20. Benci atau Cinta?

42 8 0
                                    

 Aksa pun menurunkan kedua tangannya, lalu sedikit mundur.

 "Maksud kamu apa? Kamu mau memulai peperangan lagi sama aku?"

 Cinta tersenyum sumbang, "Harusnya aku yang tanya kaya gitu."

 Aksa memandang Cinta bingung, "Bagian mana yang menurut kamu kaya gitu?"

 "Dari pagi tadi sampai siang, itu apa hah? Kakak sengaja kan ngerjain aku? Dari dulu emang suka bohong, nggak berubah." ucapnya dengan berani.

 Aksa diam sejenak dan berpikir. Ia pun mengangguk samar setelah paham maksud Cinta. 

 "Aku nggak ada bohong apa-apa, dan juga nggak ada maksud ngerjain kamu sama sekali," ujarnya penuh keyakinan, namun adik tirinya itu tentu tak percaya begitu saja.

 Cinta terdiam, menunduk sambil mengingat-ingat. Rasanya memang benar jika Aksa tak melakukan kebohongan. Aksa hanya tak bercerita padanya tentang dirinya yang telah ditunjuk sebagai CEO baru Tresna Apparel. Tapi tetap saja gadis itu kesal karena Aksa tak mengatakannya padahal ada waktu untuk bicara selama perjalanan menuju perusahaan itu.

 Cinta kembali menatap Aksa dengan kesal, "Kakak tetep aja salah. Kakak sengaja kan bikin aku malu?"

 Aksa menatap Cinta keheranan, "Tunggu-tunggu, ini maksudnya bikin kamu malu gimana? Perasaan di kantor aku sama sekali nggak memperlakukan kamu. Justru aku nolongin kamu, daripada kamu ngantuk nggak jelas, kan?" kilahnya.

 "Nolongin apanya? Kakak seenaknya aja perintah-perintah aku, ajak aku makan, jadi pusat perhatian, terus aku dicecar pertanyaan rekan-rekan sekantor sampai jam pulang kerja. Aku bahkan langsung lari keluar gedung, untung aja Alex dateng di waktu yang tepat." Cinta sampai terengah karena bicara tanpa jeda.

 "Ha?" Aksa semakin bingung.

 Cinta maju tiga langkah dan berhenti di sisi kanan Aksa.

 "Aku ngerti Kakak CEO Tresna Apparel sekarang. Orang paling berkuasa di sana. Jadi kakak bisa pecat aku kapan aja kan?" 

 Setelah mengucapkan itu, Cinta kembali melangkah. Namun Aksa menarik tangan kanan Cinta hingga gadis itu berbalik.

 "Jadi kamu masih berpikir buruk tentang aku?"

 Cinta tak menjawab, malah menghempaskan tangan Aksa lalu membuka kunci pintu. Gadis itu segera keluar dari loteng, menuruni tangga dengan tergesa dan berlari menuju kamar.

                                ***

 Keesokan paginya Cinta enggan sarapan bersama keluarga, tentu saja karena keberadaan Aksa. Cinta sudah ada janji dengan Sandra untuk bertemu pagi ini, sekalian sahabatnya itu mengantarnya ke tempat kerja. Tepat ketika Aksa keluar dengan mobilnya, mobil Sandra tiba. Cinta membuang muka begitu pandangan bertemu dengan Aksa.

 "Cin, kakak lo makin ganteng. Sumpah!" pekik Sandra begitu Cinta masuk ke mobilnya.

 "Diem lo," kesalnya sembari memasang seat belt. 

 Mobil Aksa maju lebih dulu, tak berapa lama kemudian terdengar bunyi klakson dari mobil hitam itu. Sandra membalas dengan menekan tombol klakson terlalu keras, hal itu membuat kedua mata Cinta membola.

 "Sandra, nggak usah malu-maluin deh," kesalnya pada Sandra.

 Sandra menjaga kecepatan agar tetap berada di belakang mobil Aksa, sementara Cinta hanya menggeleng atas kelakuan sahabatnya itu.

 "Jadi gimana di kantor? Lo bilang Kak Aksa juga kerja di sana." Sandra memulai pembicaraan.

 "Lo tahu nggak, kemarin itu kaya hari sial gue?"

AKSA dan CINTAWhere stories live. Discover now