28. Ungkapan Cinta

24 8 2
                                    

 Hari senin menjadi hari yang di tunggu-tunggu bagi mereka yang akan turut serta ke Bali. Aksa berani membuat acara tur perusahaan karena penjualan produk Tresna Apparel kembali mengalami peningkatan. Bukan hanya tujuan untuk liburan, sebenarnya Aksa ada jadwal meeting dengan L company dan juga pemotretan untuk keperluan perusahaan. 

 Sesampainya di resort, semua di beri waktu satu jam untuk beres-beres dan istirahat. Pukul tujuh malam mereka makan malam bersama di ruang terbuka. Meja-meja di tata memanjang dua baris. Lilin-lilin aroma terapi menghiasi meja, kemudian di atas terdapat lampu-lampu tumblr putih yang membuat pemandangan sangat cantik. 

 "Wow, ini keren."

 "Wah, Pak Aksa nggak nanggung-nanggung ini."

 Beragam menu seafood disajikan, semua menikmati makan malam dengan suka cita. Begitu pun Cinta dan Aksa. Keduanya duduk berseberangan dan sesekali mencuri pandang. Aksa lebih sering mengobrol dengan Raisa karena duduk bersebelahan. Sementara itu Cinta tampak bercanda dengan Alex. Alex turut serta karena kini ia salah satu fotografer tetap Tresna Apparel. Cinta dan Alex terus tertawa, hal itu membuat Aksa cemburu dan tak bisa tersenyum. Hingga acara itu usai, Aksa mengikuti kemana arah Cinta pergi.

 "Tunggu!"

 Suara yang begitu jelas itu tak hanya membuat Cinta menoleh, tetapi Raisa dan juga beberapa orang memperhatikan. Raisa tersenyum, sedangkan Cinta yang ada di belakangnya hanya memandang Aksa sekilas.

 "Iya, ada apa Pak?" tanya Raisa begitu ramah.

 "Maaf, tapi saya tadi manggil Cinta."

 Senyum Raisa memudar seketika, lalu ia melihat Cinta yang sudah melangkah maju dan berdiri di sampingnya.

 "Ada apa Pak?" tanya Cinta.

 "Ikut saya, ada yang harus kita kerjakan," jawab Aksa sambil berlalu.

 "Permisi, Buk," pamit Cinta pada Raisa yang mematung di tempat.

 Cinta berlari kecil mengejar langkah lebar Aksa. Cinta tetap menjaga jarak agar tetap berada di belakang pria jangkung itu. Sepanjang jalan Aksa hanya diam sedangkan Cinta enggan bertanya. Hingga Aksa tiba-tiba berhenti dan Cinta menabrak punggung Aksa. 

 "Aw!"

 "Kamu ngapain?" tanya Aksa sambil menahan tawa.

 "Bapak yang ngapain, tiba-tiba berhenti nggak pakai aba-aba," jelasnya sambil menguasap-usap hidung.

 "Kita sampai di kamar saya," jelas Aksa sambil menunjuk sisi kiri.

 Ada tangga batu di sisi kiri, sekitar sembilan anak tangga. Kamar Aksa ada di atas sana. Cinta hanya berkata oh sambil mengangguk. Aksa melihat kesana kemari, kemudian ia berbalik dan menaiki tangga batu. Cinta mengikuti Aksa. Sampailah keduanya di depan pintu putih.

 "Aku ambil laptop sama dokumennya dulu." 

 Cinta mengangguk. Aksa pun masuk, sedangkan Cinta duduk di kursi rotan dan menunggu. Hembusan angin lama kelamaan membuat Cinta merasa lebih dingin dari sebelumnya. Suara ombak di pantai kini bersahutan dengan suara gemuruh di langit. Hujan tiba-tiba saja turun. Cinta terkejut dan segera bangun, ia berjalan ke depan pintu kamar Aksa yang terbuka.

 "Pak," Panggil Cinta.

 "Lho, hujan?" tanya Aksa sambil melihat ke belakang Cinta, gadis itu mengangguk.

 "Ya udah, sini masuk." 

 Cinta pun masuk, kemudian memegang gagang pintu. Cinta bingung, mau membiarkan pintunya terbuka atau ditutup saja.

 "Tutup pintunya, nanti kamu masuk angin."

 "Iya, Pak," jawab Cinta.

 Cinta melangkah masuk, Aksa sudah duduk sambil menatap layar laptop. Sebelum bergabung dengan Aksa, Cinta terlebih dulu mengisi daya ponselnya. Setelah itu Cinta segera mengambil kursi, lalu duduk di samping Aksa. Aksa menyodorkan tumpukan kertas tanpa sepatah kata pun.  Cinta segera mengerti ia harus mengerjakan apa.

AKSA dan CINTAWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu