19. Pembalasan

41 9 0
                                    

 Cinta langsung pergi secepat mungkin ketika jam kantor usai. Ia tak ingin kembali dicecar pertanyaan-pertanyaan tentang Aksa. Cinta berjalan cepat lewat pintu samping, tepat ketika itu Alex datang dengan sepeda motornya. Alex baru membuka helm dan tersenyum pada Cinta, namun gadis itu segera mengambil helm yang lain lalu memakainya.

 "Lex, ayo buruan," ucapnya geregetan sambil berusaha naik ke motor sport itu.

 "Eh, ko bisa naik pakai rok itu?" 

 Cinta tak menghiraukan pertanyaan Alex. Dengan susah payah akhirnya Cinta bisa duduk di belakang Alex. Alex kembali memakai helmnya, menjalankan motor itu begitu Cinta menepuk-nepuk pundak Alex dengan kuat.

 "Ya elah, berasa abang tukang ojek gue."

 "Syukur banget, Lex. Lo dateng tepat waktu. Hahaha!"

 Alex mengernyit, "Lo kenapa Cin?!"

 "Ceritanya panjang!"

 Cinta dan Alex sampai di depan gerbang bersamaan dengan mobil yang dikendarai Aksa. Cinta dan Alex turun, dan Aksa keluar dari mobil. Cinta menghela nafas kesal, sedangkan Alex tampak terkejut ketika melihat Aksa. Alex langsung menghampiri Aksa.

 "Bang Aksa! Kapan balik Bang?"

 Cinta tak ingin berlama-lama di sana dan melihat wajah Aksa, jadi ia segera masuk. Sementara itu Aksa dan Alex masih berbincang di luar. 

 Ketika waktu sholat maghrib tiba, Cinta keluar dari kamar sambil membawa mukena. Di saat yang bersamaan Aksa juga keluar dari kamarnya sambil membawa peci. Pandangan keduanya bertemu. Cinta memperhatikan Aksa dari atas ke bawah. Kakak tirinya itu memakai baju koko putih dan sarung abu-abu. Cinta kemudian melangkah lebih dulu menuju tangga.

 Sholat jamaah yang diimami oleh Aksa itu sangat khusyuk. Ini bukan pertama kalinya Aksa menjadi imam sholat di keluarga itu. Usai salam, Aksa menyalami Aris dan Mayang, setelah itu giliran Cinta menyalami Aris dan Mayang. Kini pandangan Cinta dan Aksa bertemu, keduanya tampak kikuk.

 "Buk, Arsa nyariin Bapak sama Ibuk ini." Bik Sumi datang sambil menggendong Arsa yang sedang menangis.

 "Yayah!" teriak Arsa begitu melihat Aris.

 "Eh, anak ayah bangun juga." Aris bangun dari duduknya dan keluar dari mushola.

 Aris dan Mayang pun pergi, kini hanya Cinta dan Aksa yang masih duduk di lantai mushola. Cinta membuang muka, ia segera bangun dan pergi sebelum keadaan menjadi semakin canggung.

 Tiba saatnya makan malam, Cinta duduk berseberangan dengan Aksa. Sudah menjadi hal biasa jika Arsa duduk disamping Cinta ketika makan, namun hal itu menarik perhatian Aksa. Apalagi ketika Cinta menyuapi Arsa dengan sabar, padahal kedua tangan bocah itu tak berhenti meremas makanan di piringnya, atau bahkan menangkis sendok yang hendak Cinta siapkan.

 "Arsa, makan yang pinter ya," ucap Cinta sambil mengelap mulut Arsa dengan tisu.

 "Sini, ibuk aja yang suapin. Kak Cintanya mau makan dulu." Mayang hendak mengambil alih.

 "Nggak papa, Buk. Ibuk duluan aja," ujar Cinta sambil kembali menyuapi Arsa.

 "Gimana di kantor hari ini?" tanya Aris. 

 Cinta dan Aksa saling pandang sebentar, kemudian sama-sama memandang Aris dan menjawab.

 "Baik, Yah."

 Aris dan Mayang melihat Aksa dan Cinta yang tampak sedikit terkejut karena jawaban mereka sama persis.

 "Kompak bener anak ayah," canda Aris.

AKSA dan CINTAWhere stories live. Discover now