16. Bertemu Kembali

43 9 0
                                    

 Hari kembalinya Aksara Narendra pun tiba. Sepanjang hari bayangan tentang bertemu Aksa mengganggu pikiran Cinta. Gadis itu tampak kurang bersemangat di kantor, bahkan kurang berkonsentrasi dalam pekerjaannya. Beberapa rekan satu divisinya sampai terheran.

 "Kopi buat lo," Hani, rekan kerja yang bersebelahan dengan kubikelnya meletakkan secangkir kopi di meja.

 "Hani…, berapa kali sih gue bilang? Gue nggak suka kopi item, pait pula," keluh Cinta.

 "Lagian dari tadi lesu banget. Untung Bu Raisa ijin pulang lebih awal. Coba kalau di sini, pasti kena omel dari tadi," ujar Hani sambil mengambil secangkir kopi yang diberikannya untuk Cinta tadi. 

 Cinta mengambil cermin di laci, make up dan rambutnya memang sedikit berantakan. Cinta menghela nafas, kemudian menyimpan kembali cerminnya. Setelah merapikan rambut dengan jemari, gadis itu berkemas.

 "Mau balik sekarang?" tanya Hani ketika melihat Cinta berdiri.

 "Iya. Gue duluan, ya," jawabnya sebelum melangkah pergi.

 Cinta berjalan cepat keluar dari kantor. Sampai di depan, ia melihat jam tangan sekilas kemudian melambai ke taxi yang kebetulan lewat. 

 "Mestinya udah sekitar tiga jam lalu Kak Aksa sampai di rumah," ucapnya dalam hati.

 Cinta berulang kali melihat jam tangan, bahkan menggigit-gigit kukunya. Gadis itu gelisah sepanjang perjalanan pulang. Akhirnya tepat pukul setengah lima taxi yang Cinta tumpangi tiba di tujuan. Cinta hendak turun setelah membayar taxi, namun pemandangan di luar membuat nyalinya menciut dan kembali menutup pintu.

 Cinta melihat dengan seksama ke arah halaman rumah dengan gerbang yang terbuka lebar. Di sanalah Aksara Narendra, sedang tertawa bersama Aris, Mayang, dan Arsa. Entah kenapa Cinta merasa degup jantungnya semakin kuat. Bahkan dari kejauhan Aksa masih terlihat begitu tampan dan menawan. 

 "Nggak jadi turun, Mbak?" tanya sang supir taxi.

 Cinta sedikit terkejut, "Jadi kok, Pak."

 Aksa sudah masuk ke mobil, sedangkan Aris dan Mayang melambai. Cinta menghela nafas lega, kemudian keluar dari taxi begitu mobil Aksa telah menjauh.

 "Tata!" panggil Arsa sambil mengulurkan kedua tangan begitu melihat kedatangan Cinta. 

 "Eh, Kak Cinta udah pulang?" Mayang berjalan menghampiri putri sambungnya itu. 

 "Assalamualaikum, Yah, Buk,"

 "Waalaikumsalam," jawab Aris dan Mayang bersamaan.

 "Tata! Tata!"

 Arsa terus memanggil-manggil Cinta dengan riang. Bocah berusia satu setengah tahun itu pun akhirnya berada di gendongan Cinta setelah kakak kesayangannya itu menyalami kedua orangtua.

 "Kak Cinta capek, Arsa sama ibuk dulu ya?" rayu Mayang.

 Arsa masih bergelayut manja pada Cinta, membuat Cinta gemas dan menciumi adiknya itu.

 "Nggak papa, Buk. Biar Arsa sama aku dulu," ucap Cinta sambil membawa Arsa masuk ke rumah.

 Sejak Cinta pulang kerja sore tadi hingga waktu makan malam, tak ada sedikitpun bahasan tentang kembalinya Aksa. Cinta pun enggan bertanya. Hingga mereka duduk bersama di ruang keluarga, barulah Aris mulai membicarakan.

 "Tadi Kakakmu mampir," tutur Aris sembari mengambil secangkir teh.

 Cinta tak menanggapi ucapan sang ayah, melainkan menyibukkan diri meladeni Arsa bermain. Namun dalam hati ia bertanya-tanya.

AKSA dan CINTAKde žijí příběhy. Začni objevovat