21. Kesibukan

40 8 0
                                    

  "Cinta, tolong kamu rangkum materi promosi dari tiga bulan ke belakang," perintah Raisa yang kini berada di depan kubikel Cinta.

 "Dan kamu Hani, tolong siapkan materi promosi media sosial yang kita bahas terakhir kali," lanjutnya sambil beralih memandang Hani.

 "Siap, Buk," jawab Cinta dan Hani bersamaan.

 "Kita meeting di lantai lima jam satu nanti."

 Cinta sedikit terkejut. Lantai lima, artinya itu rapat penting yang melibatkan semua divisi. Dan pastinya ia akan bertemu lagi dengan Aksa di sana. Cinta menghela nafas, lalu mencari-cari data di komputernya dengan malas. 

 "Ada apa, Cinta? Kamu keberatan?"

 "Eh, enggak kok Buk," jawabnya gelagapan.

 "Bagus. Kalau gitu siapkan juga materi rencana promosi untuk bulan november dan desember."

 "Ha?" Cinta terkejut, lalu memandang Raisa dengan bingung.

 "Ada apa lagi, Cinta?" tanya Raisa yang terlihat menahan kesal pada bawahannya itu.

 "Ha_harus desember juga ya, Buk?" tanyanya yang diakhiri dengan ringisan.

 "Cinta, tolong segera kerjakan yang saya minta. Diskusikan dengan rekan satu tim kamu," ujar Raisa dengan begitu jelas sambil menahan kekesalan pada Cinta.

 Raisa kembali ke meja kerjanya, sementara itu Cinta mendapat tatapan keheranan dari Hani dan lainnya. Cinta berucap maaf tanpa suara. 

 Selanjutnya tim divisi marketing begitu sibuk menyiapkan materi rapat hingga tak terasa jam makan siang pun tiba. Satu per satu dari mereka meninggalkan ruangan, namun Cinta dan Hani masih duduk sambil menatap layar komputer masing-masing. Berulang kali Cinta mondar-mandir ke meja Raisa untuk berkonsultasi. 

 Sampai lima belas menit sebelum rapat, Cinta dan Raisa masih berdiskusi di meja Cinta. Cinta melihat ke sekeliling ruangan yang kembali penuh dengan rekan kerjanya, kemudian melihat jam tangan dengan cemas. Akhirnya Raisa menyudahi, dan Cinta segera bersiap.

 "Semangat!" seru Hani ketika Cinta hendak keluar dari ruangan.

 "Salam hangat buat Pak CEO ya, Cin," seru Dita.

 "Sukses, Cinta!"

 "Salam buat Pak Aksa dari PCG lovers!"

 PCG adalah singkatan Pak CEO Ganteng. Itu adalah klub baru dari gadis-gadis divisi marketing. Cinta hanya menggeleng dan tersenyum menanggapi gadis-gadis centil itu. Cinta pun mengejar langkah Raisa. 

 Cinta sudah terbiasa mengikuti rapat di lantai lima karena sejak beberapa bulan lalu Raisa mulai memintanya ikut serta. Bagi yang lain, Cinta dianggap pegawai yang beruntung di Tresna Apparel. Bagaimana tidak? Raisa terkenal sebagai sosok ambisius, pemimpin yang tegas, banyak mau, suka pilih-pilih, dan sulit di bantah. Sementara Cinta yang saat itu baru diangkat menjadi karyawan tetap langsung di percaya oleh Raisa. 

 Sampai di lantai lima, Raisa dan Cinta berjalan cepat. Beberapa anggota dewan komisaris dan direksi belum hadir, begitupun kursi CEO yang masih kosong. Cinta duduk di belakang Raisa dengan gugup. Tepat lima menit sebelum rapat dimulai, Aksa masuk bersama Jehan dan sekretaris dari CEO sebelumnya. Semua yang sudah hadir di ruangan itu segera berdiri. Pandangan Cinta dan Aksa bertemu sekilas, Cinta pun segera menunduk.

 Aksa menghela nafas karena beberapa orang baru saja masuk setelah dirinya. Aksa pun duduk, kemudian rapat dimulai. Satu per satu pumpinan tiap divisi menjelaskan proyek apa saja yang telah dilakukan tiga bulan ke belakang.

 "Seperti yang sudah Pak Jehan sampaikan tadi, penjualan kita menurun tiga bulan berturut-turut kecuali produk baru kita yaitu bracelet."

 Ketika Aksa berbicara di tengah rapat, pria itu tampak sangat berbeda dengan yang Cinta kenal. Aksa bicara dengan penuh percaya diri, cara pandangnya tentang bisnis seperti seorang yang sudah memiliki pengalaman di industri fashion. CEO tampan itu benar-benar berkarisma, hingga hampir membuat Cinta lupa untuk merangkum hal penting apa yang Aksa bahas.

AKSA dan CINTAWhere stories live. Discover now