodorkan map pada Cinta. Gadis itu pun segera mengambilnya.

 “Apa jadwal hari ini?”

 “Jam sebelas ada pertemuan dengan Pak Hendri di Star Hotel. Jam dua meeting dengan tim persiapan acara 14 februari nanti. Terakhir meeting dengan divisi marketing,” jelas Cinta.

 “Jam sebelas? Terus kita selesai jam berapa?” tanyanya sambil memandang Cinta.

 “Mungkin butuh satu jam. Itu perkiraan saya.”

 “Bagus,” sahut Aksa yang kemudian kembali memutar kursi dan menatap layar laptop.

 Cinta sampai di mejanya. Gadis itu segera membuka map yang Aksa berikan tadi. Begitu membukanya, Cinta terkejut karena ada kertas memo warna pink di sana. Tulisan rapi dengan tinta hitam itu jelas Aksa yang menulisnya.

 Kita makan siang di luar. Berdua aja.

Hari ini nggak ada alasan.

 Cinta tersenyum-senyum membacanya.  Aksa yang penasaran dengan ekspresi gadis itu, memperhatikan dari balik jendela kaca. Begitu Cinta menoleh ke arah ruangan Aksa, pria itu segera menutup tirai.

 “Ish, apaan sih?” gumam Cinta sambil menahan tawa.

 “Ehm, ehm!”

 Suara Jehan membuat Cinta sedikit terkejut. Gadis itu pun segera menyembunyikan kertas pink ke bawah map. 

AKSA dan CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang