33. Tuduhan

16 6 0
                                    

 Malam itu Aksa tak ikut makan malam bersama. Mayang mengatakan pada Aris dan Cinta bahwa Aksa masih sangat lelah dan ingin istirahat. Cinta paham jika sepulangnya dari Bali, Aksa harus menghadiri meeting dengan klien dari Inggris. Dan seharusnya Cinta mendampingi Aksa jika bukan karena insiden di Bali.

 Cinta langsung kembali ke kamar usai makan malam, sedangkan Mayang pergi ke ruang cuci untuk mengambil baju-baju yang sudah di setrika Bik Sumi. Ketika melihat kemeja putih di keranjang baju Cinta, Mayang berhenti.

 “Bik, ini bener baju Cinta?” tanya Mayang yang kini mendatangi Bik Sumi di dapur.

 Bik Sumi melihat ke kemeja putih yang majikannya bawa itu, “Iya, Buk.”

 “Beneran?” tanya Mayang yang tak percaya.

 “Bener, Buk. Itu ada di kopernya Mbak Cinta,” jawab Bik Sumi meyakinkan.

 Mayang pun kembali menaruh baju itu di keranjang baju Cinta, namun ia masih ragu jika itu milik putri tirinya. Sebenarnya adaa sesuatu yang mengganggu pikirannya ketika membongkar isi koper Aksa tadi sore. Mayang mencari sesuatu di tempat sampah yang ada di ruangan itu. 

 “Aku harus cari tau,” ucapnya dalam hati sambil memandang dua helai rambut panjang yang ditemukan di baju Aksa.

 Mayang mengambil keranjang baju Cinta, ia pun pergi kamar putri sambungnya itu. Sampai di kamar Cinta, gadis itu sedang duduk sambil memandang layar laptop dengan serius.

 “Dek, ini baju kamu,” ucapnya sambil meletakkan keranjang baju di atas tempat tidur.

 Cinta hanya menoleh sebentar, “Iya, Buk.”

 Mayang melangkah mendekati Cinta dengan ragu. Lalu sampailah ia tepat di belakang gadis berambut hitam panjang itu.

 “Libur kok masih mikirin kerjaan sih?” Mayang berbasa-basi.

 Cinta hanya tersenyum tanpa mengalihkan pandangan dari layar laptop. Tanpa gadis itu sadari, kini sang ibu tiri sedang melakukan sesuatu di belakangnya. Mayang mencoba mencocokkan dua helai rambut yang ia temukan dengan rambut Cinta. Mayang terkejut bahwa rambut itu benar-benar cocok dengan rambut Cinta. 

 “Jangan capek-capek, ya,” ucap Mayang sambil mengusap kepala Cinta, dan gadis itu hanya mengangguk.

 Diam-diam Mayang mengambil kemeja putih tadi, lalu segera pergi ke kamar Aksa. Tiga kali Mayang mengetuk pintu, namun pintu tak terbuka juga tak ada jawaban dari sang putra. Akhirnya Mayang masuk ke kamar Aksa. 

 “Aksa?” panggilnya sambil melihat ke sekeliling.

 Mayang tak menemukan Aksa, namun ia mendengar suara air di kamar mandi. Mayang menghela nafas, kemudian duduk di tepi tempat tidur untuk menunggu sang putra. Mayang melihat laptop di tempat tidur Aksa, ia pun meraih laptop itu dan melihat layarnya. Keningnya berkerut ketika melihat foto Aksa bersama Cinta ketika di Bali kemarin. Tak hanya itu, foto yang Aksa ambil dari memory card Alex pun ada di sana.

 “Enggak, nggak mungkin,” gumamnya sambil menutup laptop.

 “Buk,” Aksa sedikit terkejut melihat sang ibu.

 Mayang langsung berdiri, tampak kikuk dan bingung.

 “Ada apa, Buk?”

 “Ini,” Mayang menyodorkan kemeja putih yang terlipat rapi. 

 “Oh.” Aksa pun menerimanya.

 Mayang hendak beranjak pergi, namun ia berbalik dan kembali mendekat.

 “Itu beneran kemeja kamu?” tanyanya tiba-tiba, membuat Aksa terkejut.

 “Iya,” jawab Aksa cepat, namun kemudian ia menunduk menatap kemeja itu dan seperti menyesali jawabannya sendiri.

AKSA dan CINTAWhere stories live. Discover now