23. Kecemburuan Aksa (2)

42 8 0
                                    

 Dua bulan lebih, Aksa menjabat sebagai CEO Tresna Apparel. Tak sedikit yang menganggapnya remeh karena kelebihan Aksa yang jelas terlihat hanyalah gelar MBA nya. Namun kini Aksa menunjukkan kemampuannya sebagai CEO, penjualan produk Tresna Apparel mengalami peningkatan. Semua itu terjadi bukan hanya karena kerja kerasnya, namun juga dari tim divisi marketing yang luar biasa.

 Seluruh penghuni tim divisi marketing bangun dari duduknya begitu Raisa dan Cinta masuk ke ruangan. Confetti berhamburan, sorakan, dan teriakan pun menyambut kehadiran kembang sepasang divisi marketing itu. Raisa dan Cinta begitu terkejut, saling memandang sebentar, lalu bergembira bersama tim mereka. Untuk kali ini Raisa tertawa begitu lepas. Biasanya wanita berdarah Indo Amerika itu hanya tersenyum sekedarnya saja.

 "Ehm!"

 Suara seorang pria di depan pintu membuat keriuhan itu berhenti. Semua melihat ke pintu, di sana Jehan berduri sambil tersenyum.

 "Pak Jehan?" Cinta menyapa.

 "Mohon waktunya sebentar," ucap Jehan sambil melangkah masuk.

 "Ada apa ya, Pak?" tanya Raisa.

 "Begini," Jehan yang berdiri di antara Cinta dan Raisa mulai bicara. "Sehubung dengan pencapaian kita ini. Ya meskipun tidak terlalu signifikan, namun ini sangat bagus. Bapak CEO kita, Pak Aksa akan mentraktir kita semua untuk makan di Tresna Resto sepulang kerja nanti"

 Seisi ruangan langsung kembali riuh. Semua sangat antusias. Tak terkecuali Hani yang kini mengguncang-guncangkan tubuh Cinta karena sangking senangnya.

 "Tolong tidak ada yang lembur hari ini ya, Bu Raisa. Semua dimohon hadir," ucap Jehan sebelum pergi.

 Jam kerja terasa cukup lama bagi yang tak sabar ingin segera menghadiri jamuan makan dari sang CEO. Lain halnya dengan Cinta, gadis itu tampak gelisah. 

 "Han, kayaknya gue nggak ikutan deh."

 Hani sedikit terkejut, "Kenapa? Kesempatan langka lho ini. Lagian kalau lo nggak hadir ntar dikira nggak menghargai Pak Aksa. Ini terjadi kan juga berkat kerja keras elo."

 "Hani bener juga, tapi Antony gimana?" tanyanya dalam hati.

 Jam kerja berakhir, gadis-gadis divisi marketing kini sedang bersiap-siap dengan memperbaiki penampilan mereka. Tetapi tidak demikian dengan Cinta yang kini melangkah malas menuju lift. Gadis itu berulang kali mencoba menghubungi kekasihnya, namun tak ada jawaban.

 "Halo, Cinta," sapa Jehan begitu pintu lift terbuka.

 "Eh, Pak Jehan." Cinta pun masuk.

 "Mana teman-teman kamu? Mereka semua hadir kan?" tanya Jehan karena tak ada siapapun lagi yang masuk ke lift selain gadis cantik itu.

 "Hadir kok, Pak. Lagi pada touch up," jawab Cinta.

 "Oh," Jehan mengangguk-angguk. "Ini kamu mau ke Tresna Resto, kan?"

 "Saya…," Cinta bingung harus menjawab apa. "Saya belum tahu, Pak."

 "Lho, kok gitu?"

 Pintu lift pun terbuka. Cinta melangkah keluar, Jehan pun segera menyusul.

 "Cinta, tunggu!"

 Cinta berhenti dan berbalik, "Iya, Pak?"

 "Masa kamu nggak hadir, sih? Ini Pak CEO yang ngundang lho. Sebagai rasa terima kasihnya sama kamu dan juga rekan-rekan seperjuanganmu. Nanti Pak Aksa merasa nggak dihargai."

 Cinta menunduk, tampak berpikir sambil melihat kembali layar ponselnya. 

 "Akan saya usahakan, Pak," jawab Cinta yang membuat senyum lebar dibibir Jehan.

AKSA dan CINTAWo Geschichten leben. Entdecke jetzt