26. Tak Terduga

23 6 0
                                    

 

Usai menghabiskan hidangan, keduanya masih duduk sambil melihat pemandangan malam dibalik dinding kaca. Aksa melipat tangan di depan dada, sedangkan Cinta memotret pemandangan malam dengan lampu-lampu yang indah itu. Cinta tersenyum melihat beberapa hasil bidikannya. Aksa yang penasaran pun mendekat.

 "Sini, aku fotoin."

 Cinta memberikan ponselnya pada Aksa. Aksa memotret Cinta yang berdiri membelakangi dinding kaca. Cinta tak berpose dengan bebas, melainkan tampak kikuk. Aksa tetap memotret beberapa kali, kemudian menghampiri Cinta. 

 "Udah?," tanya Cinta sambil mengulurkan tangan.

 Bukannya memberikan ponsel pada Cinta, Aksa malah berdiri di sisi kanan Cinta dan mengangkat ponsel. Aksa mengambil foto selfie tanpa aba-aba. Cinta sedikit terkejut, ia tak bisa berkata-kata.

 "Kamu lucu," ujar Aksa ketika melihat hasil fotonya.

 Cinta pun melihat, lalu hendak mengambil alih ponselnya. "Ih, jelek. Hapus aja."

 "Eh, jangan!" Aksa menjauhkan ponsel itu dari Cinta. "Mau Kakak kirim dulu."

 "Jangan, ah!"

 "Kakak kirim dulu, baru kamu hapus," ujar Aksa yang tampak begitu senang.

 Cinta pun pasrah membiarkan foto-foto itu di kirim ke ponsel Aksa. Setelahnya Aksa mengembalikan ponsel Cinta.

 Pukul sepuluh malam, mobil merah itu sampai di depan rumah. Tampak Cinta menguap lebar. Sepanjang perjalanan Cinta menahan diri agar tak tertidur karena  gengsi. Padahal Aksa sudah menyuruhnya untuk memejamkan mata saja. Melihat keadaan Cinta yang demikian membuat Aksa merasa bersalah.

 "Maaf, ya. Hari ini pasti capek banget buat kamu. Malah kakak tambah-tambahin capeknya."

 "Hm? Maksudnya" Cinta menoleh.

 "Harusnya tadi kakak langsung antar kamu pulang aja," jawab Aksa.

 Cinta tersenyum. "Nggak papa, aku seneng kok."

 "Seneng?" tanya Aksa dengan sumringah.

 "Eh," Cinta bingung sendiri. "Maksudnya…, e…."

 "Makasih," ucap Aksa menyudahi kebingungan Cinta. "Sana, itu Pak Sodik bukain pintu."

 Tampak Pak Sodik sudah berdiri di depan pintu gerbang sambil menyorot senter ke sekitar rumah, kemudian menghampiri mobil Aksa. Aksa menurunkan kaca agar Pak Sodik melihatnya dengan jelas, karena mobil baru Aksa itu pasti masih asing. Begitu mengenali siapa di mobil itu, Pak Sodik pun tersenyum.

 "Eh, Mas Aksa. Bentar saya bukain pintu." Pak Sodik hendak berbalik.

 "Nggak usah, Pak," cegahnya. "Saya cuma ngantar Cinta."

 Pak Sodik melihat ke depan mobil, di sana Cinta sedang berjalan. Gadis itu lalu berdiri di samping Pak Sodik. 

 "Makasih ya, Kak."

 Aksa tersenyum. "Aku balik dulu."

 Cinta hanya mengangguk sambil tersenyum.

 "Mari Pak Sodik."

 "Hati-hati nyetirnya, Mas!" seru Pak Sodik ketika mobil Aksa perlahan menjauh.

 Cinta segera masuk ke dalam rumah. Begitu sampai di voyer, ia segera melepas sepatu hak tingginya. Rasanya begitu melegakan sampai-sampai terdengar begitu jelas helaan nafas Cinta. Cinta membawa sepatu dengan tangan kanan, sedangkan tas berada di tangan Kiri. Gadis itu melewati ruang keluarga yang gelap, lalu menaiki anak tangga dengan langkah malas.

AKSA dan CINTAWhere stories live. Discover now