40. Jatuh Sakit

22 4 0
                                    

 “Lo yakin mau kerja hari ini?”

 Cinta terdiam, tak menanggapi pertanyaan Sandra atau bahkan sekedar menoleh menatap sahabatnya itu. Pandangan Cinta tertuju pada pria berbaju hitam yang kini melihat ke arahnya. Cinta segera mengalihkan pandang, lalu melepas seat belt dengan gugup. Sandra yang menyadari hal itu pun langsung membantu Cinta melepas seat belt nya.

 “Lo sanggup?” tanya Sandra sembari memegang lengan Cinta ketika gadis itu sudah membuka pintu.

 Cinta menoleh, menatap sahabatnya itu dengan senyum yang dipaksakan. “Emangnya kenapa? Bukannya make up artist gue udah keren banget?” 

 Hari ini Cinta tampil cantik seperti biasa. Bedanya kali ini Sandra lah yang khusus memoles make up untuknya. Sebenarnya kedua mata Cinta sembab dan kantong matanya cukup gelap karena menangis terlalu lama. Ia juga kurang tidur hingga membuatnya pusing.

 “Iya deh, terserah lo. Tapi kalau lo pusing atau ngerasa nggak kuat, jangan di paksain. Langsung telfon gue, ya?”

 “Iya, nanti gue lambai-lambai” jawabnya yang masih sempat bercanda. 

 “Cinta, ih!” Sandra kesal.

 “Iya, bawel,” sahut Cinta.

 Andai saja tak ada hal yang begitu penting, ia ingin bolos kerja dan tidur saja. Namun Cinta ingat bahwa hari ini ada tugas yang harus dikerjakan sendiri olehnya. Cinta juga ingin menunjukkan pada Aksa bahwa dirinya bukanlah gadis lemah, jadi ia akan bersikap profesional. Entah kenapa rasa benci dan Cinta itu kembali muncul bersamaan ketika melihat Aksa tadi.

 Cinta sengaja melangkah pelan, bahkan berhati-hati untuk menjaga jarak dengan Aksa. Ketika Aksa dan Jehan sudah masuk ke lift khusus, barulah Cinta mempercepat langkah menuju ke lift karyawan. Gadis itu segera masuk sebelum pintu tertutup. Cinta melihat seisi lift yang cukup penuh. Ia berusaha tersenyum, namun tak ada yang membalas senyumnya kecuali dua orang pria di sisi kanan. 

 “Kenapa, ya? Apa cuma perasaanku aja?” tanyanya dalam hati. 

 Sesampainya di ruang kerja, Cinta melihat sekilas ke dalam ruangan Aksa. Aksa tampak sedang bicara serius dengan Jehan. Cinta kemudian duduk dan memeriksa jadwal sang Ceo seperti biasa. Ketika Jehan keluar dari ruangan Aksa, tiba-tiba Cinta merasa begitu gugup dan jantungnya berdebar kuat. Gadis itu menarik nafas dalam-dalam sebelum bangun dari duduknya.

 Cinta mengetuk pintu dengan ragu, sedangkan Aksa hanya melihatnya sekilas kemudian membenarkan letak kacamata.

 “Selamat pagi, Pak. Jadwal Bapak hari ini…”

 Ucapan Cinta terhenti karena Aksa tiba-tiba mengangkat wajah, terang-terangan memandangnya. Dari raut wajahnya, Cinta tahu bahwa Aksa pasti terkejut. Hari ini sekretaris cantiknya itu tidak menyapa dengan santai dan senyum ramah seperti biasa, namun tampak lebih formal seperti saat pertama kali menjadi sekretarisnya. 

 “Teruskan,” ucap Aksa sembari mengalihkan pandang.

 Cinta kembali menatap layar ipad, lalu membacakan jadwal Aksa hari ini. Setelah itu Cinta meletakkan beberapa dokumen yang harus Aksa tanda tangani. Diam-diam Aksa mencuri pandang. Aksa memandang wajah gadis cantik itu dengan tatapan sedih, sedangkan Cinta tak sedikitpun memandang Aksa.

 “Karena tidak ada yang perlu saya kerjakan disini, saya ijin mau langsung ke lokasi gala dinner.”

 Aksa terdiam menatap kepergian Cinta. Rasanya begitu tak rela gadis itu pergi tanpa senyum manisnya. Alih-alih melanjutkan pekerjaannya lagi, Aksa malah melamun. Hingga nada notifikasi pesan masuk membuyarkan lamunannya.

 Ibuk :

 [Sa, kamu di kantor? Apa Cinta berangkat kerja? Semalem dia nggak pulang. Ibuk sama Ayah khawatir]

AKSA dan CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang