29. Cemburu Lagi

24 7 0
                                    

 Akhirnya Cinta dan Aksa menyiapkan bahan untuk presentasi besok. Aksa menatap layar laptop sambil duduk di tempat tidurnya, sementara Cinta sibuk dengan tumpukkan kertas di tempat tidur Jehan. Aksa memanggil Cinta untuk melihat hasil pekerjaannya, Cinta pun duduk di samping Aksa.

 "Aku bikin minum dulu." Aksa bangun dan pergi ke pantry.

 Tanpa terasa sudah jam setengah dua belas malam. Sudah berulang kali Cinta menguap sampai matanya berair. Aksa kasihan melihat Cinta yang begitu bekerja keras. Bahkan di hari libur pun terkadang Aksa masih meminta bantuan. Kini Aksa merasa bersalah.

 "Kenapa Kak?" Tanya Cinta yang menyadari sedang diperhatikan.

 "Kamu tidur aja, nanti biar Kakak yang lanjut ketik."

 Cinta menggeleng, "Bentar, nanggung banget."

 Aksa kembali dengan beberapa dokumen yang sedang diperiksa. Baru sebentar Aksa duduk di kursi, Cinta merebahkan tubuh di tempat tidur, lalu terpejam. Aksa sedikit terkejut begitu menoleh, kemudian ia mendekat.

 "Cinta…," panggilnya sambil mengusap kepala gadis itu. "Kamu tidur?" tanya Aksa, dan tak ada reaksi apapun dari Cinta.

 Aksa menggeser sedikit tubuh Cinta, memberi bantal di bawah kepala agar nyaman, lalu menyelimuti tubuh gadis itu. Kini ia harus menyelesaikan pekerjaannya sendiri. Ternyata tinggal satu lembar lagi. Setelah semua beres Aksa pun menyusul Cinta tidur.  

 Pagi harinya ketika membuka mata, Cinta dikejutkan oleh wajah tampan dihadapannya. Hampir saja ia memekik, kemudian menutup mulut dengan telapak tangan. Cinta merasakan sesuatu yang berat di lengan kirinya, ternyata tangan kanan Aksa. Sementara itu tangan kiri Aksa menjadi bantalan kepala Cinta. Kini Cinta bingung, bagaimana ia akan turun dari tempat tidur tanpa membuat Aksa terbangun. 

 "Aduh, jam berapa nih. Bisa gawat kalau aku telat senam pagi," batinnya sembari membayangkan kekesalan Raisa dan pandangan mengejek teman-temannya.

 Cinta kembali memandang wajah Aksa. Wajah itu tetap tampan meski sedikit berminyak dan juga dengan rambutnya yang berantakan. Telapak tangan kiri Cinta menyentuh pipi Aksa dengan perlahan. Cinta tersenyum mendengar nafas teratur Aksa. Tapi kemudian ia sangat terkejut karena tiba-tiba kedua mata besar itu terbuka lebar. Cinta hendak menarik tangan, namun Aksa menahannya. 

 "Pegang wajah tanpa izin harus bayar."

 "Apaan sih!" Cinta menyingkirkan tangan Aksa, kemudian bangun dan turun dari tempat tidur.

 Aksa hendak bangun, namun terhenti dan  meringis kesakitan. Cinta memperhatikan Aksa yang meringis kesakitan sambil memegang lengan kiri. Cinta segera kembali duduk, di lihatnya lengan kiri Aksa dengan hati-hati.

 "Tangan kakak kram?" tanya Cinta khawatir.

 "Pegel banget. Cepetan tanggung jawab," canda Aksa.

 "Ih, siapa suruh bobok disini. Pake naruh tangan di bawah kepala pula," ocehnya sambil memijat lengan Aksa. 

 "Aduh, enak banget." Aksa malah menanggapi dengan canda.

 "Nih, lebih enak." Cinta sengaja menekan kuat-kuat. 

 "Aduh, sakit!" teriak Aksa.

 "Udah, ah. Aku mau balik sebelum mereka pada bangun." Cinta turun dari tempat tidur, di lihatnya jam dinding yang masih menunjukkan pukul lima pagi.

 "Jangan lupa jam sepuluh on time."

 "Baik, pak Aksa," jawabnya dengan penekanan di setiap kata.

 Cinta mengambil jaket di sandaran kursi, mengambil ponsel di meja, lalu segera keluar dari kamar. Cinta memastikan tak ada siapapun di halaman, kemudian ia berlari meninggalkan tempat itu. Tanpa Cinta sadari, seseorang yang bersembunyi di samping kamar Aksa memperhatikannya.

AKSA dan CINTAHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin