18. Bersikap Profesional

41 9 0
                                    

 Gara-gara kekesalannya pada Aksa, Cinta sampai tak berkonsentrasi bekerja. Lagi-lagi ia harus membaca dari awal berkas yang diberikan oleh Hani. Setelah membaca ulang semuanya, Cinta menghela nafas panjang, meregangkan tangan ke atas, kemudian merebahkan kepala di atas meja.

 "Kenapa sih, Cin? Nggak biasanya lo uring-uringan kaya gini. Ada masalah?" tanya Hani sambil menatap layar komputer.

 "Masalahnya ada di CEO nyebelin itu," gumam Cinta.

 Ternyata jawaban Cinta tak didengar Hani, karena gadis berkacamata itu sedang antusias melihat keluar. Begitu Aksa terlihat, semua staf di ruangan itu bangun dari duduknya, kecuali Cinta. Cinta masih merebahkan kepala di meja sambil mencoret-coret kertas dengan stabilo. Hani yang melihat kelakuan rekannya itu begitu panik.

 "St! Cinta…" panggil Hani lirih.

 Aksa sudah masuk ke ruangan divisi marketing, melangkah semakin dekat bersama Raisa dan staf pria berkacamata di belakangnya. Raisa yang melihat kekakuan Cinta merasa sangat malu.

 Aksa berhenti di depan kubikel Cinta, lalu mengetuk dua kali. Cinta yang mendengarnya segera mengangkat kepala. Gadis itu begitu terkejut melihat Aksa sedang memandangnya dengan wajah datar. Cinta segera bangun dan merapikan rambut dengan jari sekenanya.

 "Ma_maaf," ucapnya lirih sambil menunduk menahan malu.

 "Kamu ikut saya," titah Aksa.

 "Apa?" Cinta mengangkat wajah, memandang Aksa dengan bingung. 

 Aksa diam, sedangkan Cinta kini beralih memandang Raisa. Raisa hanya menghela nafas panjang.

 "Saya minta maaf atas sikap staf saya, Pak. Saya janji akan memberinya sanksi," ujar Raisa yang terlanjur sangat malu oleh kelakuan Cinta.

 "Saya maafkan. Tapi dia harus ikut saya sekarang."

 Jawaban Aksa membuat semua orang di ruangan itu bingung. Aksa beranjak pergi, kemudian Raisa dan Cinta mengikuti. Ketika hampir mencapai pintu keluar, Aksa berhenti dan berbalik.

 "Bu Raisa, terima kasih sudah berkenan membantu saya. Tapi sekarang biarkan staf anda ini yang membantu, supaya dia nggak ngantuk." Aksa memandang Cinta di kalimat terakhirnya.

 Raisa hendak menjawab, namun Aksa sudah berbalik dan kembali melangkah. Raisa memijit pelipisnya melihat Cinta yang mengejar langkah Aksa.

 "Hai, kamu Cinta kan?" sapa pria berkacamata yang sejak tadi pagi tampak mengawal Aksa.

 Cinta tersenyum, “Bapak tahu nama saya?"

 "Siapa sih yang nggak tahu kembang sepasang divisi marketing?"

 Cinta tertawa mendapat jawaban itu, "Kembang sepasang?" tanyanya sambil menahan tawa. 

 "Kenalin, saya Jehan." 

 Cinta menjabat tangan Jehan, "Oh, Pak Jehan."

 "Raisa, Cinta, kembang sepasang divisi marketing," ucap Jehan dengan canda, dan Cinta kembali tertawa.

 "Ehm! Ehm!" Aksa berdehem keras hingga membuat Cinta dan Jehan diam seketika.

 "Maaf, Pak," ucap Jehan.

 "Ma_maaf, Pak," ucap Cinta lirih sambil menunduk.

 Aksa menghela nafas, sedangkan Cinta dan Jehan yang berada di belakangnya kembali tertawa tanpa suara. Aksa memelankan langkah, Jehan pun segera maju dan masuk lebih dulu ke sebuah ruangan. Cinta hanya mengekor di belakang Aksa karena masih tak mengerti maksud CEO tampan itu mengajaknya.

 "Cepet jelasin ke Pak Aksa," bisik Jehan.

 Cinta berpikir cepat, lalu gadis itu segera paham maksud Jehan. Cinta melangkah maju agar sejajar dengan Aksa.

 "Ini ruang desain, Pak," Cinta mulai bicara dengan kikuk, rasanya masih abeh memanggil Aksa dengan sebutan "Pak".

 "Iya, saya tahu. Kan udah jelas," jawab Aksa sambil melangkah menjauh 

 Cinta melongo, sedangkan Jehan hanya meringis kaku. Cinta menggigit bibir bawahnya sambil merutuki diri sendiri. Kini ketua tim desainer kini sedang bicara dengan Aksa, sementara Cinta dan Jehan berdiri di pojok ruangan. 

 Setelah memandu sang CEO berkeliling di seluruh lantai dua, Cinta menghela nafas lega. Cinta berdiri di luar lift dimana Aksa dan Jehan berada, berniat menunggu sampai pintu lift tertutup. Namun pintu tak juga tertutup, sementara Jehan yang berdiri di depan Aksa kini memberi isyarat pada Cinta agar segera masuk.

 "Aku?" tanyanya dalam hati sambil menunjuk diri sendiri. 

 "Yes," jawab Jehan tanpa suara. 

 Cinta melihat kesana kemari, dan memang hanya dirinyalah yang berada di koridor itu. Dengan langkah terpaksa akhirnya ia pun masuk ke lift.

 "Maaf, Pak. Bukannya tugas saya sudah selesai ya?" tanya Cinta ragu sambil melihat ke arah Aksa sekilas.

 "Saya belum bilang tugas kamu selesai," jawab Aksa santai.

 Sampailah mereka di lantai satu. Jehan keluar lebih dulu, selanjutnya ia melangkah lebih dulu bersama Aksa. Kemudian Cinta yang masih bingung kemana lagi tujuan mereka hanya diam dan mengejar langkah kedua pria tinggi itu. Ternyata mereka menuju ke kantin. Beberapa orang di kantin langsung berdiri dan menyapa Aksa.

 "Selamat siang, Pak Aksa," sapa seorang koki senior di kantin itu.

 "Wah, menunya lengkap," ujar Aksa ketika melihat semua makanan yang tersedia.

 "Bapak mau makan siang? Biar saya siapkan," seorang staf kantin menawarkan.

 "Tidak, terima kasih. Biar dia saja yang siapkan," jawabnya sambil memandang ke arah Cinta. 

 Kedua mata Cinta membola begitu mendengar ucapan Aksa, sedangkan Aksa tersenyum samar sebelum beranjak menjauh. Hampir saja Cinta mengumpat jika saja tidak ingat bahwa kini dia berada di kantor dan Aksa adalah atasannya. Cinta sadar bahwa dirinya harus bersikap profesional. Gadis itu hanya menghentakkan kaki sebelum mengambil piring.

 "Sabar, Cin," bisik Jehan sambil menepuk pelan lengan Cinta.

 Cinta selesai mengambil makanan, ia kemudian menghampiri Aksa yang sudah duduk di pojok dekat jendela.

 "Ehm," Cinta berdehem sebelum menaruh makanan Aksa, tak lupa ia juga mengambilkan jus jeruk. "Silahkan, Pak. Kalau sudah selesai, saya mau permisi dulu."

 "Kamu nggak sekalian makan?" tanya Aksa.

 "Say_"

 "Ayo duduk, Cin," sela Jehan yang datang dengan membawa dua piring makanan. "Ini buat kamu."

 Cinta kebingungan, "Tapi…."

 "Ayo duduk," perintah Aksa.

 Mau tak mau Cinta pun duduk di seberang Aksa. Aksa dan Jehan mulai menikmati makan siang masing-masing, sedangkan Cinta hanya baru menyuap wortel dan mengunyahnya dengan malas. Bukan karena capcay dan ayam goreng yang Jehan ambilkan bukan seleranya, melainkan kini Cinta merasa risih karena jelas dirinya menjadi pusat perhatian karena semeja dengan CEO tampan yang menggemparkan Tresna Apparel pagi tadi. 

 "Kenapa nggak di makan?" tanya Aja tanpa memandang Cinta.

 Cinta sedikit terkejut, "I_ini lagi dimakan, Pak."

 Akhirnya Cinta bisa kembali ke ruang kerjanya. Namun itu tak berarti dirinya bisa merasa lega, karena kini rekan-rekan kerja wanita di sana langsung menyeret Cinta dan mendudukkannya di kursi. Cinta tak bisa menghindar. Semua mengerumuninya seperti seorang selebriti yang siap di wawancara.

 "Tadi lo disuruh ngapain aja?"

 "Pak Aksa yang minta lo makan bareng?"

 "Jawab, Cinta!"

 Cinta hanya menggaruk kepala. Ia bingung harus menjawab yang mana lebih dulu, tapi juga sedang mencari cara untuk menghindari wanita-wanita "Pecinta Pria tampan" itu.

 

AKSA dan CINTAWhere stories live. Discover now