13. Insiden

44 8 0
                                    

  Mayang kini bisa memaklumi sikap Cinta yang berubah-ubah terhadapnya. Terkadang Cinta begitu ketus dan berusaha menghindar, tetapi tak jarang gadis itu bersikap ramah dengan senyum manisnya. Seperti hari ini, akhirnya Cinta bersedia membantu pekerjaan rumah.

 Sejak pagi Aksa dan Cinta membersihkan area kolam renang. Sebenarnya Mayang hanya meminta Cinta mengambil daun-daun kering di kolam. Aksa yang melihat Cinta tampak kesal segera datang dan mengambil alih. Setelah kolam bersih, kini Aksa yang menjadi kesal karena Cinta langsung masuk ke kolam renang. Padahal masih ada pekerjaan lain yang sudah menanti.

 "Cinta!" panggil Aksa, dan gadis itu pun menoleh.

 "Apa?"

 "Bukannya bantuin ibuk masak malah nyebur," gerundelnya sambil berjalan masuk.

 "Sana anak kesayangan aja yang bantuin!" seru Cinta yang tentu didengar oleh Aksa.

 Setelah kepergian Aksa, Cinta tertawa puas. Cinta berenang kesana kemari dengan senangnya sampai merasa puas kemudian menepi. Saat itulah ponsel Aksa yang berada di meja berdering. Si pemilik ponsel tak datang juga, sedangkan ponselnya terus berdering. Cinta yang kesal sekaligus penasaran akhirnya keluar dari kolam renang.

 "Kemana sih tu orang?"

 Cinta berjalan ke teras begitu saja dengan baju basahnya yang mengucurkan air. Ia melihat layar ponsel Aksa. Hanya ada nomor, itu nomor luar negeri. Kening Cinta berkerut. 

 "Cinta! Dek!"

 Itu suara Mayang, Cinta segera pergi dari teras, lalu duduk di tepi kolam renang. Baru juga Cinta menurunkan kakinya, tiba-tiba terdengar suara benda pecah bersamaan dengan jeritan Mayang.

 "Ibuk!"

 Cinta sangat terkejut, Mayang tampak terduduk di lantai dan tampak kesakitan. Pecahan piring dan gelas berserakan di dekat kaki Mayang. Cinta segera bangun dan mendekat. Gadis itu bingung harus berbuat apa, sedangkan Aksa yang kini memapah ibunya tampak menyeringai pada Cinta.

 "Ibuk, mana yang sakit?" tanya Aksa yang begitu khawatir.

 "Pinggul sama lutut ibuk sakit banget," jawab Mayang dengan tangan kiri mencengkeram lutut, sedangkan tangan kanannya memegang perut.

 Aksa mengangkat wajah, ia melihat Cinta dengan kesal. Sementara itu, Cinta tampak begitu khawatir sambil melihat Mayang yang kesakitan.

 "Kamu sengaja?!" tuduh Aksa sembari bangun dari duduknya.

 Cinta beralih menatap Aksa, ia bingung. "Maksud kakak apa?"

 "Lihat! Lantainya basah, itu pasti ulah kamu."

 Cinta melihat lantai yang basah, memang benar dirinya salah tentang itu. Jadi Cinta hanya menunduk penuh penyesalan. 

 "Maaf," cicitnya.

 "Berapa kali aku bilang kalau kamu nyimpan dendam sama aku, jangan bawa-bawa ibuku!"

 "Aksa, udah Sa," Mayang menarik lengan Aksa agar duduk, namun putranya itu masih berdiri tegak.

 "Ini terakhir kali, aku nggak akan maafin kamu kalau berulah lagi," ucap Aksa tegas.

 Cinta mengangkat wajah, memandang Aksa dengan nafas memburu. "Aku pikir itu setimpal atas perbuatan kalian," ucapnya berani.

 "Kamu…"

 "Kenapa?" sela Cinta. "Masih nggak ngerti salah ibumu itu apa? Coba tanya sendiri," lanjutnya yang beralih memandang Mayang.

 "Cinta!"

 Aris khawatir, saat itu ia hanya melihat Cinta serta pecahan piring berserakan. Aris berjalan cepat menuju ke teras. Betapa terkejutnya ia ketika melihat Mayang duduk sambil merintih kesakitan. Di sebelah Mayang ada Aksa yang sedang berusaha membantu Mayang bangun.

AKSA dan CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang