32. Usaha Antony

16 6 0
                                    

 Cinta membuka mata, ditatapnya langit-langit putih ruangan itu. Gadis itu melihat selang infus di tangan kiri, kemudian melihat ke gorden biru pembatas bilik. Samar-samar Cinta mendengar suara Antony dan pria lain yang mungkin seorang dokter. Gorden itu terbuka, Antony tersenyum begitu melihat Cinta.

 “Kamu udah bangun?” Antony mendekat, diikuti seorang dokter dan juga perawat.

 “Di mana Kak Aksa?” tanya Cinta sambil melihat ke gorden yang terbuka.

 Antony berdecak kesal, “Aku yang bawa kamu ke sini, yang kamu tanyain dia?”

 Cinta tak menanggapi lagi karena dokter dan perawat bersiap untuk memeriksanya. Sementara itu Antony menunggu sambil duduk, kedua mata tajamnya tak lepas dari Cinta. 

 “Besok pagi pasien sudah boleh pulang. Ini obat yang harus di tebus.” Dokter memberikan resep obat pada Antony.

 “Terimakasih, dok,” ucap Antony sambil menerima resep itu.

 “Kalau ada keluhan lain, segera hubungi perawat. Saya permisi.”

 “Baik, terimakasih.”

 Setelah dokter dan perawat itu pergi, Antony beralih memandang Cinta. Gadis itu langsung membuang muka. 

 “Aku ke apotik dulu,” ujar Antony sambil menunjukkan kertas berisi resep obat Cinta. 

 “Aku mau pulang sekarang.”

 “Sekarang aku yang bertanggung jawab atas kamu. Ini udah malem dan dokter juga bilang kamu pulang besok pagi,” terangnya sambil menatap mata Cinta yang kini berkaca-kaca.

 “Aku bukan tanggung jawab kamu. Kamu bukan siapa-siapa,” ucap Cinta sambil menahan diri agar tangisnya tak pecah.

 “Kalau bukan aku, terus tanggung jawab kakak tiri kamu itu?” tanya Antony sambil menatap mata Cinta.

 Cinta terkejut karena telah mengetahui apa hubungan Aksa dengannya.

 Antony langsung berbalik, kemudian menyentuh puncak kepala Cinta. Wajahnya mendekat dan berbisik.

 “Jangan coba-coba pergi sampai aku balik.”

 Setelah Antony pergi, Cinta melihat ke seisi bilik igd itu. Gadis itu tertunduk lesu karena tak menemukan ponsel. Rasa mual, pusing, dan lemas akhirnya membuat Cinta menyerah.

 Keesokan harinya ketika kembali ke resort, Cinta langsung mencari ponselnya. Namun gadis itu begitu kecewa karena ternyata ponselnya kehabisan daya. Sementara teman-temannya sedang bersiap-siap untuk perjalanan pulang, Cinta mondar-mandir di depan gapura.

 “Mana sih si Alex? Cuma lewat dia aku bisa hubungi Kak Aksa,” monolognya sambil terus melihat ke gerombolan pria dari Tresna Apparel.

 “Eh, kalian liat Alex?” tanya Cinta.

 “Alex balik semalem. Katanya ada urusan mendesak,” jawab salah satu dari pria itu.

 Lagi-lagi Cinta merasa sangat kecewa dan sedih. Bagaimana dia akan menghubungi Aksa? Raisa tak ada di sana karena menggantikannya, sedangkan jika dirinya meminjam ponsel salah satu teman pasti mereka akan banyak tanya. Lagi pula Cinta juga tak hafal nomor Aksa. Gadis itu terduduk lemas dipojokan.

 “Cinta, buruan siap-siap. Lo nggak mau ketinggalan pesawat kan?” Hani menyadarkan Cinta yang sedang duduk di pojokan dengan pandangan kosong.

 “Beruntung banget lo, Cin. Berangkat naik kelas bisnis bareng Pak Aksa. Pulangnya naik kelas bisnis juga. Bedanya sekarang sama cowok lo,” ujar Dita yang di angguki Hani.

AKSA dan CINTAWhere stories live. Discover now